banner-detik
TODDLER

Mengenal Sleep Regression pada Anak, dan Bagaimana Penanganannya

author

?author?29 Aug 2017

Mengenal Sleep Regression pada Anak, dan Bagaimana Penanganannya

Meski sleep regression normal terjadi pada setiap anak, orangtua harus tetap waspada dengan perubahan sekecil apapun yang terjadi pada si kecil.

Untuk anak-anak tidur itu dikatakan, adalah masanya otak berkembang cukup pesat. Tapi memang, ada syarat dan ketentuan yan mengikuti. Misalnya anak disarankan tidur pulas ketika jam 9, karena  menurut dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, sekreasi hormon melatonin dimulai sejak jam 9 malam. Hormon ini berpengaruh pada siklus tidur anak dan siklus reproduksi kelak. Hormon pertumbuhan lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak adalah growth hormone, berada di puncak saat tengah malam, saat fase tidur dalam anak dimulai.

Baca juga: Apa Benar Bayi Tidur Lebih Nyenyak di Kamarnya Sendiri?

Mengenal Slepp Regression pada Anak, dan Bagaimana Penanganannya - Mommies Daily

Namun ada masanya, tidur si kecil akan mengalami gangguan di usia-usia tertentu. Gangguan ini, dikatakan sebagai sleep regression, yaitu pengurangan jumlah jam tidur pada anak, yang secara berlangsung secara menetap. Nggak hanya dua sampai tiga hari, jadi memang polanya itu cenderung menetap. Kata Agstried Elisabeth Piether, M.Psi., Psi. dari Rumah Dandelion.

Agstried mengingatkan, misalnya ketika masih bayi, akan terlihat pada anak yang newborn. Tiga bulan ke bawah jam tidur mereka masih banyak, dan mulai berkurang ketika masuk 4 bulan, karena mulai beradaptasi dengan pola kehidupan di luar. Sebetulnya hal ini juga normal terjadi.

Untuk anak yang sudah lebih besar, biasanya usia toddler hingga sekolah, menurut Agstried dari pengalamannya menangani kasus, ada 3 penyebab utama sleep regression bisa tadi.

1. Menyapih

Kalau malam-malam biasanya mereka nenen, sekarang nggak boleh. Kenyamanannya diambil. Jadi awalnya mereka nggak nyaman tidurnya. Nah, itu menyebabkan jam tidurnya jadi berkurang. Tengah malam bangun minta dipeluk dulu, nangis dulu, teriak. Dan itu berbeda-beda setiap anak.

Penanganan: Pas anak minta digendong, kalau bisa jangan keluar kamar. Dan sebisa mungkin jangan menyalakan lampu kamar. Digendong aja di kamar, dinyanyikan. Dibuat nyaman tapi tidak mengubah kebiasaan jam tidur

Baca juga: 8 Trik Menyapih Ala Member Mommies Daily

2. Toilet Training

Karena kan mereka akan lepas pospak. Entah anak terbangung malam-malam karena basah, atau deg-degan, ada perasaan kemungkinan ngompol.  Jadi tidak nyenyak tidurnya.

Penanganan: Kata Mbak Agstried, Sebagai orangtua, kita bisa bangunin dia 2 jam sekali untuk pipis. Sleep regression pada toilet training, harusnya tidak berlangsung secara terus menerus. Begitu dia sudah bisa mengendalikan rasa ingin pipisnya, pipis sebelum tidur dan nanti saat bangun, itu sudah cukup.

Baca juga: Saat si Kakak Kembali Mengompol

3. Adaptasi dengan lingkungan baru

Ini bisa karena stress di sekolah, atau perubahan di rumah. Mbak Agstried, memberi contoh kasus, aat anak pindah TK ke SD. Bisanya jam tidur anak karena beberapa penyebab:

  • Excited, mereka punya tempat baru
  • Jadi anak yang sudah besar
  • Di sisi lain, Mbak Agstried bilang, ada tuntuan yang berbeda. “Nah ketika ada perubahan tuntuan, tekanan dari lingkungan. Mereka jadi nggak bisa tidur. Malam hari terbayang, suasana sekolah baru.”

    Penanganan:

    Kunci awal yang ingin ditekankan oleh Mbak Agstried, semua tentang proses!

  • Caranya biasanya, kalau sudah di TK B, coba diajak main. Melihat kakak-kakak kelas 1 kalau belajar seperti apa sih? Ngintip aja dari luar. Jadi mereka familiar dengan sekolahnya. Dapat gambaran, bagaimana nanti suasana sekolah belajar di SD.
  • Kalau bisa sejak TK rutinitas mulai terbangun, jam berapa bangun sarapan, dan jam berapa dia belajar. Meskipun nggak ada PR, jadinya pas SD dia harus melakukan rutinitas itu, sudah terbiasa.
  • Supaya mengurangi stress, dari orangtuanya juga jangan stress. Misalnya pas pulang sekolah, orangtua jangan memborbardir dengan pertanyaan, “Tadi bisa nggak, nak, tadi bisa nggak jawab pertanyaan gurunya?” Anak jadi berasa, ternyata ada tuntutan begini ya? Aku selama ini nggak tahu, lho. Soalnya selama ini Mama santai-santai aja, nah, itu akhirnya membuat anak merasa ada tuntutan yang lebih besar, tapi tidak disampaikan dengan baik.
  • Bentuk pertanyaan, saran dari Mbak Agtried lebih baik diubah, ““Happy nggak tadi di sekolah?” “Hari ini belajar apa yang bikin kamu senang?”. Jadi fokusnya adalah “HAPPY”, positif emotionnya yang kita bangun,” jelas Mbak Agtried

    Walau sleep regression dikatakan sebagai fase normal yang akan dialami setiap anak. Orangtua mesti waspada, pada sekecil apapun perubahan pada si kecil. Misalnya nih, mommies, kalau sampai menganggu pola makan, tidur, menjerit dan menangis di malam hari. Tentu itu sudah masuk kategori tidak normal, dan butuh konsultasi ke psikolog anak.

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan