Sorry, we couldn't find any article matching ''
Pesan Mama: Nak, Jangan Terlalu Cepat Menikah, Ya!
Untuk anak-anak mama, tolong ingat ya, jangan menikah terlalu cepat atau di usia terlalu muda, karena menikah nggak sekadar bicara halal dan haram.
Sejujurnya ya nak, mama mulai gerah dengan ramainya gerakan yang mengajak anak-anak muda untuk sesegera mungkin menikah. Salah satu alasan yang paling standar dari ajakan menikah muda yang paliiiing sering mama dengar adalah: menghindari zinah. Zinah itu apa? Saat laki-laki atau perempuan berhubungan dengan lawan jenisnya yang tidak terikat dalam pernikahan sah.
Sedih aja, karena kok kesannya masalah zina bisa beres dan hilang hanya dengan menikah. Padahal, nggak sedikit orang yang sudah menikah kemudian berzina. Padahal lagi, pernikahan usia muda ketika kedua belah pihak atau salah satu pihak belum siap secara mental, emosi, reproduksi hingga finansial, efek merugikannya bisa dahsyat.
Nggak sedikit pula yang mengatakan toch, menurut pasal 7 ayat 1 UU Perkawinan, usia 19 tahun untuk anak laki-laki dan usia 16 tahun untuk anak perempuan sudah sah untuk menikah? Iya benar, tapi satu hal yang harus kalian paham nak, bahwa MK sedang menguji ulang karena pasal itu dianggap bertentangan dengan UUD 1945 dan UU Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa mereka yang berusia di bawah 18 tahun masih masuk kategori anak-anak.
Kalian tahu nak, pertanyaan apa yang timbul di kepala mama dari masifnya gerakan menikah muda ini?
Daripada sibuk menyuruh orang menikah muda, apa nggak lebih baik anak-anak muda diajarkan dan dididik tentang kesiapan serta kesehatan organ reproduksi demi mengurangi tindakan seks pranikah di usia dini, dibekali pendidikan emosi dan kesehatan mental, diajarkan tanggung jawab dan diajak untuk melek edukasi finansial? Agar ketika kelak mereka menikah, semua unsur penting itu sudah ada di dalam diri mereka? Karena itu yang pasti akan mama ajarkan ke kalian sebelum mama memberi lampu hijau untuk kalian menikah.
Matang Secara Emosi
Mama percaya, kematangan emosi salah satu hal penting yang dibutuhkan dalam dunia pernikahan. Bicara tentang kematangan emosi memang ini konsep yang rumit dan relatif, nak, karena ada banyak faktor yang menjadi penyebab kematangan emosi seseorang itu berkembang dengan baik atau tidak. Dua orang di usia yang sama belum tentu menunjukkan kematangan emosi yang sama, makanya susah juga menjadikan usia sebagai patokan seorang anak siap menikah atau tidak.
Namuuun, kalau melihat perkembangan otak manusia, usia 20 tahun-an barulah bagian otak yang bernama prefrontal cortex berfungsi optimal. Bagian ini membantu kita untuk menentukan baik atau buruk, membantu mengambil keputusan. Sebelum usia 20, keputusan atau perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh emosi (di bagian otak amygdala/limbic system). Nah, apakah menurut kalian mama akan memberi izin kalian menikah ketika mama tahu bahwa usia kalian masih lebih banyak menggunakan emosi dalam mengambil keputusan???
Tugas perkembangan sesuai usia
Kalian tahu bahwa setiap tahapan usia seseorang itu memiliki tugas perkembangan tersendiri? Usia 16 tahun adalah usia ketika tugas kalian hanya belajar, mengenyam pendidikan dan sejenisnya, nak. Maka mama lebih memilih kalian menjalani tugas perkembangan secara runtun, tidak memaksa diri melompat, agar kalian mencapai perkembangan diri yang mantap.
Masalah yang rentan timbul dari pernikahan usia muda
Duh, mama sampai bingung mau mulai dari mana, hahaha. Mulai dari kesehatan dan kesiapan organ reproduksi? Saat kalian mengajak anak perempuan orang menikah, kalian tahu kalau organ reproduksi perempuan di bawah usia 20 tahun belum siap untuk mengandung dan melahirkan? Bahwa perempuan yang melakukan hubungan seks di usia dini lebih berisiko terkena kanker serviks? Apakah kalian siap jika ‘calon istri’ kalian berisiko tinggi mengalami kematian ibu dan anak saat melahirkan?
Mama yang memiliki anak di usia 26 tahun saja pernah ingin menyerah ketika mengasuh kalian, merasa lelah dan ingin menangis. Bisa dibayangkan dengan usia muda, seberapa siap dan mampu kalian mengasuh anak?
Banyak nak, ada banyak masalah yang rentan timbul jika kalian memutuskan menikah muda. Pengasuhan anak yang buruk, kurang bisa menempatkan diri sebagai role model bagi anak karena ada kebutuhan diri sendiri yang belum terpenuhi, kurang siap mengemban tanggung jawab sebagai pasangan dan orangtua, kurang memiliki kompromi atau tenggang rasa terhadap pasangan, belum lagi ketidaksiapan menghadapi masalah atau konflik.
Jangan nak, jangan berharap bahwa ketika kalian memutuskan untuk menikah ketika secara finansial belum siap, maka mama akan men-support biaya hidup kalian. Tidak sama sekali. Maka, jangan pernah berani memutuskan menikah selama kalian belum siap secara finansial. Siap di sini artinya, bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga kalian.
Mama ingin, kita lebih banyak diskusi nak, tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi jika kalian menikah muda. Jangan hanya bayangkan yang indah-indah saja nak tanpa berpikir panjang mengenai tanggung jawab dan batasan-batasan yang akan mengekang kebebasan masa muda kalian.
Jadi, nikmati masa remaja kalian untuk belajar, berkarya, bekerja tanpa lupa beribadah. Kalau orangtua lain mungkin melarang anak-anaknya untuk pacaran, mama akan meminta kalian untuk pacaran dulu sebelum menikah. Kenali baik-baik calon pasangan kamu, tentu dengan batasan-batasan wayang wajar. Karena mama tidak ingin kalian membeli kucing dalam karung!
Ingat, bahwa menikah itu nggak sekadar urusan halal dan haram.
Terima kasih untuk mbak Vera Itabiliana, Psikolog Anak dan Remaja, sebagai nara sumber untuk artikel ini.
Baca juga:
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS