banner-detik
NEWS

Anak Dihukum Push Up 100 Kali, Ini yang Harus Dilakukan Sekolah dan Orangtua

author

annisast01 Feb 2019

Anak Dihukum Push Up 100 Kali, Ini yang Harus Dilakukan Sekolah dan Orangtua

GSN, siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bina Mujtama, Bojonggede, Kabupaten Bogor mengaku dihukum push up 100 kali karena belum membayar SPP. Kini, siswi berusia 10 tahun itu trauma dan tidak mau pergi ke sekolah.

Menurut perwakilan sekolah, hal itu dilakukan karena orangtua GSN sudah berkali-kali dipanggil ke sekolah namun tidak kunjung hadir. Bahkan ketika dihubungi via WhatsApp pun, ibunda GSN mengaku tidak punya ponsel.

[caption id="attachment_85172" align="aligncenter" width="728"]Ilustrasi Ilustrasi[/caption]

Pihak sekolah juga membantah meminta push up sebanyak 100 kali seperti yang diakui GSN. Menurutnya, mereka hanya meminta murid push up sebanyak 10 kali bersamaan. Semua murid itu adalah murid yang belum membayar SPP.

Kepala sekolah mengaku hukuman itu sebagai shock therapy untuk memanggil orangtua. Jadi menurut saya sih, orangtua GSN juga yang kurang perhatian pada anaknya hingga dipanggil berkali-kali pun tidak datang ke sekolah sekadar untuk meminta keringanan misalnya.

Namun, secara psikologis, bagaimana seharusnya hukuman pada anak jika melakukan kesalahan?

“Jika anak melakukan kesalahan, sangat tidak dianjurkan untuk memberikan hukuman fisik. Misalnya anak kedapatan mencoret dinding kelas, sanksinya bisa meminta anak untuk membersihkan dinding tersebut,” ujar Psikolog Anak dan Keluarga Vera Itabiliana Hadiwidjojo pada Mommies Daily.

Menurut Raka (19 tahun), kakak laki-laki GSN, sejak kejadian itu adiknya trauma dan jadi tidak mau pergi ke sekolah. Kini, GSN pun pindah sekolah ke Depok dan biaya sekolah sebelumnya dibayarkan oleh Pemerintah Kota Depok.

Apa yang harus dilakukan orangtua dan pihak sekolah untuk membantu mengurangi trauma yang dialami GSN?

“Pihak sekolah dan orangtua perlu meminta maaf pada anak karena telah melibatkan anak dalam urusan ini. Lalu pihak keluarga secepat mungkin mengembalikan rutinitas sang anak seperti semula sambil meyakinkan bahwa hal ini tidak akan terulang lagi karena merupakan suatu kesalahan. Pihak sekolah pun patut membantu anak untuk kembali percaya bahwa sekolah adalah tempat yang nyaman dan aman bagi anak,” pungkas Mbak Vera.

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan