Sorry, we couldn't find any article matching ''
8 Trik Ajari Anak Disiplin Soal Waktu
Ditulis oleh: Ficky Yusrini
Belajar disiplin soal waktu adalah salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki anak saya agar ia sukses di masa dewasanya nanti. Walaupun cara yang nomor tiga masih suka lupa saya praktikkan :D.
“Buruan! Ayo, udah jam berapa ini? Mandinya lama amat sih. Bisa telat ke sekolah!”
Begitulah drama yang terjadi setiap pagi di rumah. Saya sering gemas kalau Pi (10) anak saya, mulai ‘woles’ (slow) Bangun pagi sih, on time, tetapi setelahnya apa-apa lama. Mandi lama, pakai baju lama, sarapan….lammaaaaa banget! Sungguh menguji kesabaran! Kalau nggak pakai diomelin, nggak bakal tepat waktu sampai sekolah. Tapi rupanya tetangga kanan kiri yang kebetulan selisih usia anaknya tak jauh beda dengan anak saya, juga mengalami hal serupa. Soalnya kadang, saya bisa mendengar ‘teriakan’ para si Mama.
Itu baru urusan sekolah, belum aktivitas yang lain. Ekskul, les dan sebagainya. Kalau satu sudah telat otomatis bikin rutinitas lainnya berantakan. Jam tidur kemaleman, bangun pagi kesiangan. Padahal, saat semakin dewasa, urusan tepat waktu semakin penting dibutuhkan!
Berikut, 8 cara saya untuk mengajari Pi disiplin soal waktu, siapa tahu ada yang punya masalah sama seperti saya :D
1. Tetapkan rutinitas
Kalu bagi kita yang dewasa rutinitas itu membosankan, sebaliknya bagi anak. Anak malah sangat membutuhkan rutinitas untuk melakukan hal yang sama setiap harinya. "Belajar disiplin dimulai dari melakukan aktivitas yang sama dalam urutan yang sama setiap hari,” tulis Stacey, penulis The Soccer Mom Blog. Menurut Child Development Institute, prediktabilitas memberikan rasa aman bagi anak-anak. Ini membebaskan anak untuk membangun kemandirian.
2. Ajari mereka tentang waktu
Pelajaran penting dalam mengajar manajemen waktu pada anak adalah membuat anak memahami waktu. Ya betul, membaca jam! “Nanti jarum panjang di angka 12, matikan tevenya ya!” “Lima menit lagi kamu harus mandi”, dan sebagainya. Buatlah urutan tugas yang harus ia lakukan dengan menggunakan keterangan jam. Belajar tentang waktu dan jam bagi anak usia dini juga bisa menggunakan aplikasi game edukasi digital mudah diunduh di Play Store. Dengan cara ini, anak akan belajar matematika dengan cara yang fun, yang tentunya diminati para gen Z pada umumnya.
3. Jadilah teladan
Anak-anak belajar dengan contoh. Tidak cukup dengan memberi perintah, kita juga perlu menunjukkannya. Menurut psikolog Princeton University, Eileen Kennedy-Moore, "Jadi contoh yang baik saja tidak menjamin anak-anak akan melakukan apa yang kita inginkan, tapi dengan mengatakan kepada anak-anak “Lakukan apa yang ibu bilang”, akan berbeda bobotnya dengan “Lakukan apa yang ibu lakukan.””
Contoh sederhana, sebelum menyuruh anak mandi, ada baiknya kita mandi terlebih dahulu, atau segera mandi setelah si kecil mandi. Kalau kita ngomong ke anak bahwa manajemen waktu penting tapi kita sendiri punya kebiasaan sering terlambat, anak akan mengabaikan aturan.
4. Jangan mudah menyerah
Belajar manajemen waktu butuh latihan. Jangan heran kalau anak perlu terus menerus diberi tahu kapan harus mandi, makan, tidur, dan lainnya. Orang tua jangan mengeluh kalau harus menjadi time keeper.
5. Tetapkan batas akhir
Seperti pekerjaan yang kenal deadline, anak juga perlu dikenalkan pada konsep semacam deadline. Deadline menjadi bagian dari pelajaran manajemen waktu yang menunjukkan berapa lama setiap tugas berlangsung dan kapan harus selesai. Dengan menetapkan waktu akhir, kita menciptakan rasa urgensi, jadi anak-anak tahu mereka tidak memiliki banyak waktu. Dan, saya tak menerima tawar menawar :).
6. Berikan pengingat visual
Pastikan anak bisa melihat jam dengan mudah. Saya memasang jam dinding berukuran besar di ruang tengah untuk memudahkan anak memeriksa waktu. Karena seringkali saya harus berperan sebagai alarm juga.
7. Jadilah Konsisten
Konsistensi adalah kunci! Rutinitas hanya formalitas jika kita tidak benar-benar menjadikannya rutinitas. Sekalinya time keeper kebobolan, akan sulit menegakkan lagi aturan waktu.
8. Tetap fleksibel
Kayaknya memang berlawanan dengan poin sebelumnya, tapi terkadang kita perlu fleksibel juga. Bolehlah, sekali-kali jadwal berubah kalau kondisi, sedang di luar kota, misalnya. Atau, kemalaman di jalan akibat macet. Fleksibel juga untuk menunjukkan pada anak bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan. Yang penting, kita sudah berusaha melakukan yang terbaik.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS