banner-detik
PARENTING & KIDS

Tidak Selamanya Orangtua Perlu Menjadi Sahabat Anak

author

adiesty06 Oct 2016

Tidak Selamanya Orangtua Perlu Menjadi Sahabat Anak

Orang tua memang perlu berperan sebagai sahabat anak. Tapi, jangan sampai peran kita sebagai orang tua malah bergeser hanya menjadi sahabat. Karena dampak buruknya akan berderet.

Zaman saya masih pra remaja dan ABG, ada seorang teman yang punya ibu sangat asyik. Ya, setidaknya ketika itu saya melihat kalau orang tua teman saya ini memang tipe orang tua yang asik. Gimana nggak, kalau saya dan teman-teman ngumpul di rumahnya, ibu teman saya ini selalu dengan senang hati menyambut kedatangan kami. ikutan ngobrol bersama, meng-update berita terbaru, termasuk bertanya soal perkembangan bahkan soal pacaran. Saking asyik dan bebasnya, beliau tidak masalah ketika teman-teman anaknya merokok, bahkan ikut merokok bersama. Cuma… berhubung saya ini ada asma, nggak pernah bisa ngerokok. Mencobanya? Pernah, sih, tapi yang ada saya malah batuk. Nggak pernah menemukan sisi nikmatnya.

Duluuuu, saya memandang betapa beruntungnya teman saya.  Punya orang tua yang bisa berperan seperti sahabat. Tapi sekarang, ketika saya sudah berstatus menjadi ibu, saya kemudian sadar bahwa seharusnya tetap ada batasan saat orang tua ingin menjadi sahabat anak. Karena bagaimana pun, Tuhan menyandangkan status orang tua pada kita pasti ada alasannya dong? :)

bumi ibu

Seperti yang diungkapkan psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani atau yang sering saya sapa Mbak Nina, sebenarnya yang namanya orang tua itu memang penting sekali menjadi sahabat anak. Tapi penting juga bagi orang tua agar bisa membatasi aturan. Jadi, harus balance antara mengatur dan menjadi dekat dengan anak.

Kalau banyak mengatur, itu yang disebut dengan otoriter,  kalau terlalu banyak porsi menjadi sahabat anak disebut dengan permisif, sementara kalau kurang dekat, itu yang disebut dengan ignorance atau pola asuh yang cuek. Jadi, yang pas yang disebut moderat. Di mana orang tua bisa mengatur, tapi bisa juga dekat dengan anak sebagai sahabatnya. Ada hal-hal yang memang harus ikut aturan, jadi walaupun dekat, anak tetap tahu apa yang nggak boleh dan boleh dilakukan,” paparnya.

Untuk itulah, Mbak Nina menegaskan ketika orang tua salah kaprah mendefinisikan arti dari berperan menjadi sahabat anak sehingga menghilangkan fungsi orang tua untuk mengatur, maka ada beberapa dampak yang bisa didapatkan. Apa saja?

Anak tidak bisa belajar untuk mengikuti aturan. Anak perlu belajar diajak memahami dan mengikuti aturan yang sudah diterapkan, baik di lingkungan rumah ataupun sekolah. Anak pun akan mendominasi orang tua, anak kesulitan untuk belajar disiplin, termasuk kesulitan beradaptasi di tempat-tempat yang memiliki aturan, malah cenderung melawan aturan, mudah menyerah jika menghadapi sebuah masalah, dan sederet masalah negatif lain yang dapat timbul.

Orang tua wajib bersikap tegas kepada anak. Artinya tidak serta merta menuruti kehendak atau permintaan anak. Namanya juga anak-anak, tidak mengherankan jika mereka banyak meminta sesuatu, tapi apa harus dituruti? Ya, tentu saja nggak.  Tugas orang tua menentukan kapan menuruti keinginannya dan kapan tidak menuruti keinginannya.

Dengan begitu, anak pun bisa belajar disiplin dan mengalami pertumbuhan yang utuh. Toh, sebenarnya bersikap tegas bisa dilakukan tanpa perlu marah dan berteriak, apalagi memukul yang menjadi tindak kekerasan pada anak.

Anak protes bahkan sampai bilang ibu pelit dan galak seperti yang sering dilontarkan anak saya Bumi? Biarkan saja. Kalau saya, sih, nggak mau ambil pusing. Masuk ke kuping kanan, lalu keluar ke kuping kiri. JIka anak protes dan menganggap kita orang tua yang galak, menurut Mbak Nina hal ini wajar-wajar saja, kok.

“Memang ada masa-masanya begitu, kan, kita orang tua memang nggak bisa selamanya memenuhi keinginan mereka. Ada banyak hal yang perlu dibatasi. Contoh, kalau anak mau merokok, itu kan nggak baik buat kesehatan, buat kita juga. Kalau atas nama ‘menjadi sahabat’ lalu kita izinkan atau biarkan, sesungguhnya sama saja kita ‘membunuh’ mereka.”

Jadi, jangan sampai saat kita berperan menjadi sahabat anak kita malah mengabaikan peran kita yang sesungguhnya ya mom, yaitu sebagai orang tua :).

Baca juga:

3 Topi Dalam Parenting

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan