banner-detik
NEWS

Ketika Jadi Saksi Kekerasan Anak, Harus Bagaimana?

author

annisast29 Mar 2019

Ketika Jadi Saksi Kekerasan Anak, Harus Bagaimana?

Sejak kemarin, video anak yang didorong ibunya hingga jatuh dari mobil viral di media sosial. Kalau kita yang jadi saksi, harus bagaimana?

Kejadian itu berlangsung Selasa, 26 Maret lalu. Tampak jelas ibu mendorong anak itu tapi anaknya menolak turun dari mobil sampai terjatuh ke aspal.

Lawan Kekerasan Terhadap Anak, dengan Jalinan Komunikasi yang Harmonis

Hari ini, ibu itu meminta maaf lewat video yang ia kirimkan pada media. Ibu itu didampingi Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Malang Kota dan perwakilan sekolah putrinya.

Alasan perselisihan dengan anaknya itu kurang jelas. Namun ia mengaku khilaf dan tidak ada niat untuk menyakiti putrinya.

Apa yang idealnya kita lakukan jika menjadi saksi kekerasan pada anak?

Video sebetulnya langkah tepat untuk bukti kejadian. Namun saya pribadi sih kurang setuju ya dengan sikap HANYA menyebarkan sampai jadi viral. Si ibu jadi bulan-bulanan dan yang membully si ibu itu tak ada bedanya dengan ibu itu sendiri. :(

Jadi video memang sebaiknya tetap dilakukan namun selanjutnya tetap tegur. Kalau tidak berani, mommies bisa mencari bantuan atau memanggil warga sekitar agar ditegur bersama-sama. Saya sih pengalaman ya melihat anak dibentak saja langsung saya yang ketakutan jadi mungkin lebih baik kalau meminta pertolongan orang lain untuk ikut menegur.

Terdengar kurang solutif memang karena bisa saja pelaku kekerasan hanya merasa terusir dan justru mencari tempat sepi untuk melakukan kekerasan yang sama. Jadi setelah ditegur, jangan lupa juga untuk menelepon polisi di 110 atau lebih baik jika polisi di polsek terdekat.

Lalu sebisa mungkin simpan informasi seputar pelaku dan korban sebanyak-banyaknya. Kalau dari kejadian kemarin bisa dilihat nama sekolah dari seragamnya atau plat nomor mobil untuk memudahkan identifikasi kalau-kalau mereka kabur.

Kalau sekiranya si pelaku tidak terlihat menyesal atau malah kabur, barulah memviralkannya jadi opsi terakhir. Meski tetap saja, setelah minta maaf juga kita tidak tahu apakah perilaku ibu itu akan berubah atau tidak.

Sedih ya! Saya sih yakin ibu itu pasti punya masalah lain sampai bisa melampiaskannya pada anak. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi ya.

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan