Anak pertama saya (pernah) sangat pemilih saat makan. Beberapa tahun terakhir ini pola makannya sangat monoton dan ogah berganti menu. Favoritnya adalah sayuran, tempe, tahu, ikan dan udang. Hanya digoreng atau di buat sayur dengan bumbu pas-pasan. Menu lain, apalagi yang berbumbu agak pekat ga bakalan ditengok, apalagi dimakan :p.
Dia juga menolak daging sapi dalam segala bentuk dan olahan. Begitu juga daging ayam, hanya fried chicken dari fast food atau nugget saja yang mau dia makan. Berbagai cara saya coba untuk membuatnya makan daging sapi dan ayam. Dari diblender, lalu dicampurkan ke sop, pergedel, soto dan lain-lain, atau dipresto. Kalau sedang kreatif, cincangan daging itu saya masukan di antara lembar-lembar bayam kesukaannya. Atau saya selipkan sedikit di antara tempe dan tahu goreng.. heuheu.. lumayan. Saat itu saya sudah sangat bersyukur jika sesendok daging cincang masuk ke perutnya dalam satu kali makan.
Sebelumnya, dari bayi hingga usia 2 tahunan dia (hampir) tak pernah protes di waktu makan. Mulai makan nasi (lembek) di umur 10 bulan, nafsu makannya lumayan baik dan mau memakan menu apapun. Saat itu saya bisa bersenang-senang, memvariasikan berbagai menu dari berbagai bahan makanan untuknya ;-). Waktu itu bisa lo dalam sehari dia makan ikan, daging dan ayam serta berbagai macam sayuran dan buah-buahan... empat sehat lima sempurna... apapun yang disediakan untuknya.
Selain itu sampai usia 2,5 tahunan dia sangat suka susu. Dalam sehari bisa hampir 1 liter susu diminumnya. Tak heran badannya cukup besar dan berat badannya ada di atas rata-rata. Tapi pada suatu hari, dia memutuskan untuk tidak mau minum susu. Dan sejak itu benar-benar tidak mau minum susu. Sampai sekarang saya masih bingung.. kenapa ya?
Di masa-masa itu dia suliiiit sekali makan. Setelah menolak minum susu, ogah makan daging, lalu tiba-tiba dia tidak mau makan nasi! Benar-benar picky eater kelas berat he he. Waktu makan benar-benar menguji kesabaran! Apalagi dia juga ga suka ngemil, jadi rasanya setiap hari sedikit sekali kalori yang masuk ke badannya. Hiks, sedih rasanya melihat badannya yang makin lama makin kurus..
Selama itu menu makannya tidak variatif, hanya mau sayur bayam (plus jagung yang buanyaak), ikan, tempe, tahu, sop wortel, telur ceplok. Cemilannya (kadang-kadang saja dia mau) roti, jagung rebus, wortel rebus, buncis rebus, buah-buahan, es krim dan koko crunch. He he.. menu yang sehat untuk diet :p. Segala macam cemilan berkalori tinggi seperti risoles, pastel, lemper, bolu, kue kering dll dilirik aja enggak.. huuh. Nasi masuk hanya beberapa suap sehari, itu juga disembunyikan di berbagai tempat. Seringnya nasi yang masuk dilepeh lagi kalau terasa di lidahnya. Segala bujukan dan rayuan untuk mencoba nasi dan menu baru jarang yang berhasil.
Dua tahun lebih berlalu.. Selama itu sih akhirnya saya jadi lebih sabar dan lebih bisa menerima kebiasaan makannya yang unik. Tapi teuteup.. saya ingiiiiin sekali agar di usia balitanya anak saya mau makan lebih bervariasi, mo makan nasi dan daging sapi/ayam dan minum susu untuk mendukung tumbuh kembangnya. Setiap hari tetap saya tawarkan berbagai menu di meja makan, susu dalam berbagai bentuk dan rasa (hehe) dan sering saya ajak mencoba berbagai restoran. Walaupun lebih sering ditolak euy.
Guru di sekolahnya juga heran dan sempat bertanya, "Anak ibu ga suka makan ya? Jarang sekali bekal dari rumah atau hidangan dari sekolah dimakan sampai habis".
Suatu hari di umur 5 tahunan, setelah lebih dari 2 tahun tanpa susu, dia ngiler melihat segelas susu + milo hangat yang saya minum tiap pagi. "Mau", katanya. Huaa.. senangnya. Kemudian, tiba-tiba dia suka sekali susu + milo hangat. Sejak itu sampai sekarang sehari 2-3 gelas milo hangat diminumnya. Alhamdulillah.
Kejutan menyenangkan lain adalah setelah masuk TK B beberapa bulan yang lalu, akhirnya dia mau makan nasi! Walaupun harus disuapi, yang penting akhirnya pola makannya lebih 'normal' he he. Yang lebih menyenangkan adalah, sekarang dia mau makan sendiri, asalkan menunya bukan nasi. Ketidaksukaannya pada nasi berbuah manis, yaitu sarapan lebih cepat dan praktis dengan jagung rebus, telur rebus atau roti panggang, makan sendiri :p. He he.. dasar ibu-ibu ya, senang sekali kalau anaknya sudah mau makan sendiri.
Hadiah yang membuat saya tersenyum senang adalah beberapa bulan lalu. Tiba-tiba dia ikutan pesan steak di resto langganan. S.T.E.A.K. Steak kampung, yang tampilannya mirip bistik sapi, lengkap dengan buncis, wortel dan kentang rebus, sayuran kesukaannya. Senangnya! Senangnya.. akhirnya anakku mau makan daging sapi yang tidak diblender, dicincang, dipresto, dan disembunyikan di lipatan bayam ha ha.
Selanjutnya lebih mengejutkan lagi. Waktu kami membicarakan resto baru dengan menu sate kambing tau-tau dia berteriak, "Mau sate doooong". What? Ga salah nih? Anakku yang bertahun-tahun berdiet ala vegetarian meminta sate kambing?? Dan... ternyata malam itu dia menghabiskan 2,5 tusuk sate kambing. Hmmm...
Jadi teringat masa-masa 'perjuangan', sulitnya menghadapi si sulung yang picky eater. Segala trik, rayuan, bujukan yang pernah dilakukan untuk membuatnya makan. Segala menu yang pernah dicoba dan terbuang sia-sia. Segala kekesalan dan kekecewaan setiap waktu makan.. perasaan gagal saat melihat berat badannya tidak juga bertambah.
Alhamdulillah, semua sudah lewat. Walaupun belum termasuk 'doyan makan' tapi saat ini saya cukup bersyukur anak saya mau makan dalam porsi normal untuk anak seumurnya, dengan menu yang cukup bervariasi dibandingkan sebelumnya. Masih picky eater sih, tapi paling tidak sekarang dia sudah mau makan sendiri, bisa menghabiskan porsi makanannya dan.. yang paling membuat saya senang adalah.. dia doyan susu lagi :p.
Apakah sindrom picky eater ini memang akhirnya akan 'sembuh' dengan sendirinya?
Dikirimkan oleh Fitri di duniafitri.blogspot.com Thank you Fit! :)