banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

Karena Pernikahan Kita Memang Tidak Baik-baik Saja…

author

fiaindriokusumo29 Nov 2017

Karena Pernikahan Kita Memang Tidak Baik-baik Saja…

Boleh ya kita lepaskan sejenak topeng yang selama ini kita kenakan demi citra pasangan bahagia di depan umum. Karena sejujurnya, kita sama-sama tahu kalau pernikahan kita sudah tidak baik-baik saja :).

Jika harus bicara jujur, apa alasan yang membuat kita masih mempertahankan pernikahan kita, pernikahan yang saat ini kondisinya jauuuuh dari mimpi-mimpi kita di awal kita menjalani pernikahan, kira-kira jawaban apa yang akan keluar dari mulut kita?

Yang jelas bukan cinta atau sayang, karena dua rasa itu sepertinya sudah menguap dan menghilang….

Karena rasa enggan untuk sendiri…… bisa jadi, karena selama ini kita terbiasa memiliki pasangan, walaupun mungkin saja ‘fungsi’ pasangan kita sudah tidak maksimal. Dia ada hanya untuk melengkapi status di Kartu Tanda Penduduk kita, bahwa kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang menikah. Karena itu terasa lebih normal dibanding tulisan janda di kolom status, mungkin?

Atau, karena kita tidak ingin kehilangan sumber pemasukan bulanan kita? Kita yang terbiasa meminta atau kita yang terbiasa berbagi tanggung jawab finansial bersama. Rasa-rasanya sulit untuk kehilangan kenyamanan itu.

Oh, mungkin kita bertahan karena anak? Tidak ingin anak tumbuh besar dalam keluarga yang terpecah.

Tuntutan keluarga mungkin? Karena dalam keluarga besar, bercerai adalah tabu, maka apapun yang terjadi kita memilih bertahan walau harus dengan napas yang terputus-putus?

Entah, apa yang membuat banyak orang bertahan.

Karena Pernikahan Kita Memang Tidak Baik-baik Saja… - Mommies Daily

Namun, sebenarnya kita tahu, ada yang salah dengan pernikahan kita dan bahwa pernikahan kita memang tidak baik-baik saja. Mau tahu kenapa? Jangan katakan bahwa pernikahan kita baik-baik saja, kalau….

1. Kita tidak lagi menikmati cara kita berkomunikasi

Komunikasi menjadi kewajiban, bukan karena kita ingin dan merasa nyaman untuk berbicara satu sama lain. Tapi karena ada masalah penting yang harus dibicarakan. Komunikasi tidak lagi terasa menyenangkan.

2. Kita tidak pernah lagi tertawa bersama

Kita berubah menjadi orang yang terlalu serius untuk sata sama lain, namun tidak untuk orang-orang lain. Kita tidak bisa lagi menertawakan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Sebaliknya, kesalahan sekecil apapun selalu membuat kita emosi berlebihan.

3. Kita kehilangan gairah dan hasrat untuk bercinta

Dalam sebuah pernikahan, saya percaya kalau urusan ranjang menjadi salah satu penentu apakah kita akan bahagia atau tidak. Lantas, bagaimana kita bisa bahagia kalau kehidupan percintaan kita berubah menjadi kegiatan yang penuh paksaan?

4. Kita tak lagi peduli atau khawatir terhadap satu sama lain

Kapan terakhir kali kita menelepon dan bertanya, di manakah pasangan kita? Sudah sampai di mana perjalanan pulang kantornya? Kenapa hingga dini hari pasangan tak kunjung pulang? Atau kapan kita merasa khawatir ketika melihat pasangan kita tertidur lemah di kasur karena sakit? Yup, kita sudah lupa kapan perasaan peduli atau khawatir itu pernah ada.

5. Kita sudah tidak bisa lagi menghargai perbedaan di antara kita

Pernikahan adalah kegiatan yang menggabungkan dua orang berbeda. Berbeda pemikiran, berbeda gaya hidup, berbeda keyakinan, dan masih sederet lagi perbedaan yang ada. Maka, ketika di dalam pernikahan semua perbedaan malah berbalik menjadi sebuah masalah, maka kita tahu kalau pernikahaan kita sudah tidak baik-baik saja.

6. Hal yang ingin kita lakukan hanyalah menyakiti satu sama lain

Setiap caci maki, setiap teriakan, setiap amarah hanya membuat kita semakin puas karena bisa menyakiti pasangan dan melampiaskan emosi kita.

Masih banyak tanda-tanda yang menunjukkan permasalahan dalam pernikahan yang kita jalani, namun 6 hal di atas rasa-rasanya cukup mewakili.

Jika memang 6 hal ini sudah menjadi makanan sehari-hari kita, mungkin sudah saatnya kita mengakui bahwa pernikahan kita memang tidak baik-baik saja. Nggak ada yang salah untuk berani bicara dan mengatakan apa adanya.

Ibaratnya, ketika kita tahu kapal yang kita naiki nyaris karam dan tenggelam, bukankah sebaiknya kita segera mencari bantuan? Dan setelah mendapat bantuan, kita sudah selamat dan tidak tenggelam, kita bisa mencari tahu kerusakan yang dialami oleh si kapal. Apakah masih bisa diperbaiki atau memang harus kita tinggalkan?

Because sometimes, holding on does more damage than letting go.

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS