Duh, Anakku Hanya “Manis” di Luar Rumah..

Behavior & Development

Mommies Daily・11 Aug 2016

detail-thumb

Ditulis oleh: Nayu Novita

Ibarat bunglon, si kecil bisa menunjukkan perilaku berbeda saat berada di rumah dan di luar rumah. Kok, bisa ya?

Bagai langit dan bumi, Nando (7)—putra bungsu teman saya, bisa menunjukkan tingkah laku yang saling berlawanan ketika berada di rumah dan di luar rumah. Contohnya nih, sewaktu berkunjung ke rumah kerabat, Nando selalu menunjukkan sikap manis dan sopan—mulai dari duduk dengan tertib, bersalaman dengan orang yang lebih tua tanpa diminta, sampai mengajak bermain anak-anak yang lebih kecil.

Di rumah justru sebaliknya. Mama Nando sampai harus mengulang instruksi belasan kali untuk membuat putranya itu membereskan mainan (yang dilakukannya sambil bersungut-sungut). Nando juga sering ngambek bila permintaannya tidak dituruti, bahkan untuk hal-hal kecil seperti di kursi mana dia akan duduk saat makan malam. Ternyata tak sedikit anak yang menunjukkan tingkah laku serupa: beda di luar dan di dalam rumah. Bertanya kepada psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, ini penjelasannya.

senyum duduk

Kekuasaan, protes, atau cari perhatian?

Menurut Vera, ada beberapa hal yang mungkin melatarbelakangi perbedaan perilaku anak:

Pertama adalah keinginan untuk mengendalikan situasi. Ini terjadi jika anak memang lebih sering dituruti kemauannya saat berada di rumah. Beda dengan situasi di sekolah yang menerapkan peraturan secara konsisten, si kecil merasa dialah yang memegang kendali ketika berada di rumah.

Kemungkinan kedua adalah anak mengekspresikan rasa tidak suka atau protes terhadap situasi yang dihadapi. Misalnya, anak berulah dengan sengaja karena ibunya berjanji akan pulang cepat dari kantor, tetapi tidak terjadi.

Yang ketiga, untuk mendapatkan perhatian dari orangtua. Si kecil belajar bahwa cara tercepat untuk mendapatkan atensi adalah dengan melakukan perbuatan negatif. Atensi seburuk apa pun—entah dimarahi, dipelototi, dan sebagainya, tetaplah sebuah bentuk perhatian yang memang dicarinya.

Agar bisa menentukan jenis penanganan yang tepat—dan membuat si kecil secara konsisten menunjukkan sikap positif di mana pun berada, orangtua perlu mencari tahu terlebih dulu apa yang melatarbelakangi perilaku anaknya. Jika sudah teridentifikasi, maka upaya untuk mengurai permasalahan bisa mulai bertahap.

Lakukan bertahap & konsisten...

Menurut Sara Bean, M.Ed., konselor pendidikan dari Ohio, Amerika Serikat, apa pun yang menjadi pangkal permasalahan, orangtua sebaiknya tidak terjerumus pada kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri atau mengira bahwa si kecil membenci orangtuanya. Menurut Bean, upaya menyalahkan diri sendiri malah bisa mengakibatkan langkah perbaikan menjadi kurang efektif.

“Lagipula, fakta bahwa anak bisa menunjukkan tingkah laku positif ketika berada di luar rumah sebenarnya menunjukkan bahwa orangtua telah berhasil membekali si kecil kemampuan untuk mengelola emosi dan menanamkan pengertian tentang definisi perbuatan baik dan buruk. Yang perlu dilakukan adalah mengarahkan agar anak bisa mengaplikasikan kemampuan tersebut di mana saja,” ujar Bean.

Coba terapkan langkah-langkah berikut mom:

1. Tetapkan peraturan secara jelas

Lakukan upaya perbaikan secara bertahap, jangan sekaligus. Susunlah daftar berisi perilaku buruk si kecil yang perlu diperbaiki, misalnya berbicara tanpa berteriak, membereskan mainan, mengucapkan “tolong” dan “terima kasih”, dll. Urut berdasarkan skala prioritas dan fokuslah memperbaikinya satu demi satu.

Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Kemarin-kemarin, adik sering berteriak dan memukul jika sedang marah. Itu tidak baik. Mulai sekarang, kalau mau bicara mesti pakai nada biasa. Memukul orang lain, apa pun alasannya, juga tidak boleh.”

2. Konsisten menerapkan peraturan

Buatlah kesepakatan mengenai konsekuensi yang akan diterima si kecil jika ia melanggar aturan main. Sebagai contoh, kita bisa mengambil beberapa menit dari jatah harian menonton televisi atau bermain game. Perlu diingat, kita dan pasangan mesti konsisten. Tanpa konsistensi, anak akan menganggapnya sebagai angin lalu.

3. Jalin kedekatan dengan anak

Konsistensi dalam menerapkan peraturan masih belum cukup efektif apabila tidak dibarengi dengan komunikasi efektif antara orangtua dan anak. Melalui komunikasi yang intens, Anda dan anak bisa saling mencurahkan isi hati dan mengungkapkan harapan yang dimiliki terhadap satu sama lain.

Komunikasi intensif hanya bisa diperoleh apabila terjalin kedekatan hubungan antara orangtua dan anak. Karenanya, sediakan waktu untuk menikmati “kencan” berdua dengan si kecil. Momen seperti ini akan membuatnya merasa dihargai dan diperhatikan secara utuh. Dari sini, anak pun akan belajar untuk menghargai dan memperhatikan apa yang menjadi harapan orangtua dari dirinya.