banner-detik
CAREER

Kenyataan 'Pahit' yang Perlu Diketahui Saat Mengambil Cuti Melahirkan

author

adiesty06 Apr 2017

Kenyataan 'Pahit' yang Perlu Diketahui Saat Mengambil Cuti Melahirkan

Kadang gambaran indah tentang cuti melahirkan suka berbanding terbalik dengan kenyataannya. Selain akan merasa bahagia karena segera menimang anak, ada beberapa kenyataan ‘pahit’ yang mommies perlu tahu.

Masa-masa cuti bersalin saya memang sudah lewat lama. Umh, hamir 6 tahun lalu. Tapi kalau mau ngomongin betapa serunya pengalaman saya kala itu, wah… nggak perlu ditanya! Saya masih ingat kalau rasanya mirip permen nano nano. Apalagi kalau saya kan juga ibu baru yang belum punya pengalaman.

Awalnya, sih, saya pikir cuti melahirkan berarti saya bisa memiliki kegiatan yang indah bin menyenangkan. Waktu saya selalu diisi dengan mengurus anak pertama dengan penuh suka cita. Belajar bagaimana bisa memberikan ASI secara maksimal, dan sederet list keinginan ibu baru yang sangat ideal.

3 Penyebab Tertinggi Kematian Dalam Kehamilan - Mommies Daily

Tapi seperti biasa, keinginan itu nggak selamanya berbanding lurus dengan kenyataan. Usai melahirkan dan pulang dari Rumah Sakit, saya harus berhadapan dengan kenyataan yang nggak selamanya ‘manis’ menjalani masa cuti melahirkan.

Pekerjaan makin nambah

Jangan pikir, ketika cuti melahirkan kita bisa enak menikmati hidup. Leyeh-leyeh di rumah sepanjang hari sambil baca novel favorit atau DVD marathon. FYI.... kalau cuti melahirkan kerjaan kita sebenarnya tambah banyak, ada sederet list to do yang perlu dipenuhi. Mulai dari memikirkan bagaimana cara kita hidup (lebih) sehat demi kebaikan si kecil, harus belajar cara menyusui dengan tepat supaya segala risiko masalah menyusui bisa dihindari, harus bisa sigap membersihkan muntahan si kecil di mana pun dan kapan pun. Belum lagi mikirin kejar tayang stok ASI sehingga saya harus belajar manajemen ASIP.

Baca juga : Stok ASIP Sampai Sekulkas? Nggak Perlu Lho!

Mood yang cepat berubah

Saya baru tahu kalau mood ibu baru itu jadi gampang berubah. Sedikit senang, sebantar panik, lalu menjadi sedih per sekian detik. Perasaannya campur aduk. Syukurnya, sih, waktu itu saya bisa mengendalikan perasaan tersebut cukup baik. Mungkin hal ini nggak terlepas dari super support system saya. Kalau nggak ada mereka, bisa saja saya mengalami baby blues syndrome, bahkan ke tingkat depresi. Bahkan, baby blues ini juga bisa dirasakan oleh suami sebagai ayah baru, lho.

Baca juga : Mengenal Lebih Jauh Postpartum Depression

Baca juga : Saya Ingin Mengakhiri Hidup Karena Post Partum Depression

Kapan Waktu Me Time Saya?

Hahhhaaa…. Jadi ibu baru itu memang salah satu risiko terbesarnya adalah kehilangan waktu me time. Bahkan nggak cuma me time saja, sih, couple time serta waktu bersosialisasi dengan orang lain juga kadarnya akan turun sangat drastis!

Merindukan rutinitas pekerjaan

Bukannya saya sama sekali nggak menikmati momen awal motherhood. Saya benar-benar bahagia luar biasa setelah punya anak. Hidup rasanya makin lengkap. Tapi terus terang saja, ada kalanya saya merasa kangen dengan rutinitas saya sebelumnya, termasuk rutinitas pekerjaan semacam pergi liputan dan wawancara narasumber yang terkait, termasuk kangen nulis.

Ragu buat kembali bekerja

Poin ini sebenarnya kontradiktif dengan poin di atas, tapi gimana, dong, perasaan galau ini memang sempat saya rasakan juga. Apalagi di detik-detik terakhir kembali kerja, saya kok, jadi nggak yakin mau balik kerja? Duh… harus banget kerja, nih? Ninggalin bayi mungil ini dan menitipkannya pada nyokap dan si mbak? Baru bisa memberikan ASI saat malam hari saja? Duh… saya pasti akan kehilangan banyak momen dan tidak bisa melihatnya secara langsung. Kira-kira, perasaan seperti ini, deh, yang saya rasakan ketika itu. Saya yakin, perasaan ini juga dirasakan sejuta ibu baru lainnya. Tapi karena saya sadar bekerja itu cinta pada anak, saya pun memutuskan untuk bekerja. Dan saya sangat bahagia dengan pilihan  tersebut, sampai detik ini.

Sepanjang ingatan saya, sih, lima hal ini yang saya rasakan dulu ketika sedang mengambil cuti melahirkan. Tapi apa yang saya tulis di sini bukan berarti saya tidak menikmati momen awal jadi ibu baru, lho, ya. Sama sekali bukan.... ini hanya gambaraan perasaan saya yang sempat shock dengan perubahan hidup, ahahahaa.

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan