Proses Menyusui Menurunkan Risiko Anak Terkena Gangguan Perilaku, Benarkah?

Behavior & Development

?author?・14 Nov 2016

detail-thumb

Sejumlah studi menyatakan kalau pemberian ASI bisa menurunkan risiko anak terkena gangguan perilaku, apa benar begitu?

Sebagai ibu yang sudah pernah mencicipi perjuangan menyusui hampir setahun, rasanya sebanding dengan dampak yang dirasakan. Contoh paling nyata, anak saya jarang sakit dan jika terlanjur sakit, masa-masa penyembuhannya tidak terlalu lama. Meski dalam perjalananannya, diliputi cucuran keringat dan air mata. Yaaa, meski stok ASIP saya nggak sampai sekulkas, saya tetap bahagia bisa menyusui. Belum lagi, ada masa-masanya produksi ASI tiba-tiba menurun. Kalau lagi masa-masa struggle, kayak gitu, yang bisa saya lakukan tetap berpikir positif saja. Dan, mengingatkan kembali ke suami kalau busui wajib bahagia selama menyusui, hahaha....sekaligus modus pribadi bisa minta dibeliin ini dan itu :p

Proses Menyusui Menurunkan Risiko Anak Terkena Gangguan Perilaku, Benarkah?Manfaat menyusui yang saya rasakan, ternyata tak terbatas dari ketahanan fisik si kecil yang nggak gampang sakit. Ada fakta lain yang baru-baru ini sempat saya baca, di situs www.boldsky.com, di situ sempat disinggung kalau beberapa penelitian mengatakan pemberian ASI meminimalisir seorang anak terkena gangguan perilaku di kemudian hari.

Hasil temuan ini, saya kroscek ke dr. Meta Hanindita, SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya. Hal senada, juga diutarakan dr. Meta, dia menyebutkan memang ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyusui dapat menurunkan risiko beberapa gangguan perilaku, di antaranya:

  • Gangguan somatis, gangguan yang didasari oleh rasa cemas yang berlebihan.
  • Introvert
  • Depresi atau anxiety.
  • Sementara itu, dari hasil penelitian yang berbeda, jika mommies menyusui minimal 4 bulan dapat menurunkan risiko anak terkena gangguan pemusatan perhatian, agresif dan gangguan sosial terutama pada masa awal remaja.

    Lalu menyusui 6 bulan atau lebih, berdampak lebih jauh lagi, yaitu mengurangi gejala depresi berat ketika dewasa. Beberapa gangguan yang tadi, bisa terlihat ketika anak memasuki usia . Tapi bukan lantas, mommies mengambil batas minimal 4 bulan tadi ya, karena rekomendasi WHO dan UNICEF menyusui eksklusif selama 6 bulan, dan diteruskan sampai 2 tahun.

    Manfaat nyata ASI ini bukan tanpa alasan, dr. Meta merangkumnya ke dalam dua poin penting, kenapa ASI berperan cukup besar menurunkan risiko anak terkena gangguan perilaku:

  • Menyusui, tak sebatas memberikan ASI kepada si kecil. Tapi juga dapat meningkatkan bonding ibu dan anak. Bonding ibu-anak ini adalah “investasi” berharga yang ternyata dapat mengurangi masalah perilaku dan emosi anak. Menyusui dapat meningkatkan bonding lewat ngobrol aktif, kontak mata dan skin-to-skin yang sangat berguna untuk kesehatan mental anak.
  • Penyebab lainnya, karena ASI mengandung asam docosahexaenoic (DHA) omega-3 lemak, dengan asam eicosapentaenoic (EPA) lemak yang dapat mengurangi risiko untuk gangguan afektif, termasuk depresi dan bipolar. DHA memainkan peran penting dalam perkembangan saraf, transmisi neurotransmitter, dan ekspresi genetik, sehingga sangat relevan dengan perkembangan syaraf anak serta gangguan perkembangan, seperti defisit attention-deficit atau hyperactivity disorder.
  • Untuk mommies yang masih menyusui, tetap semangat ya! Ingat-ingat saja, manfaat luar biasa dari proses menyusui.