banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Anak Mengendarai Motor: Kebanggaan atau Kelalaian Orangtua?

author

?author?07 Apr 2018

Anak Mengendarai Motor: Kebanggaan atau Kelalaian Orangtua?

Karena kepala anak tidak lebih keras dari aspal, masih mau kasih izin mereka mengendarai motor sebelum waktunya?

Kamis, 5 April lalu viral beredar video seorang anak kecil berusia 5 tahun, mengendarai sepeda motor kecil di jalan raya. Ia membonceng seorang anak, yang lebih kecil dari dirinya. Saat melewati perempatan, sejumlah pak polisi dari Kasatlantas Polres Sampang menegur dirinya, dan meminta si anak untuk ikut di mobil polisi, dan diantar ke tempat tujuan. Tapi, namanya juga masih TK, si anak malah menangis. Ia yakin dirinya benar, sambil menunjukkan dirinya menggunakan helm. Sekaligus khawatir, kalau dia ikut pak polisi, nanti motornya akan disita.

Anak Mengendarai Motor: Kebangaan atau Kelalaian Orangtua? - Mommies Daily

Dua pak polisi yang mengajak si anak berdialog saya lihat di video sudah sangat manusiawi. Ada sapaan “sayang” tertuju untuk anak yang diketahui orangtuanya adalah pembalap ini. Bahkan, pak polisi yang satu, mengelus kepala si anak dan memesan minuman untuknya. Memberikan rasa nyaman, di tengah proses pendalaman informasi. Kenapa anak ini, bisa bebas berkeliaran naik motor mini, di tengah jalan raya yang padat? Akhirnya, petugas pun sepakat untuk mengawal kedua anak ini, ke tempat tujuan mereka.

Sebagai orangtua, hati saya kok, “kembang kempis” ya, melihat fenomena seperti ini? Bukan sekali dua kali lho. Di sekitar rumah saya misalnya, anak-anak SMP dan SMA bebas berkeliaran dengan sepeda motornya. Jarang dari mereka yang menggunakan atribut keamanan berkendara, minimal helm, deh. Sudah gitu yang anak laki-laki, dengan bangganya mengendarai motor sambil merokok :(. Di titik ini, kalau saya berpendapat, ada unsur pembiaran dari orangtua atau support system mereka. Kok, bisa lepas begitu saja turun ke jalan raya?

Tahu dong, Surat Izin Mengemudi (SIM) C diberikan kepada mereka yang sudah atau berusia lebih dari 16 tahun. Fakta menarik yang patut diketahui, hal ini berkaitan dengan perkembangan otak manusia. Dalam sebuah artikel di liputan6.com ,2017 lalu dikatakan. Penentuan SIM diberikan kepada mereka yang berusia 16 atau 17 tahun ke atas, punya dasar yang kuat berupa riset.

Seorang Neuropsikolog dari University of California Los Angeles, mengeluarkan jurnal Nature Neuroscience, Sowell yang mengatakan, bagian otak remaja belum berkembang dengan sempurna. Karena bagian otak yang bernama lobus frontalis, saraf-sarafnya belum sepenuhnya saling terhubung. Yang berfungsi untuk: mengatur, perencanaan, pengorganisasan, dan antisipasi hal penting ketika seseorang berkendara di jalan raya.

Bukti di lapangan menyebutkan, usia 15-29 tahun adalah rentang usia yang paling sering mengalami kecelakaan. Dikutip dari oto.detik.com dikatakan oleh  Kasubdit Andalalin (Analisis dan Dampak Lalu Lintas), Kemenhub, Handa Lesmana. "Fenomena orang tua memberi sepeda motor atau orang tua malah bangga anaknya bisa naik kendaraan padahal masih di bawah umur dan belum punya SIM, itu merupakan pemikiran yang keliru," tutur Handa.

Anak Mengendarai Motor: Kebangaan atau Kelalaian Orangtua? - Mommies DailyImage: Korlantas

Saat saya menelusuri identitas si anak. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Kedua orangtuanya bekerja di Surabaya. Mungkin ada fungsi kontrol dan minim edukasi di sini. Walau sang ayah pembalap, nggak serta merta, anaknya bisa mengendarai sepeda motor mini di jalan, kan?

Bisa dibina terlebih dahulu, di bawah pengawasan khusus. Kalau memang si anak, benar-benar punya passion mengikuti jejak ayahnya. Misalnya, bisa latihan di area khusus untuk balapan. Bukan di jalan raya, yang berpotensi malah membahayakan nyawa si anak, dan ratusan pengendara lainnya.

Jadi sepakat, ya? Pembiaran anak mengendarai motor, adalah salah satu bentuk kelalaian. Karena, nyawa anak hanya satu dan penyesalan datangnya belakangan, lho.

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan