banner-detik
SELF

Reflection on Childhood: Rahmasari Muhammad - Bersikap Humble Itu Bukan Kelebihan Tapi Sebuah Keharusan dan Kebiasaan

author

fiaindriokusumo19 Mar 2018

Reflection on Childhood: Rahmasari Muhammad - Bersikap Humble Itu Bukan Kelebihan Tapi Sebuah Keharusan dan Kebiasaan

Your Heart and Attitude Are The things That Define You. Bersikap humble bukan merupakan kelebihan tapi keharusan dan kebiasaan. Inilah yang diyakini oleh Rahmasari Muhammad, anak bungsu dari almarhum Mar’ie Muhammad.

Persahabatan saya dengan ibu dari satu putri ini berawal di tahun 2011, ketika kami bekerja di satu perusahaan media yang sama. Saya baru mengetahui kalau dia adalah anak dari seorang mantan Menteri Keuangan, almarhum Mar’ie Muhammad malah dari orang lain. Tidak sekali pun dia pernah menyebut siapa orangtuanya! Ditambah gaya hidupnya yang sederhana dan apa adanya.

Menjadi anak dari mantan Manteri Keuangan, tak lantas membuat Ai (panggilan akrab dari Rahmasari Muhammad) anti makan di pinggir jalan atau bepergian menggunakan transportasi online seperti Gojek.

Saya jadi penasaran, seperti apa kedua orangtuanya mendidik Ai sehingga di mata saya dan teman-teman, kami menilai Ai adalah pribadi yang mandiri, smart, tahu apa yang diinginkan, jujur dan apa adanya. Berikut hasil obrolan saya dengan Ai Muhammad, istri dari Zainal Irwan:

1. Tiga hal yang kamu suka dari diri kamu?

Pertama, I always try to be rational, objective and use my critical thinking in my daily life. Menimbang segalanya dari berbagai aspek, menggunakan nalar dalam mengevaluasi berbagai masalah dengan sebisa mungkin menekan emosi dan ego. Ini membuat saya tidak mudah berganti pendirian dan tidak takut menyuarakan pendapat yang menurut saya benar serta masuk akal. Nggak heran kadang saya dicap "keras" atau "galak" hahaha.

Kedua, saya sangat menghargai keberagaman. Orangtua saya selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai orang lain bukan karena status, pangkat atau embel-embel apa pun. Saya melihat contoh, bagaimana Ayah bisa luwes ngobrol dengan pedagang minuman di pinggir jalan tanpa canggung, dan juga berkawan erat dengan teman berbeda agama. begitupun ibu bisa ramah menyapa siapa saja. Hal tersebut tanpa sadar membentuk saya menjadi seperti sekarang. Berbeda status ekonomi, agama, ras, dan perbedaan lainnya, it does'nt matter for me. Your heart and attitude are the things that define you. Hati dan sikap yang perlu dijaga. Bersikap humble bukan merupakan kelebihan tapi keharusan dan kebiasaan.

Last but not least, I always appreciate people who are hard workers, passionate in what they do and also persistent, because I feel that they are similar with me, hehehe.

Orang tua saya adalah pekerja keras yang mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat. Ayah saya seorang civil service dan ibu saya mendirikan yayasan di bidang pendidikan serta mendirikan sekolah. Dari keduanya saya melihat kerja keras, kedisiplinan, tanggungjawab dan bagaimana orang bisa berdedikasi serta berkomitmen. Saya ingat almarhum ayah saya pernah berkata "Terserah kamu mau jadi apa tapi jangan setengah-setengah, do your best." Hal itu saya pegang teguh hingga saat ini. Jika memulai sesuatu, saya berusaha menyelesaikan apa yang sudah saya mulai. Sulit bagi saya untuk "menyerah" karena saya percaya, seseorang bisa sukses karena kegigihannya.

Reflection on Childhood: Rahmasari Muhammad - Your Heart and Attitude Are The things That Define You - Mommies Daily

2. Pengalaman masa kecil apa yang membentuk kamu mempunyai tiga hal tersebut? Apa andil dari orang tua?

Almarhum ayah juga sangat rasional dan objektif. Sepanjang hidupnya, saya selalu melihat beliau menggunakan "common sense" dan menelaah semuanya secara bijaksana sebelum membuat keputusan. Dia tidak mudah dipengaruhi siapa pun, tidak pernah takut "melawan arus" dan seringkali berkata "kalau kamu benar ya jangan takut.”

Bagi saya, andil orangtua dan pengalaman masa kecil sangat berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian saya. My parents are my hero. Mereka mengajarkan dan mendidik melalui sikap yang akhirnya menjadi panutan kami sehari-hari. Dari kecil, mereka tak hanya mengajarkan anak-anaknya namun juga memberi contoh bagaimana bersikap jujur, disiplin, bekerja keras, hidup mandiri, sederhana, berani menyuarakan pendapat, dan pantang menyerah.

Saya ingat ketika sekolah TK mengadakan karyawisata, hampir semua teman kelas saya ditemani ibunya. Saya pergi sendirian. Ketika pulang saya bertanya kepada ibu kenapa beliau tidak ikut dan jawabannya "Mama harus kerja cari uang untuk beli buku yang kamu suka. Kamu kan ada bu guru yg nemenin. Jadi nggak masalah kan?" Begitupun ketika saya kuliah di Malaysia. Jauh dari keluarga membuat saya belajar mandiri dan tidak bergantung pada siapa pun.

Reflection on Childhood: Rahmasari Muhammad - Your Heart and Attitude Are The things That Define You - Mommies Daily

Rahmasari Muhammad - Mommies Daily

Kami juga dibiasakan untuk hidup sederhana. Tidak masalah kalau tidak ada mobil pribadi, saya bisa pergi dan pulang sekolah dengan bajaj langganan atau bis. Karena saya melihat ayah saya aja yang seorang pejabat bisa santai kemana-kemana pakai mobil butut andalannya, hahaha.

My childhood experience really reflects who I am today. Saya percaya kalau edukasi dimulai dari rumah, bersama orang-orang terdekat.

Ketika sudah menjadi ibu, saya pun berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Baik dalam berpikir, bersikap, bertutur kata maupun bertindak. Karena saya percaya, edukasi adalah lifetime learning dan bukan hanya diajarkan di mulut, namun melalui sikap yang kita tunjukkan setiap hari.

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS