banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Memberikan Reward Puasa untuk Si Kecil, Boleh Nggak, Sih?

author

adiesty14 Jun 2017

Memberikan Reward Puasa untuk Si Kecil, Boleh Nggak, Sih?

Ini dia salah satu pertanyaan yang ingin saya ketahui jawabannya dengan jelas. Supaya nggak salah, saya pun bertanya pada Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psi, sebenarnya apakah reward puasa untuk si kecil, boleh nggak sih?

Menjelang bulan puasa, anak saya, Bumi sudah niat untuk puasa full. Begitu denger, happy banget, dong! Meskipun sudah belajar puasa sejak usia 4 tahun, tapi memang selama ini Bumi belum bisa puasa seharian penuh. Saya dan suami pun nggak pernah maksa, hanya berusaha untuk memberikan motivasi.

Reward Puasa untuk si kecil, boleh nggak sih? - Mommiesdaily

Tapi bagaimana kalau motivasi tersebut dalam bentuk reward? Apa boleh? Takutnya nih, anak saya malah puasa hanya karena menginginkan reward sehingga menghilangkan esensi manfaat dan apa yang bisa dipelajari lewat berpuasa.

Duh, jangan sampai, dong.

Makanya ketika Bumi bertanya, "Bu, kalau aku bisa berpuasa full... Aku dapat reward nggak dari ibu?". Saya lantas bingung. Takut jadi buah simalakama.

Mengingat Bumi sudah cukup besar, sudah 7 tahun, saya pun memutuskan tahun ini nggak memberlakukan sistem reward.

Mengajarkan anak untuk bisa beribadah memang susah susah gampang. Harapannya sih, selama saya bisa menerangkan dan mencontohkan soal ibadah, anak bisa paham dan ikut menjalankan. Masalahnya tinggal mau atau tidak anak untuk mengikutinya tanpa harus saya paksa.

Lalu gimana?

Apa cukup menjelaskan kalau kita perlu menjalankan ibadah untuk mendapatkan pahala? Kalau sudah punya pahala banyak, lantas bisa masuk surga. Sementara palaha san surga itukan bentuknya sangat abstrak. Apa iya usia anak sudah bisa paham?

Seperti yang dijelaskan Mbak Vera, tahap perkembangan pemikiran anak-anak memang belum sampai pada tahapan nilai yang abstak. Contohnya, apa itu pahala dan apa itu surga. "Menurut pemikiran Piaget, seorang pakar perkembangan kognitif anak ternama, anak baru mulai mampu memahami hal-hal yang abstrak seperti pahala, surga, dosa dan sejenisnya, di tahapan usia memasuki masa remaja atau paling tidak 11 tahun ke atas. Sebelum itu, anak masih kesulitan untuk memahami hal yang abstrak dan masih sebatas memahami secara logis untuk hal-hal yang konkrit saja," ujar Mbak Vera.

Konkrit di sini artinya apa yang terlihat, bisa disentuh atau nyata bentuknya bagi anak. Berdasarkan hal ini, akan sulit bagi kita untuk mengharapkan anak melakukan ibadah karena dia paham akan mendapatkan pahala di akhirat nanti, misalnya. "Atau sebaliknya, tidak boleh melakukan sesuatu karena berdosa. Jadi anak perlu dirangsang oleh sesuatu yang konkrit atau nyata agar mereka mau melakukan apa yang kita harapkan, seperti hadiah," ungkap Mbak Vera lagi.

Jadi, nggak apa-apa dong, kasih reward ke anak saat puasa?

Mbak Vera bilang, sebenarnya memberikan reward berupa hadiah boleh-boleh saja, mengingat anak masih sulit memahami hal yang abstrak seperti pahala dan anak-anak masih membutuhkan motivasi ekstrinsik. Tetapi hadiah yang diberikan tidak berlebihan juga. Tidak melulu berkaitan dengan materi.

Selain menjadi contoh yang konkrit bagi anak, orangtua juga perlu tunjukkan pula rewarding experience setelah anak beribadah. Mbak Vera mencontohkan misalnya tersenyum atau bicara dengan lembut setelah ibadah. Atau bisa katakana “Duh tenang deh kalau habis berdoa, bisa tidur nyenyak deh mama…”

Dengan cara seperti ini maka anak yang belajar lewat mengamati akan menyerap pula pengalaman melakukan ibadah dengan cara yang menyenangkan. Lalu, katanya Mbak Vera, jika merasa senang anak akan mudah paham sesuatu. "Jadi lakukanlah dengan menyenangkan. Ibadah memang hal serius tapi bukan berarti cara mengajarkannya juga harus serius dan kaku, kok" tambah Mbak Vera.

Sebagai orangtua, kita juga perlu mengembangkan kemampuan anak untuk punya motivasi untuk untuk mendapatkan kepuasan diri sendiri, bukan semata-mata hanya karena mau dapat hadiah saja.

Mbak Vera juga mengingatkan kalau pengajaran ibadah yang baik untuk anak adalah memberikan contoh dan menjadikannya kebiasaan sehari-hari sehingga anak yang memang peniru ulung dapat lebih mudah menyerap dan menerapkan apa yang diajarkan. Dan jangan lupa, selalu melakukannya dalam suasana senang, ya!

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan