banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Penjelasan Ahli Tentang Transgender Sebagai Kekerasan pada Anak

author

?author?26 Jun 2018

Penjelasan Ahli Tentang Transgender Sebagai Kekerasan pada Anak

“The transgender ideology is responsible for large-scale child abuse.”  Dr. Michelle Cretella

Beberapa waktu lalu, salah satu What’s App group (WAG) di HP saya hangat membahas isu, seputar proses transgender, yang dianggap sebagai bentuk kekerasan pada anak. Persis seperti pernyataan dari dr. Michella Cretella yang saya quote di atas.

Penjelasan Ahli Tentang Transgender Sebagai Kekerasan pada Anak - Mommies DailyImage: by Wendy Aros-Routman on Unsplash

Personil WAG isinya 100% kami para ibu, yang jantungnya cepat sekali kembang kempis, saat mendapati fenomena yang di luar nalar kami, sebagai orangtua, yang bertebaran di luar sana – yap salah satunya transgender. Normalnya kan, ketika seorang anak terlahir sebagai laki-laki atau perempuan, mereka akan tumbuh dan menjalani hidupnya, sesuai dengan jenis kelamin yang sudah Tuhan berikan semenjak mereka dalam kandungan ibunya.

Tapi apa yang terjadi, jika seorang anak dalam perjalanan tumbuh kembangnya, meyakini bahwa dia “terjebak” dalam jenis kelamin yang tidak ia inginkan?

dr.Michella Cretella, M.D seorang president of the American College of Pediatricians, sebuah organisasi dokter anak, yang berdedikasi untuk kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, menyatakan, ideologi transgender yang mengatakan, seseorang dapat terlahir di dalam tubuh yang salah, itu tidak benar. “Tidak ada seorang pun yang terlahir sebagai transgender. Jika identitas jenis kelamin terhubung atau ada korelasinya dengan otak sebelum seorang dilahirkan, maka kembar identik akan terlahir dengan jenis kelamin yang selalu sama. Kenyatannya? Tidak seperti itu.”

Maka, ketika seorang anak meyakini ia terjebak dalam tubuh yang salah, menginginkan jenis kelamin yang berbeda, dan orangtua mengamini hal tersebut dengan merestui anaknya melakukan transgender, dr. Michella Cretella mengatakan itu adalah bentuk kekerasan pada anak. Karena pada perjalanannya, seorang anak akan menjalani strerilisasi, melakukan terapi hormon, bahkan bedah mutilasi alat kelamin :(

Transgender juga berarti, membuat si anak bingung. "Siapa saya sebenarnya?", dan "mengirim" si anak ke dalam rangkaian pengobatan, salah satunya cross-sex hormones.Sejumlah risiko kesehatan juga akan dihadapi si anak. di antaranya, serangan jantung, diabetes dan berbagai jenis kanker.

Apa coba namanya, kalau bukan kekerasan pada anak? 

Secara ilmu kedokteran, dalam video yang dilansir The Daily Signal, dr. Michella Cretella membeberkan fakta secara ilmu medis. Bahwa jenis kelamin kita tidak ditentukan oleh siapapun. Tidak juga  ditentukan dari anggapan atau pemberian label, semacam yang saya sebut di atas (saat seseorang “merasa” terjebak dalam tubuh yang salah dan orang-orang di sekelilingnya satu suara dengan hal itu). Jenis kelamin ditentukan saat pembuahan oleh sistem DNA kita. Jenis kelamin manusia hanya ada dua. Jika seseorang punya chromosome normal Y, maka ia akan tumbuh menjadi laki-laki. Atau jika tidak, seseorang akan terlahir sebagai perempuan.

Dan setidaknya ada 6.500 perbedaan genetik, antara laki-laki dan perempuan. Kata dr. Michella, hormon dan operasi tidak akan bisa mengubah hal tersebut.

Sebagai contoh kasus. dr. Michella mempunyai pasien anak laki-laki bernama Andy. Sejak usia 3-5 tahun, dia intens sekali bermain dengan perempuan dan mainan perempuan dan menyebut dirinya sebagai laki-laki. Setelah diintervensi lebih lanjut oleh terapis. dr. Michella menemukan fakta, saat Andy berusia 3 tahun, Andy belum bisa menerima kenyataan, jika kelahiran adik perempuan yang berkebutuhan khusus, menyedot hampir semua perhatian orangtuanya. Lalu beranggapan, “Kalau saya menjadi perempuan, maka papa dan mama akan mencintai saya.” Dengan terapi lebih lanjut bersama keluarganya, keadaan Andy terus membaik.

Baca juga: Saat si anak bilang, "Mama aku mau jadi perempuan aja!"

Di sinilah menurut saya, orangtua dan support system memainkan peranan pentingnya. Memaparkan hal-hal baik dan sewajarnya. Seorang anak tidak mungkin membuat satu keputusan, jika sebelumnya dia tidak punya bekal referensi yang cukup, misalnya pendidikan sex. Dimulai dari dasar, apa sih bedanya laki-laki dan perempuan itu secara fisik. Bahwa jenis kelamin adalah anugerah Tuhan, dan akan selamanya akan menetap di tubuh kita. Satu paket dengan peran yang harus kita jalankan ke depannya.

Baca juga: Ngobrol Tentang Pendidikan Seksual Sesuai Usia si Kecil, Yuk Mommies!

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS