banner-detik
ETC

Gagal Bercerai karena Anak, Baikkah?

author

?author?10 Nov 2016

Gagal Bercerai karena Anak, Baikkah?

Ketika anak menjadi alasan untuk tidak bercerai, apakah hal ini sehat untuk sebuah pernikahan?

“Kasihan anak-anak, demi mereka saya mengurungkan niat untuk bercerai dengan pasangan”

IMG_3836

Di antara mommies pasti pernah ada yang mendengar, pernyataan di atas, terlepas, dari berbagai macam penyebab perceraian yang dialami oleh pasangan menikah. Awalnya, saya yang pernikahannya baru menginjak tahun ke-4 ini menganggap kalau prinsip bertahan dalam pernikahan demi anak, itu adalah wajar. Iya dong, anak kan butuh kasih sayang dari kedua orang tua!

Ternyata, hal yang saya anggap wajar, tidak demikian di mata Psikolog Anna Surti Ariani, S. Psi.,M.S. Psikolog yang kerap dipanggil mbak Nina ini malah mengingatkan bahwa pernikahan itu pondasinya adalah hubungan antara suami dan istri. Begitu relasi di antara suami dan istri tidak kuat lagi maka akan sulit sebuah pernikahan bisa tetap bertahan. Kalaupun memang bertahan demi anak, si suami dan istri harus mencari dan menciptakan kembali hubungan yang baik di antara mereka.

Mendengar hal ini, dalam nalar saya adalah, suami dan istri kalau mau tetap bertahan demi anak maka perlu berjuang mencari chemistry mereka yang hilang, bisa saling memaafkan, saling mencintai, saling mendukung dan hal lainnya yang bisa menghangatkan lagi hubungan suami istri.

Selain itu, Mbak Nina, menyarankan jika pasangan sudah bulat memutuskan tidak jadi bercerai karena alasan anak, mereka bisa datang ke konselor pernikahan. Mereka butuh bantuan pihak lain untuk berkonsultasi dan 'mendampingi' mereka saat menjalani sesi-sesi konsultasi yang cukup panjang dan melelahkan, untuk memperbaiki hubungan.

Tak hanya itu, penting juga mendapatkan dukungan dari support system dari lingkungan keluarga besar. Menurut Mbak Nina, peran support system dirasakan punya manfaat yang besar terhadap keberlangsungan sebuah keluarga. "Support system itu bisa membantu ketika mereka ada masalah atau bisa juga memberi semangat, mengingatkan, dan mengkritisi."

Ada poin menarik, dari obrolan saya dengan Mbak Nina. Ia berusaha mengingatkan para orangtua, untuk coba menelaah lebih dalam lagi, jika alasan ini muncul ke permukaan, apa benar murni karena anak? Karena dari beberapa kasus yang ia tangani, ada pasangan yang menjadikan alasan anak ini sebagai kamuflase. Mereka menganggap, tidak jadi bercerai adalah alasan paling populer dan aman untuk diungkapkan.

Di balik kamuflase itu, ditemukan berbagai alasan yang sesungguhnya, misalnya masih membutuhkan status sosial dari suami, tidak punya sumber penghasilan dari suami, atau ketidak berdayaan dari segi ekonomi.

Kalaupun sebuah pernikahan dirasa tidak lagi bisa dipertahankan, IMHO, semoga kepentingan anak tetap di atas segalanya :)

Ada yang punya cerita tentang kasus serupa? Silakan, tinggalkan comment ya mommies.

Baca juga:

Pikirkan 5 Hal Ini Sebelum Bercerai

Daftar Psikolog & Konselor Pernikahan di Wilayah Jakarta

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan