banner-detik
STAGES

Full Day School ……. Are You Serious?

author

fiaindriokusumo09 Aug 2016

Full Day School ……. Are You Serious?

Sekadar tulisan dari seorang ibu bekerja yang memiliki dua anak mengenai rencana bapak Menteri Pendidikan yang ingin menerapkan sistem Full Day School untuk anak Indonesia.

Hai mommies, sudah tahu dong ya ide Bapak Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menggagas sistem Full Day School untuk anak-anak SD dan SMP di Indonesia. Alasannya? Katanya, agar anak tidak sendiri ketika orang tua mereka masih bekerja. Aaaaaah, so sweeeet banget ya bapak ini, memikirkan kesibukan para orang tua bekerja macam saya :D. But wait, honestly? Saya merasa tidak terbantu atau bahkan tertolong lho dengan ide si bapak yang entah beliau dapatkan dari mana.

Kenapa begitu? Kan enak, karena dengan sistem full day school ini, anak akan dibangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah saat orang tua mereka tengah sibuk bekerja (mengutip kalimat dari si bapak ini.). Hmmm…. begini pak, boleh ya saja menyampaikan pendapat saya, seperti bapak juga bebas menyampaikan pendapat bapak.

full day school

*Image dari schoolsoutmv.org

1. Yes, saya memang ibu bekerja yang tidak punya banyak waktu di rumah, namun bukan berarti saya rela hati ‘menitipkan’ anak saya selama mungkin di sekolah. Banyak cara kok yang dapat saya lakukan untuk bisa tetap menjaga anak-anak dan memastikan mereka tetap terlindung dan tumbuh menjadi pribadi dengan karakter yang baik, tanpa harus menempatkan mereka di sekolah hingga sore hari.

Ada yang namanya teknologi untuk membuat saya tetap keep in touch dengan kedua anak saya setiap hari. Ada yang namanya hak cuti lho pak. Jadi, saat ini, saya bisa tuh ambil cuti di tengah pekan dan kemudian saat anak-anak saya pulang sekolah jam 11 atau jam 1 siang, kami masih punya waktu untuk sekadar jalan-jalan sore dan ngobrol ngalor ngidul. Bagaimana kalau mereka sekolah sampai sore menjelang magrib (sesuai dengan jam pulang kantor orang tua?) Akan sia-sia hak cuti saya.

2. Saya nggak mau  anak jadi terjebak dalam rutinitas orang tua. Berangkat pagi pulang malam. Apa serunya hidup anak-anak saya? Saya ingin mereka banyak bermain dan belajar dari hal-hal lain di luar sekolah! Nggak mudah memang untuk memastikan bahwa saya dan anak-anak harus memiliki waktu yang cukup (juga berkualitas) untuk dihabiskan bersama, tapi nggak mudah bukan berarti nggak bisa kan. Well, it’s part of being parents, sir!

3. Sekolah itu bukan pengganti rumah dan guru atau siapapun nanti yang akan menemani anak-anak saya saat Full Day School juga bukan pengganti saya, orang tuanya, secara total. Jadi kalau anak menjadi lebih lama berada di sekolah, saya keberatan.

4. Kalau Bapak bilang, dengan sistem Full Day School berarti anak akan disibukkan hingga sore hari dan orang tua tinggal menjemput anak saat pulang kerja, pertanyaan saya, lantas kapan anak-anak ini beristirahat? Yakin sekolah bisa menyediakan tempat istirahat yang layak seperti yang saya sediakan di rumah?

5. Full Day School bukan berarti para siswa belajar sehari penuh di sekolah, melainkan akan ada kegiatan ekstrakurikuler dan penanaman karakter yang diharapkan dapat membentuk karakter anak menjadi pribadi yang positif. IMO? Orang tua lebih berperan dalam membentuk karakter anak. Percuma kalau berjam-jam di sekolah namun pendidikan karakter di rumah tidak terjadi. Mendingan bapak membuat program pendidikan untuk para orang tua agar para orang tua memiliki karakter yang berkualitas dalam membesarkan anak-anak :D.

6. Sejauh mana kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan pihak sekolah bisa memenuhi minat yang dimiliki oleh kedua anak saya? Sekadar informasi untuk bapak, bahwa kegiatan di luar sekolah yang dijalani oleh kedua anak saya itu murni karena keinginan mereka. Itu adalah hal yang mereka sukai dan mereka inginkan. Kalau kemudian semua siswa diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tanpa peduli apakah mereka suka atau tidak, itu namanya pemaksaan. Dan saya nggak mau anak saya dipaksa melakukan sesuatu hal yang jelas-jelas mereka tidak suka.

7. Sistem ini membuat orang tua bekerja tidak lagi merasa khawatir atas keamanan anak-anaknya karena mereka berada di bawah bimbingan guru? Seriuuus pak??! Dengan sekian banyak anak dan jumlah guru yang mendampingi terbatas, rasa-rasanya saya lebih sreg anak saya di rumah bersama orang yang saya kenal yang bisa fokus menjaga anak saya tanpa harus berbagi perhatian dengan ratusan anak lainnya.

8. Jangan lupakan juga para guru yang mendidik anak-anak saya di sekolah pak. Wali kelas si kakak adalah ibu dari satu anak berusia 7 tahun. Dan wali kelas si adik adalah ibu dari dua anak berusia 7 dan 10 tahun. Mereka juga orang tua kan? Kalau mereka sibuk mengurus anak-anak orang lain, lalu anak-anak mereka diurus oleh siapa?

9. Dan, terakhir kekhawatiran saya nih pak, bagaimana kalau sistem Full Day School ini dijadikan alasan untuk para orang tua untuk lepas tangan karena merasa bahwa anak adalah tanggung jawab sekolah saja?

Tapi kan, ini semua baru wacana ya pak dan masih digodok, yaaa siapa tahu konsepnya kemudian berubah. Saya tunggu kabar selanjutnya ya pak :).

*Thank you mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi untuk chitchat-nya :). 

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan