banner-detik
SELF

Pelajaran Hidup dari Buku “Letters to Sam”

author

fiaindriokusumo07 Aug 2016

Pelajaran Hidup dari Buku “Letters to Sam”

Sebuah buku berisi kumpulan surat mengenai pelajaran hidup dari seorang kake, tentang cinta, kehilangan dan anugerah hidup untuk cucunya yang menderita Autis.

Buku ini saya temukan dalam tumpukan buku sale saat saya ke TGA Bookstore. Saat melihat sinopsisnya, saya tertarik untuk membelinya, karena merasa akan banyak hal menarik yang dapat saya pelajari dari sini.

Buku ini berisi surat-surat dari penulis sendiri yang bernama Daniel Gottlieb, seorang psikolog dan terapis keluarga, yang ditujukan untuk cucunya Sam. Bagi Daniel, Sam yang mengalami Autis, merupakan sahabat sejiwanya karena Daniel sendiri mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan.

Sang kakek ingin membagi pandangan tentang menjadi berbeda, bagaimana menghadapi ketakutan, merajut harapan dan mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Beberapa inti dari surat-suratnya yang saya suka, di antaranya:

Letters to Sam

1. Daniel mengajarkan kita bagaiman menoleransi perbedaan yang kita miliki dan mengendalikan aliran ‘air’ kita sendiri. Bagaimana kita mengatasi tatapan orang-orang tentang perbedaan yang kita miliki.

2. Bahwa menjadi berbeda bukanlah masalah. Tapi merasa berbeda bisa menjadi masalah. Ketika kita merasa berbeda,perasaan itu benar-benar dapat mengubah cara kita melihat dunia.

3. Terkadang, keadaan memaksa kita untuk berpura-pura kuat dan berani di saat kita sebenarnya merasakan sebaliknya. Padahal, tidak ada salahnya kita tidak usah berpura-pura ketika memang kita sedang merasa lemah.

4. Bersiap jika suatu saat orang akan melihat kita bukan sebagai seorang manusia, namun sebagai sebuah diagnosis. Sebuah masalah. Sebuah kelompok. Sebuah label. Si Autis. Si Lumpuh. Si Jahat. Si Cengeng. Dsb.

5. Akar dari kekecewaan adalah keinginan. Tidak ada yang salah dengan memiliki keinginan. Pertanyaannya adalah: Bagaimana kita mengatur keinginan kita? Bagaimana kita bertindak terhadap apa yang kita inginkan?

6. Akan ada saat ketika kita terluka secara emosi lantas membuat kita menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain dan berusaha sekuat tenaga mengatasi rasa sakit itu. Berhenti sejenak. Karena penyembuhan terjadi dengan cara dan waktunya sendiri.

7. Berhentilah memaksa diri untuk selalu tahu segala hal. Dari ketidak tahuan kita akan belajar sesuatu yang baru.

8. Saat anak kita bermasalah dan meminta bantuan, sebagai orang tua, tidak ada salahnya sesekali kita mengatakan ini “Mama tidak bisa membantumu. Kamu harus melakukannya sendiri.”

9. Setiap tahap dalam pertumbuhan melibatkan kehilangan. Maka, saat kita merasakan sakitnya kehilangan, yakin bahwa itu semua sifatnya transisional. Dari kehilangan kita akan belajar tentang kemampuan mengatasi kesulitan.

10. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak mengkhawatirkan orang tuanya. Bahwa anak-anak bisa merasakan kalau orang tuanya mengalami tekanan. Pada akhirnya anak-anak ini merasa seolah-olah mereka harus memastikan bahwa orang tua mereka tidak bertambah stress karena mereka. Kapan pun anak-anak memiliki masalah, mereka pada akhirnya akan menyimpan itu untuk diri mereka sendiri. Itu adalah cara lain untuk melindungi orang tua mereka.

Ini kisah yang dibagi Daniel Gottlieb untuk kita semua – tentang menjadi manusia.

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan