10 Jeritan Hati para Suami Mengenai Istri dan Pernikahan

Sex & Relationship

Mommies Daily・21 Sep 2016

detail-thumb

Ditulis oleh: Saskia Elizabeth

Para istri wajib membaca hasil wawancara saya tentang jeritan hati para suami mengenai istri dan pernikahan. Siap Mommies???

Suami yang selama ini terlihat tenang-tenang saja ternyata di dalam hati mereka sebetulnya banyak “jeritan” yang ingin mereka sampaikan, namun tidak bisa karena mungkin kita yang sudah terlalu banyak “menjerit”, atau mereka terlalu takut melihat reaksi kita. Saya bertanya kepada 30 suami sebagai narasumber, dari berbagai karakter dan latar belakang pernikahan, kurang lebih inilah hal-hal yang ingin mereka utarakan namun tidak atau belum bisa keluar dari mulut mereka:

jeritan hati para suami mengenai istri

1. Bukannya tidak sayang anak-anak, tapi semenjak ada anak kami tidak menjadi prioritas!

“Sebentar ya aku suapin anak dulu. Nanti malam nggak bisa nonton/dinner di luar, karena besok kan si kakak ulangan. Jangan sekarang, anak-anak belum tidur. Kamu mandi dulu saja ya sekalian mandiin si adik, aku mau beresin baju anak-anak dulu, nanti baru aku masakin buat kamu. Di rumah aja ya weekend ini, kasian anak-anak ditinggal.” Sesekali kami mau di-treat seperti saat pacaran atau awal menikah dulu. Sekali lagi kami sangat sayang anak, tapi kami merasa rutinitas ini hanya sebagai ayah, ibu, dan anak, tidak ada waktu untuk suami dan istri.

2. Stop memarahi kami atas kesalahan yang tidak kami lakukan

“Kamu nih, anaknya jadi ngompol di tempat tidur lagi! Lihat gara-gara kamu, si adik jatuh! Tuh kan kamu kasih makanan tadi sih dia jadi sakit perut dan muntah! Jadi kamu lupa lagi untuk ganti lampu, ngapain aja sih dari tadi?”

Logikanya anak itu akan tetap ngompol atau muntah kan ya ada atau tidak ada kami, kami juga bukan peramal kami tidak tahu ia akan jatuh kami hanya ingin mengajak bermain. Apabila kejadiannya ada di ibunya, kami tidak menuduh atau menyalahkan kalian kok. Kami tahu di kantor sedang ada masalah, tapi tolong jangan membawa emosi tersebut ke rumah, karena kami pun punya masalah yang sama dan berusaha semaksimal mungkin tidak menuangkan amarah pada keluarga di rumah.

3. Mungkin kalian bisa berbicara lebih halus lagi atau menggunakan kata pujian seperti dulu saat pacaran

Dari pada, “Kamu kok lusuh banget sih, pasti karena belum cukur rambut. Kamu nih gendut amat sih, gak mau ikutan aku ke gym ya?” kalian bisa berkata yang lebih halus seperti dulu, “Potongan rambut kamu keren banget deh pas ke barbershop yang di deket kantor.” Atau, “Ke gym bareng yuk, temenin aku sekalian pacaran kita.” Bukan gila pujian, tapi pecaya diri kami tidak runtuh begitu mendengar ucapan-ucapan kalian sebelumnya.

4. Kami ingin berbicara hal lain selain gosip artis dan cerita rumah tangga atau perkembangan anak dari teman kalian

Entah apa yang membuatnya sangat menarik, tapi kami cukup bosan mendengarnya. Ada banyak bahan obrolan lain yang bisa lebih menarik. Mungkin kalian bisa bertanya mengenai bos, klien, tim kerja atau presentasi kami, atau mengenai hobi kami, atau hal lain yang cukup umum dan menarik sehingga kami semangat untuk membicarakannya.

5. Kami bukan orang yang dibayar bulanan atau bawahan kalian, boleh lho meminta tolong atau bagi tugas dengan bahasa lebih halus

jeritan hati para suami mengenai istri

Jangan seperti, “Kamu antar kakak sekolah, aku harus langsung rapat. Kamu panaskan makanan anak-anak dulu baru berangkat. Kamu temani anak-anak sikat gigi baru tidur. Beliin pulsa listrik ya asap. Bayar si mbak sudah waktunya dia gajian.”

6. Kami mungkin memiliki ego yang besar, tapi kami sebagai kepala rumah tangga ingin sekali kalau kalian terkadang menghargai pendapat dan keputusan kami, tanpa ada bantahan, sanggahan, atau perlawanan

Tolong percaya akan keputusan kami. Kalau pun kalian tidak setuju, kami menerima masukan tapi please jangan merendahkan kami, seakan kami tidak dapat mengambil keputusan yang benar, dalam hal kecil sekalipun. Kalian memiliki bagian yang kalian dapat atur, kami pun ingin bisa seperti itu.

7. Terkadang kami ingin menjadi diri sendiri saat berpakaian

Kami tahu kalian ingin melihat pasangan kalian keren di depan semua orang, tapi sebenarnya kami tidak terlalu peduli apa kata orang atau mengenai baju dan sepatu bermerek atau yang sedang trend itu. Kami ingin mengenakan sesuatu yang menurut kami nyaman.

8. Kami ingin punya kegiatan lain selain bersama istri dan anak

Seperti berkumpul bersama teman-teman, melakukan hobi olahraga, jalan-jalan naik gunung, diving, dan banyak lagi. Toh kami tidak melakukan ini setiap hari. Dan, saat kami berkumpul apakah memungkinkan kami tidak ditelfon setiap jam dan ditanya kapan pulang? Kami terkadang memang suka lupa waktu, tapi bukan berarti kami melupakan kalian dan anak di rumah.

9. Saat di 'ranjang' terkadang kami ingin melakukan hal yang berbeda

jeritan suami mengenai istri

Tapi rupanya wanita suka ritual yang sama dan comfort zone. Mencoba sesuatu yang baru itu kadang menyenangkan, karena sama-sama belajar, dan tentunya punya pengalaman baru.

10. Kami sebetulnya rindu akan tampilan saat pertama kami melihat sang istri, saat pertama kami jatuh cinta, yang selalu dress up dan tampil cantik!

Ya, kami tahu urusan rumah tangga, belum lagi pekerjaan benar-benar menghabiskan waktu kalian, dan untuk tampil seperti waktu dulu sepertinya memerlukan waktu ekstra. Tapi kami rindu perempuan yang kami kenal ketika pacaran dulu. Yang selalu memberikan tampilan terbaiknnya untuk kami.

Buat saya pernikahan itu sama sekali tidak manis. Karena di dalam pernikahan kita harus melihat hal yang paling buruk yang ada di pasangan kita. Namun, itupun yang pasangan rasakan mengenai kita, yang terburuk dari kita juga bukan?

Marriage is a dirty work, but if you can clean up your mess, its gonna be one of the most beautiful reason to live.