Susahnya Ibu Bekerja Mencari Waktu Untuk Bersama Anak…

Well, suka atau tidak, kita nggak bisa sok denial dengan masalah yang satu ini, iya nggak sih? Sekarang tinggal sebesar apa effort yang rela kita lakukan untuk menambah waktu kebersamaan dengan anak-anak.

Bagi saya, salah satu tantangan terbesar sebagai ibu bekerja itu adalah masalah waktu. Waktu yang harus saya luangkan agar bisa bersama anak-anak. Nggak jarang, saya beberapa kali merasa 24 jam dalam sehari itu kurang.

- Urusan pekerjaan yang kadang-kadang harus lembur atau business trip keluar kota or negeri.

Baca juga:

Business Trip Tanpa Rasa Bersalah

- Waktu tidur, makan, mandi dan dandan juga udah lumayan ngabisin waktu :p.

- Perjalanan dari rumah ke kantor terus pulang lagi ke rumah juga udah membuat waktu saya berkurang sekian jam.

- Ngobrol sama anak, nemenin anak belajar, juga dilakukan di sela-sela kesibukan harian. Akhirnya kurang maksimal.

- Terus masih kepingin sok me time kan… entah itu kumpul sama teman-teman atau sekadar nyalon atau spa *__*.

- Demi body paripurna, juga mau rutin dong TRX, Pound Fit, Muaythai sampi Boot Camp.

Baca juga:

10 Tempat Olahraga Kekinian yang Bisa Mommies Coba

- Ngurusin pasangan juga (pasangan yang mana Fi???).

Boleh nggak sih nambah waktu dikiiiiiiit aja, hahaha :D.

Kalau dulu, saya suka menghibur diri dengan bolak-balik ngomong bahwa yang penting quality time, bukan quantity-nya. Tapi kok ya sebagai ibu, saya juga nggak bisa bohongin diri sendiri, kalau saya maunya ya quality time tapi juga quantity time (banyak mau banget sih nih ibu bekerja yang satu ini :D).

Suka ‘perang’ sendiri di dalam hati, antara mau full effort demi anak-anak tapi juga merasa saya butuh waktu me time in the name of happy mom happy kids. Tapi semakin anak-anak besar semakin sulit ahahaha.

Kalau dulu berpikir begitu anak-anak sudah besar bakalan enak nih karena bisa ditinggal-tinggal…. Ternyata boro-boro. Yang ada mereka semakin menuntut keberadaan dan kehadiran mamanya di dekat mereka. Capek? Iya. Tapi kan saat memutuskan memiliki anak kita sudah paham ya sama konsekuensinya. Jadi satu-satu jalan, dinikmati dan cari solusinya.

Baca juga:

Memiliki Anak Tidak Sama dengan Bermain Boneka

Solusi seperti apa?

1. Ganti jadwal grocery shopping. Kalau dulu saya lakukan di hari sabtu atau minggu biar sekalian ngajak anak-anak, tapi ini membuat waktu untuk kebutuhan mereka lebih terbatas. Jadi sekarang saya melakukannya di hari kerja. Saat makan siang atau pulang kantor.

2. Pilih waktu olahraga dan me time ketika anak-anak sedang bersama ayahnya. Pasca bercerai, saya dan mantan suami melakukan semacam joint custody untuk pengasuhan anak-anak, walaupun hak asuh ada di tangan saya. Begitu harinya anak-anak bersama ayahnya, itu jadwal saya untuk berolahraga ataupun melakukan me time dan kumpul-kumpul bersama teman.

3. Sesekali melibatkan anak-anak dalam tugas kantor. Beberapa kali ketika saya harus business trip ke luar kota, saya mengajak anak-anak saya dan adik sepupu yang bisa menjaga mereka ketika saya sedang bekerja. Biasanya di saat weekend atau ketika sekolah anak-anak lagi libur.

4. Thanks to technology. Komunikasi menjadi lebih mudah, kan dengan teknologi. Bisa video call atau voice call dengan biaya murah meriah.

5. Mengantar anak sekolah walaupun berarti saya harus bangun jam 5 pagi setiap hari dan siap berangkat jam 6 pagi. Tapi sepanjang perjalan menuju sekolah bisa kami gunakan untuk ngobrol-ngobrol santai.

6. Membiarkan anak ikut menjemput saya di kantor. Sesekali ketika saya dijemput oleh supir, saya suka mengizinkan anak-anak untuk ikut ke kantor. Perjalanan pulang jadi bisa saya manfaatkan untuk berbagi cerita bersama kakak dan adik.

7. Playdate bersama teman yang juga sama-sama punya anak. Kalau sudah playdate dengan usia anak-anak saya rasanya lebih enak karena mereka sudah bisa ‘dilepas’ mandiri. Anak-anak main, mamanya juga ngobrol santai tapi tetap bisa mengawasi si anak.

Nggak munafik kalau tetap kadang-kadang saya rindu rasanya sendiri tanpa memikirkan anak, tapi satu yang menjadi pegangan saya, bahwa anak-anak ini akan bertumbuh menjadi remaja lalu dewasa. Mereka akan mempunyai dunianya sendiri dan kemungkinan besar tidak lagi membutuhkan kehadiran mamanya. Dan ketika masa itu datang, saya pasti memiliki banyaaaaak waktu luang untuk diri sendiri. Jadi, kalau sekarang hati dan pikiran saya dipenuhi oleh anak-anak? Ya kenapa nggak :).