Ada sebuah tantangan dan keasikan tersendiri ketika kita memotret anak-anak. Memotret anak kecil mungkin bisa menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan, atau bahkan malah menghabiskan energi. Betapa tidak, mendapatkan sebuah momen terbaik membutuhkan ketelatenan dan kesabaran.
Anak-anak dengan berbagai macam ekspresi dan (terutama) kepolosan wajah yang menggemaskan menjadikannya sebuah obyek yang istimewa untuk didokumentasikan melalui jepretan kamera. Saya pribadi suka untuk mengabadikan ekspresi dan aktivitas anak-anak melalui jepretan kamera. Mungkin Anda juga memiliki ketertarikan yang sama. Saya akan coba berbagi pengalaman tentang bagaimana saya bermain dengan kamera saya bersama anak-anak. Tentu saja, ini bukan untuk dunia fotografi profesional. Kemampuan saya masih dalam tahap hobi. Mungkin, ini sekadar dokumentasi keluarga saja ya... :)
Saat ini, jika kita bicara kebutuhan teknis kamera, kita dihadapkan kepada bermacam pilihan. Mulai dari kamera handphone, kamera saku, bahkan sampai kamera DSLR (Digital Single-lens Reflex). Saya tidak akan membandingkan masing-masing perangkat keras kamera tersebut. Satu hal yang pasti, hasil dari jepretan kamera tidak sepenuhnya bergantung kepada piranti yang kita gunakan. Kamera (apapun jenisnya) adalah sebuah alat. Hasil akhir tergantung kita sebagai penggunanya.
Anak kecil tentu lebih susah diarahkan untuk berpose sesuai yang kita inginkan. Ketika saya memotret Dara -- anak kecil tetangga saya, pada awalnya saya meluangkan banyak waktu untuk mengakrabkan diri. Jika Anda memotret anak sendiri, tentu proses ini jauh lebih cepat. Tantangan pertama sudah muncul. Luangkan waktu untuk mengamati mood si kecil saat itu. Apakah dia sedang cukup bersemangat saat itu? Atau sedang manja? Atau malah sedang sangat pasif? Jika tidak sedang berada dalam mood-nya, mungkin bisa diajak bercanda. Pancing dia untuk lebih berinteraksi dengan Anda. Mainan kesayangannya mungkin dapat membantu. Atau, goda dia dengan gurauan terbaik Anda.
Buatlah si kecil nyaman bersama Anda. Lain Dara, lain pula Jehan. Pada awalnya Jehan masih cukup pemalu (atau takut dengan saya ya?). Jangankan diajak berfoto, membuatnya mendekat saja sudah menjadi keajaiban :D. Dan ini baru kali kedua saya bertemu dengan dia. Ketika sudah kenal, selanjutnya tentu akan menjadi lebih mudah...