Dari tiga kehamilan, saya mengalami sekali persalinan normal dan dua kali sesar. Satu sesar (hampir spontan), satu lagi sesar elektif (terencana) yang bisa milih tanggal :D
Beda sesar spontan dan elektif, kalo sesar elektif:
dimungkinkan untuk memilih tanggal
ada kesempatan tes lab pre-sesar (darah dan urine), jadi memperkecil kesalahan pada dosis obat dan anestesi.
Sesar pertama saya ngga murni spontan karena masi ada jeda sekitar 6 jam lebih untuk mengambil keputusan dan puasa. Alhamdulillah bukan kondisi darurat kritis juga. Untuk proses sesar yang begini, tes darah tetap ada. Tes urine yang rasanya ngga dilakukan waktu itu.
Persiapan untuk operasi lebih ribet. Rasanya kayak orang ngga sakit tapi dibikin sakit. Berikut daftar perbandingannya secara umum. Eh, tapi ini berdasarkan pengalaman pribadi lho ya. Sangat subyektif dan dalam proses yang sebenarnya ada banyak faktor yang bisa membuat perbedaan.
Persalinan Spontan (normal)
Ganti baju RS.
Pasang jarum infus (jaga-jaga kemungkinan harus diinduksi/dirangsang), dan injeksi obat lain.
Diambil darah (untuk cek golongan darah, Hb, dll).
Biasanya ga perlu dipasang kateter (mo pipis atau pup, lakukan aja ditempat...di sela-sela kontraksi. Kalo sempat sih...:P)
Ga perlu pindah-pindah ruangan dalam kondisi yang ribet seperti pas mau sesar.
Tidak perlu dipasang sensor tanda vital. Paling kalo bukaan ngga begitu lancar, sekali waktu dipasang CTG untuk memantau detak jantung si bayi.
Bius hanya lokal (suntikan di sekitar paha... dijamin engga kerasa, kalah sama kontraksi bukaan 9-10 :D).
Kadang perlu episiotomi (sayatan untuk melebarkan jalan lahir), plus jaitannya. Tapi mestinya ga mungkin sampai 10 cm deh hihihihi...
Observasi cukup dua jam. Kalo semua oke, bisa langsung masuk kamar inap.
Bisa langsung ketemu bayi (kalau engga terlalu teler sih...), bisa langsung menyusui juga.
Dalam dua jam sudah bisa bangun dan duduk, ga sampai 12 jam sudah bisa jalan.
Lewat masa observasi tadi, infus sudah bisa dicopot.
Persalinan Sectio Caesaria (operasi sesar)
Ganti baju RS.
Pasang jarum infus (perlu sekali untuk injeksi beberapa obat penghilang rasa sakit supaya ngga perlu bolak-balik disuntik).
Diambil darah (untuk cek golongan darah, Hb, dll).
Pasang kateter.
Pindah-pindah ruangan, pindah-pindah tempat tidur (bed dorong dari ruang bersalin -> bed dorong di ruang persiapan ops -> bed di ruang ops -> bed dorong ke ruang pemulihan -> bed di ruang pemulihan -> bed dorong ke ruang inap -> bed di ruang inap) dengan selang infus dan kateter bergelantungan di badan.
Dipasangin sensor tanda vital (jantung, tekanan darah).
Disuntik alergen (untuk cek kemungkinan alergi terhadap penghilang rasa sakit).
Dibius (disuntik lewat jalan infus dan di tulang belakang).
Dioperasi 10 cm dan dijahit lagi (emang ga kerasa sih... tepatnya BELUM! Rasain entar kalo morfinnya sudah habis! :D)
Waktu anak kedua, Dellynn, prosedur operasinya biasa-biasa aja. Ngga ada yang aneh, ngga pake heboh. Tapi waktu jaman Devan, pake ada dada digencet segala. Katanya sih buat bantu bayi keluar. Lha padahal waktu Dellynn ga pake digencet keluar juga dia. Prosedur ini cukup bikin saya traumatis sih. Soalnya waktu digencet itu bener-bener ga bisa ambil napas. Napas cuma bisa pendek-pendek. Saya kemaren mungkin karena kaget juga, detak jantung dan tekanan darah langsung drop. Untung gak lama dah *lap kringet*
Perlu observasi (dipantau kondisi pasca operasi) selama minimal 12 jam.
Tidak bisa langsung ketemu bayi. Yaaa emang dikasi liat sih setelah dibersihin dan dibungkus bedong. Tapi setelah itu langsung dibawa ke kamar bayi. Kecuali yang bisa IMD mungkin bisa ketemu agak lama yaaa.
Dalam dua jam baru bisa gerakin jari-jari kaki (!), 8 jam miring kiri-kanan, 18 jam duduk 45°, 2 hari baru mulai belajar jalan (catatan: bisa berbeda untuk masing-masing Ibu).
Sensor tanda vital baru dilepas saat mau keluar ruang pemulihan.
Infus baru dicopot kalau sudah bisa kentut.
Kateter baru dicopot kalau sudah bisa jalan.
Nah, kentara kan ribet dan sakitnya. Dari penghilang rasa sakitnya aja udah jelas. Kalau persalinan normal cuma dapat obat minum penghilang rasa sakit semacam ponstan/panadol/mefinal sementara kalau sesar dapatnya semacam morfin (sekali-sekali lah kenal rasanya morfin...hehehe).
Oya, ada juga yang membandingkan kalau persalinan normal sakitnya di depan (waktu kontraksi), sementara kalau sesar sakit di belakang (pemulihan lebih lama). Kalau menurut pengalaman saya relatif juga ya. Seminggu pasca operasi saya sudah dibonceng naik motor bawa Dellynn kontrol pasca lahir ke dokter tetangga. Pulangnya jalan kaki kira-kira 200 meter. Sebulan saya sudah setir sepeda motor sendiri untuk urus surat-surat syarat akte kelahiran. Padahal pasca melahirkan Darris, sampai dua bulan saya duduk aja masih ribet, apalagi naik motor. Jangankan setir sendiri, dibonceng aja ogah.
So, overall kalo masalah pemulihan ya balik ke orangnya masing-masing. Biasanya sih yang lebih cuek dan lebih mau aktif ya lebih cepet recover.
Semoga lancar dan sehat semua baik ibu dan anak yaa ;)