Ada Apa di Festival Dongeng Internasional?

Activity & Destination

kirana21・16 May 2016

detail-thumb

Festival Dongeng Internasional yang diselenggarakan akhir September 2015 lalu mungkin yang paling sedih dari tahun-tahun sebelumnya. Kenapa?

Tidak berlebihan rasanya jika saya bilang ajang Festival Dongeng yang diadakan pada penghujung tahun lalu menyisakan kesedihan. Betapa tidak, Pak Raden ikon dongeng Indonesia, yang menjadi inspirasi Festival Dongeng, meninggal persis malam sebelum hari dimana beliau seharusnya mengisi acara dongeng.

Saya sendiri yang mewakili Mommies Daily untuk hadir ke sana sudah menyiapkan bahan obrolan dengan Pak Raden. Saya ingin tahu, bagaimana karakter anak-anak tahun 70-80an dibanding anak-anak sekarang. Karena anak-anak tahun 70-80an inilah yang membentuk anak-anak sekarang.

FDII-1

Tapi sebagaimana mimpi Pak Raden yang pupus untuk tampil di acara Festival Dongeng Internasional Indonesia, pupus juga rencana saya. Saya sempat beralih mewawancara pendongeng lain, sih, tapi entahlah mungkin karena belum sesepuh Pak Raden, apa yang saya cari kurang terjawab.

Tanpa penampilan Pak Raden, Festival Dongeng tetap seru, tetap ramai. Panitia sebetulnya tidak mengharuskan Pak Raden untuk tampil, namun Pak Raden sendiri yang bersikeras untuk tampil karena beliau memang biasanya tidak mau hanya tampil sebagai undangan saja. Dengan berita duka ini, slot penampilan Pak Raden digunakan untuk Tribute for Pak Raden.

Jam-jam penampilan lain tetap sesuai dengan urutan semula walau tertunda sekitar satu jam. Winson Storyteller Family, misalnya, yang harusnya tampil sebelum rehat makan siang jadi tampil sekitar jam 12:30. Dengan membawa kisah tentang Semangka Emas yang berasal dari Kalimantan, Winson yang berasal dari nama suami istri pendongeng Wiwin dan Sonny, menyihir penonton untuk tetap di tempat sampai dongeng berakhir.

FDII-2

Dari pengamatan saya, acara ini cukup menarik banyak keluarga dan bisa menjadi alternatif tujuan mengajak anak. Para pendongeng dan performer musik lain juga berhasil membawa penonton untuk ikut berinteraksi dalam penampilan yang mereka bawakan.

Sayang karena area menontonnya hanya karpet di depan panggung, begitu pendongeng tampil dan penonton mulai ramai, yang di bagian belakang jadi pada berdiri. Ini membuat penonton di belakangnya lagi jadi tidak bisa menonton dengan nyaman. Apalagi saat sesi berakhir dan penonton berebut mengambil foto. Hampir semua dari depan sampai belakang berdiri, deh. Mungkin ini bisa menjadi masukan untuk event Festival Dongeng di tahun-tahun mendatang.