banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Membawa Pulang 5 Pelajaran Penting Sebagai Perempuan Usai Menonton Film Kartini

author

?author?18 Apr 2017

Membawa Pulang 5 Pelajaran Penting Sebagai Perempuan Usai Menonton Film Kartini

“Film ini saya buat untuk membantu para suami, lebih mengerti istri dan anak-anak perempuan mereka.” –Hanung Bramantyo

TEPUK TANGAN dulu aaah, yang keras buat Mas Hanung Bramantyo (hahaha, sok kenal, sok dekat :p). Abisnya saya merasa terwakili sama pernyataan sutradara film Kartini, ini, waktu acara nonton bareng yang diadakan Prudential, Rabu 12 April lalu di Djakarta Theater.

Membawa Pulang 5 Pelajaran Penting Sebagai Perempuan Usai Menonton Film Kartini - Mommies Daily

Film yang mengisahkan tentang perjalanan hidup seseorang, atau biasa disebut biopic (biographical motion picture), di Indonesia beberapa tahun belakangan berhasil mencuri perhatian penikmati film Indonesia. Yang sempat ramai dibicarakan adalah kisah Ainun dan Habibie di tahun 2012, lalu ada lagi Guru Bangsa: Tjokroaminoto  (2015), dan kini Kartini, garapan Hanung Bramantyo. Sekadar info, kisah R.A. Kartini pernah diangkat ke layar kaca di tahun 1982, oleh Sjuman Djaya, dan diperankan oleh Yenny Rachman. Menggambarkan tentang kondisi sosial dan politik Jawa pada masanya, dibenturkan dengan pemikiran-pemikiran Kartini, saat itu.

Kini Hanung kembali mengangkat perjuangan Kartini lewat judul yang sama. Lewat seni peran Dian Sastrowardoyo, menurut saya, sosok Kartini, berhasil terrepresentasikan dengan pas! Mengisahkan pemikiran modern Kartini, di tengah orang-orang yang menganggap perempuan hanya berujung melayani pasangan, urusan dapur bahkan pasrah ketika urusan jodoh pun ada di tangan orangtua. Ia mendobrak takdir yang menurut dirinya mengekang perempuan untuk berdaya dan mengekspresikan kata hati dan pemikiran.

Baca juga: Women Without Limits

Tak hanya Dian Sastrowodoyo, sejumlah aktris dan aktor pemain kawakan seperti Acha Septriasa, Ayushita, Reza Rahardian, Christine Hakim dan Adinia Wirasti, turut membangun suasana film dengan karakternya masing-masing. Meski film ini, dibeberapa scene diwarnai adegan sedih, namun semangat Kartini memberdayakan kamu perempuan di sekitanya, tetap menjadi benang merahnya.

Ternyata benar apa kata Hanung, film biopic Kartini sama sekali tak membosankan (setidaknya bagi saya), jadi selama 2 jam tadi, apa saja pelajaran yang saya dapat, sambil anteng menyantap pop corn? :D

1. Jadi perempuan itu harus banyak baca! Mau itu urusan anak, karier, sejarah, politik, hukum, sampai soal bercocok tanam, hingga kita suci keyakinan masing-masing. Pokoknya semua lahap aja. Namanya ilmu pasti ada manfaatnya, suatu saat. Nggak kepingin kan, berakhir kebingungan, saat ditanya si kecil tentang sesuatu? Minimal kalau nggak tahu, kita nggak malas baca, untuk cari tahu jawabannya. Poinnya, jadi ibu dan istri memang diharuskan pintar :)

Baca juga: Hanna Faridl, “Sukses Itu Berarti Bermanfaat untuk Orang Lain”

2. Kalau nggak suka dengan sesuatu, katakan saja! Terlebih kalau memang kita ada di pihak yang benar. Hidup itu cuma sekali, jangan disiakan-siakan dengan ngedumel dibelakang, dan membiarkan hak kita terampas begitu saja. Hal yang sama berlaku pada aspirasi kita ke pasangan. Pak suami kan bukan cenayang yang bisa membaca pikiran mommies, ya jadi kalau ada yang mau disampaikan, bicarakan baik-baik, langsung ke sumbernya. Lalu buat kesepakatan yang bisa membuat semua pihak happy.

Baca juga: Will You #BeBoldForChange?

3. Berani menentukan arah hidup sendiri. Ibarat mau traveling ke sebuah negara, apa iya tujuannya ditentukan oleh orang lain? Kan kita yang menjalankan? Jadi, mari berani memilih jalan hidup kita sendiri!

4. Bersiap dengan perubahan zaman. Kalau kita nggak siap dengan perubahan, perubahan itu yang akan menindas kita. Misalnya, sesuatu yang sekarang trend-nya serba online. Kalau nggak mau belajar teknologi, yakin deh, bakalan mempersulit diri sendiri ujung-ujungnya.

Baca juga: Bersyukurlah Menjadi Perempuan Zaman Sekarang

5. Lawan terbesar kita, adalah diri sendiri. Penyakit malas, penyakit susah nerima kritik, penyakit nggak mau belajar hal-hal baru, semuanya datangnya dari diri sendiri, kan? Walau lingkungan kita juga turut andil menjadi bagian tersebut, tapi ya jangan terlena. Harus berani berkata tidak pada tradisi yang emang udah nggak sesuai dengan zaman atau minimal banget jika dibenturkan dengan logika berpikir sehat.

Jadi mommies, jangan lupa juga gandeng pak suami buat nonton Kartini, ya. Kalau kata Mas Hanung, supaya bisa lebih mengerti para istri dan anak-anak perempuan :)

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan