banner-detik
NEW PARENTS

Menyapih Bukan Untuk Memisahkan Ibu dan Anak

author

Mommies Daily01 Sep 2016

Menyapih Bukan Untuk Memisahkan Ibu dan Anak

Ditulis oleh: Lariza Puteri

Proses menyapih adalah proses pembelajaran bagi saya, bayi dan sang ayah.

Baru membayangkan saja mata saya langsung berkaca-kaca. Ya, menyapih adalah satu momen yang menurut saya cukup berat. Kalau dilihat dari definisinya, menyapih adalah proses menghentikan bayi menyusu langsung dari payudara. Sepertinya terlihat mudah. Tapiii, kenyataannya jauh dari mudah. Apalagi saat menjelang tidur malam hari. Mommies pasti setuju, menidurkan anak paling mudah adalah dengan menyusuinya. Tak heran, bahkan ada mommies yang sampai perlu menyapih dua kali.

Bila ditanya, kapan waktu yang tepat untuk menyapih, maka jawabannya ada pada masing-masing mommies dan ‘keadaan’ bayi. Tapi, karena sebaiknya pemberian ASI tetap dilakukan hingga anak berusia 2 tahun, maka proses menyapih perlu dilakukan saat anak meniup lilin yang kedua. Tentu saja hal ini bisa berbeda saat terjadi kondisi-kondisi khusus, misalnya seperti ibu menyusui yang kemudian ‘kecolongan’ hamil lagi sebelum selesai masa menyusui 2 tahun, maka mengikuti saran dokter bila memang harus menyapih sebaiknya dilakukan segera. Sebab, menyusui bisa merangsang kontraksi sebelum waktunya.

Tips menyapih

Bagi saya, menyapih anak di usia 2 tahun adalah waktu yang pas. Sebab, saat itu kebutuhan gizi anak sudah berbeda bila dibandingkan dengan saat ia masih bayi. Anak usia 2 tahun sudah memerlukan asupan gizi yang lebih kompleks yang berasal dari makanan padat yang seimbang. Mulai dari sumber karbohirat, protein, lemak, vitamin dan mineral. ASI sebetulnya memiliki semua zat gizi ini. Namun, karena tumbuh kembang anak sudah semakin pesat, dan untuk mendukung perkembangan lainnya, maka anak harus mengosumsi makanan lain.

Anak juga harus belajar makan dengan lebih disiplin mulai dari bangun tidur, makan siang hingga makan malam. Pemberian ASI terkadang membuat anak menjadi kenyang sehingga ia malas menyantap makanan lain. Selain itu, saat Dhia saya sapih, saya juga sekaligus mengajarkannya untuk lebih mandiri. Tapi, bukan berarti saya memaksakan kemandiriannya saat ia disapih, ya. Saya lakukan kedua hal ini secara perlahan namun konsisten.

Seperti saat Dhia mulai saya beritahu bahwa ia tak bisa lagi menyusu saat akan tidur, maka jauh sebelumnya saya sudah mulai menyiapkan kamar untuknya. Awal-awalnya, sih, saya temani sampai ia ‘mengenal’ dan memiliki kamarnya. Drama sudah tentu terjadi, tapi kesabaran, konsisten dan yang paling penting dukungan dari semua anggota keluara jadi kunci utama dalam proses penyapihan.

Beberapa langkah yang saya terapkan saat menyapih Dhia dulu antara lain:

1. Saya mulai dengan perlahan dan bertahap, yaitu dengan mengurangi frekuensi menyusui. Yang pada awalnya Dhia bisa menyusu di payudara saya sesuka hatinya. Menjelang proses menyapih, saya hanya mengijinkan Dhia menyusu 2-3 kali sehari. Selebihnya saya mulai mengajarkan Dhia minum susu lewat cangkir. Oiya, mengurangi frekuensi menyusu juga akan membuat produksi ASI menurun secara perlahan, sehingga saat akhirnya berhenti menyusui, payudara tidak akan terlalu bengkak atau nyeri.

2. Ritual tidur yang biasanya dilakukan dengan menyusu, semenjak proses menyapih jadi lebih banyak membacakan dongeng, bernyanyi atau mengusap-usap punggung. Pokoknya hal-hal yang membuatnya lebih nyaman. Saya juga memastikan Dhia dalam keadaan kenyang sebelum tidur, sehingga ia tidak bangun tengah malam karena lapar. Saya juga menyediakan air minum, bila sewaktu-waktu ia bangun tengah malam dan merasa haus.

3. Ritual memeluk dan mencium kini jadi lebih sering kami lakukan pada Dhia. Saya tak ingin Dhia merasa diabaikan setelah tidak disusui.

Tentu saja hal-hal yang saya tulis di sini tak semudah seperti yang dibaca. Tangisan hingga tengah malam, drama, hingga pertanyaan berkali-kali, “Kenapa aku tidak boleh minum ibu lagi?” terus terjadi hingga setidaknya 2-3 minggu. Yang pasti, moment penyapihan bukan berarti memisahkan ikatan antara saya dan Dhia. Justru saat proses ini kami, termasuk ayah Dhia belajar tentang komitmen, konsistensi dan kerjasama. Bahkan kekompakan kami sangat terlihat saat saya menyapih. Gimana dengan mommies?

Share Article

author

Mommies Daily

-


COMMENTS