banner-detik
CAREER

3 Tanda Atasan Punya Personal Issue dengan Anda

author

?author?16 Jan 2019

3 Tanda Atasan Punya Personal Issue dengan Anda

Ada kalanya seorang supervisor memang punya personal issue dengan timnya. Padahal urusan pekerjaan sudah sebaik mungkin dilakukan. Apa tiga tanda tersebut dan jika berada di dalam situasi ini, harus seperti apa? 

3 Tanda Atasan Punya Personal Issue dengan Anda - Mommies DailyImage: by rawpixel on Unsplash

"Gue nggak ngerti lagi deh sama atasan gue. Perasaan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab gue, udah gue kerjakan dengan maksimal dan sebaik mungkin. Tapi kok ya di mata atasan gue, salaaaaaah terus. Dan nyebelinnya, nggak ada masukan dari dia untuk membuat kerja gue semakin bagus," demikian curhat seorang teman ke saya ketika saya masih berada dalam satu perusahaan yang sama dengannya. Lalu berlanjut dengan curhatan-curhatan lainnya. Sampai saya jadi mikir sendiri, apa jangan-jangan atasan saya punya personal issue ya ke teman saya?

Semua cara sudah dilakukan oleh teman saya. Berbicara baik-baik dengan atasan secara empat mata sampai ditemani oleh HRD. Hasilnya? Nihil! Berakhir dengan teman saya memutuskan untuk resign karena dia anggap udah nggak sepadan antara kenikmatan kerja dengan 'penyiksaannya.'

Ternyata, mengutip dari workingmother.com, ada tiga tanda yang menunjukkan kalau atasan punya masalah pribadi dengan kita, tak peduli hasil kerja mau sebaik apa pun. Apa sajakah itu?

1. Atasan selalu menghindari berinteraksi dengan kita

Kelihatannya jadi seperti anak kecil berantem, nggak sih? Tapi faktanya ini kerap terjadi di dunia kerja. Padahal, seorang atasan wajib untuk menjalin komunikasi efektif dengan anggota tim-nya, terlepas dari urusan pribadi yang terjadi antara atasan dengan anak buahnya. Nah, jika kondisi atau hubungan antar rekan kerja sudah berpengaruh buruk terhadap kualitas pekerjaan tim, seharusnya tugas atasan untuk menegur secara profesional.

Menurut pakar karier, Alison Green, coba lakukan pendekatan dengan energi positif, alias mencoba berpikir positif. Mungkiiiiiin, dia sedang memiliki masalah yang berat sehingga mencari pelarian di tempat kerja. Nggak ada salahnya untuk bersikap aktif untuk mengajaknya bicara terlebih dulu. Ungkapkan apa yang kita rasakan, untuk memastikan, sumber masalahnya apakah memang urusan pekerjaan atau urusan personal.

2. Menunjukkan bahasa tubuh yang negatif

Rasa tidak suka dengan orang lain masih bisa kita tutupi jika sedang berkomunikasi, tapi bahasa tubuh biasanya sulit dimanipulasi. Bahasa tubuh negatif yang dimaksud, saat komunikasi tidak menatap mata kita, atau malah sibuk sama yang lain. Sering kali tangannya disingkap ke dada.

Menurut Michael Kerr, seorang penulis dan narasumber di bidang bisnis, cara terbaik menanganinya tanggapi dengan bahasa tubuh yang positif. Termasuk kontak mata langsung. Intinya jangan melawan api dengan api, perilaku ini mencerminkan bahwa kita bisa berpikir lebih bijaksana dibanding dirinya.

3. Atasan tidak memanusiakan Anda

“Eh sudah masuk ya hari ini. Gimana udah pulih banget?”

“Iya nggak apa-apa, istirahat di rumah, lekas sembuh, ya?”

“Si kecil udah mendingan?"

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang membuat tim merasakan dimanusiakan. Kan dunia kita nggak hanya di kantor. Terlebih yang sudah punya anak. Nggak pernah tau tuh, kapan anak sakit, atau kitanya yang “tumbang”.

Contoh lainnya, yang saya alami sendiri. Atasan yang baik itu, akan back up timnya, misalnya ada proyek dari divisi lain untuk timnya, tapi dari segi deadline nggak masuk akal. Manajer kita ini bakalan belain kita, dan mengusahakan tenggat waktu mundur sesuai dengan load kerjaan timnya. Supaya timnya tetap waras, hahaha.

Nah, jika atasan kita tidak pernah peduli dengan perasaan secara fisik dan profesional, apalagi nggak pernah back up soal kerjaan. IMHO, mungkin sudah saatnya mencari pekerjaan baru, dengan atasan yang paham pengertian memanusiakan manusia.

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS