banner-detik
WORK & CAREER

Stop Galau Meninggalkan Anak Bekerja

author

annisast09 Jul 2018

Stop Galau Meninggalkan Anak Bekerja

Setelah melahirkan, galau jadi kata sehari-hari banget ya. Anak demam galau, anak ada rash merah dikit galau, anak nggak mau makan galau, apalagi ninggalin kerja?

Makanya nggak sedikit ibu-ibu yang memutuskan resign setelah punya anak. Alasan utamanya ya galau itu tadi. Nggak tega tiap hari liat anak nangis ditinggal kerja, takut kehilangan momen sama anak, takut ASIP nggak cukup, dan jutaan alasan lain.

Menjadi Ibu Bekerja di Saat Sebenarnya Saya Ingin Menjadi Ibu Rumah Tangga - Mommies Daily

Ibu-ibu yang resign ini kemudian terbagi dua. Yang satu bahagia dan nggak menyesalkan keputusan resign, Ini tipe-tipe ibu yang sebenernya lebih suka di rumah. Tipe ibu yang punya bakat jadi ibu rumah tangga.

Tipe yang kedua adalah ibu yang lantas jadi stres. Merasa hidupnya jadi hilang karena berhenti kerja demi anak. Menyesal dan jenuh sekali harus di rumah seharian. Ini tipe yang nggak cocok jadi ibu rumah tangga dan mending balik kerja aja sih biar kembali waras.

Tiap ibu kan beda-beda ya. Akar masalahnya sebenernya karena galaunya itu jadi sebelum memutuskan resign “demi anak”, coba dipikirkan dulu, galaunya sebetulnya kenapa?

Apa support system yang nggak mumpuni?

Karena kebanyakan kegalauan ini bersumber dari sana. Dari kekhawatiran tentang anak saat ditinggal kerja.

Beda cerita kalau anaknya emang sakit ya. Ini anaknya sehat, cuma rewel tiap ibunya pergi kerja. Jadi ibu kepikiran terus dan jadinya pengen resign. Atau ibu terlalu sibuk dan jam kerja yang nggak tentu, sampai rumah anak lebih pilih mbak daripada ibunya sendiri. Yaaa risiko sih.

Balik lagi, pikirin tujuan kita kerja. Emang kerjanya demi anak? Saya sih nggak ya. Ya demi kehidupan anak yang lebih baik mungkin iya, tapi saya kerja karena saya suka kerja. Saya butuh waktu di mana saya bukan istri atau bukan ibu dan dihargai secara personal.

Saya galau ingin resign cuma satu hari. Saat hari pertama Xylo masuk daycare. Saya anter Xylo ke daycare sementara saya baru masuk kerja besoknya. Kenapa nggak di hari yang sama? Karena saya tau saya akan mellow banget jadi ya ada baiknya dia masuk lebih dulu sementara saya menata hati.

Hari itu seharian saya nangis mikirin Xylo di daycare. Omongan resign pada suami pun berkali-kali keluar. Besoknya saat hari pertama masuk kerja, saya lupa kalau saya kemarin galau hahahahaha. Ternyata saya kemarin sedih karena saya lupa juga suasana kantor. Lupa serunya makan siang, lupa kalau saya suka sibuk sama tumpukan kerjaan. Sejak saat itu, kata "resign demi anak" pun nggak pernah terlontar lagi dari mulut saya.

Tapi saya bisa tenang karena saya buat support system yang bikin saya tenang selama kerja. Makanya saya pilih daycare dan survey ke banyak sekali tempat, pilih katering, beli mesin cuci yang gampang, dan lain-lain. Intinya membuat hacks sendiri untuk hal-hal yang memudahkan kita sebagai ibu bekerja.

Selain urusan nanny, manajemen waktu juga harus dipikirin sebaik mungkin. Karena sudah kerja seharian, pas pulang ke rumah prioritasnya ya anak dulu lah. Jangan malah jadi beres-beres rumah dulu. Nanti anak cari perhatian dengan mecahin barang atau numpahin air kitanya malah marah, padahal si anak cuma kangen doang sama ibunya.

Yang terakhir kalau masih aja galau saat ninggalin anak kerja, kaji ulang pekerjaan kita di kantor. Apa gajinya seimbang dengan segala kerepotan sebagai working mom? Apa bisa nabung lebih banyak? Apa kita fine-fine aja dengan lembur dan kerja Sabtu-Minggu?

Kalau jawabannya “nggak” semua sih yaaaa, pikirin untuk pindah kerja lah. Jangan mengeluh karena kerjaan padahal nggak nyoba cari kerjaan baru juga. Selalu ada jalan untuk yang mau berusaha hahaha.

Kalau support system ok, waktu dimanage dengan baik, kerjaan kantor masih ok sih ngapain resign kan?

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan