banner-detik
PARENTING & KIDS

Alena Wu: "Menjadi Ibu Membuat Saya Lebih Produktif"

author

adiesty12 Feb 2016

Alena Wu: "Menjadi Ibu Membuat Saya Lebih Produktif"

Menjabat status 'Ibu' otomatis membawa perubahan bagi seorang perempuan. Hal ini jugalah yang dirasakan, Alena Wu. Penyanyi sekaligus presenter ini menegaskan, "Menjadi Ibu, membuat saya lebih produktif".

"Becoming a mother makes you realize you can do almost anything." Siapa yang setuju dengan kalimat ini?*ngacung*

Dulu, jauh sebelum menikah dan punya anak, Mama saya pernah bilang, "Jadi perempuan itu harus bisa melakukan segala hal, bahkan dalam waktu yang bersamaan". Ternyata apa yang beliau sampaikan ini benar sekali. Jadi perempuan yang sudah punya status ganda, istri dan ibu, mau nggak mau memang mengharuskan kita jadi multitasking.  Otak benar-benar harus produktif mengatur segala hal, hahaha.... Iya kan?

Hal ini pun diakui oleh Alena Wu. Masih ingat dengan penyanyi berdarah Tionghoa ini? Belum lama ini saya berkesempatan ngobrol dengannya. Banyak insight menarik yang saya dapatkan lewat perbincangan kami. Mulai dari bagaimana perempuan kelahiran Malang, 9 November 1981 ini mengenalkan budaya Tionghoa pada anaknya, termasuk mengenai gaya democratic parenting yang ia pilih dalam pengasuhan.

Penasaran dengan ceritanya? Berikut kutipan obrolan saya dengan penyanyi yang baru saja menelurkan album ke-3 nya.

alena

Hallo Mbak Alena, apa kabar? Boleh diceritakan saat ini sedang sibuk apa saja?

Haiii.... saya masih sibuk promoting new album, and show lagi banyak banget di bulan Imlek ini, jadi bagi waktu disiplin biar bisa tetep banyak spend time sama anak dan suami. Sebenarnya kalau sama suami banyak spend time karena kami kerja bareng, tapi kadang perlu quality time, waktu pacaran yang nggak ngomongin kerjaan sama sekali, hehehe.

Bisa diceritakan sedikit mengenai album ke-3 Mbak Alena yang baru saja diluncurkan?

Album ini full in Chinese, dan bercerita tentang harapan, kebahagiaan, rasa puas dengan kehidupan yang diberi Tuhan, cinta Ibu, mendukung sahabat, dan tetap ada tema cinta dengan pasangan hidup juga.

Seberapa besar dukungan keluarga dengan karir yang Mbak jalani?

Keluarga FULL support, papa mama dari kecil tidak menghalangi cita-cita saya jadi penyanyi, juga tidak mendorong saya too much or too early. Maksudnya saya nggak diikutin lomba-lomba, tapi lebih dianjurkan belajar asah diri dulu sampai siap. Jadi lomba-lomba yang serius baru ikut kira-kita ketika kelas 3 SMA, ikutan Asia Bagus itu.

Papa juga yang antar saya ke Jakarta naik bis berdua waktu mau kuliah, and nyanyi di cafe  kalau ada job juga ditemenin sama papa. Pas ketemu band Elfa Secioria, papa titip benar untuk dijagain. Soalnya bisa dibilang papa itu protektif dan sayang banget,  hehehe. Mama juga terus memberi masukan untuk public speaking dan performance on stage. Soalnya mama leader di Network Business Amway jadi memang jago di stage presence dan public speaking. Kalau dukungan dari suami, dari awal bikin album memang dia yang bikin lagu demo untuk diajukan ke label Universal Music. Sampai saat ini dia memberi karya-karya terbaiknya, jadi karir saya ini benar-benar team work.

Saya sempat membaca sebuah berita yang mengatakan bahwa lagu dalam album ini adalah blessed di mana lagu ini punya pesan agar masyarakat menjadi orang yang mudah bahagia. Definisi bahagia sendiri buat Mbak Alena apa, sih?

Merasa Tuhan sudah memberi lebih dari cukup, Dia sangat baik dan murah hati, meskipun saya tidak pantas mendapatkan semua ini, Dia tetap memberi lebih. Jadi harus bersyukur. It's a mix of faith that God is good and working to be a better person everyday. Saya percaya kalo kita sebagai manusia terus berkembang, terus punya nilai tambah memberkati orang lain, pasti makin bahagia.

Sebagai ibu sekaligus perempuan yang menjalankan karir di industri musik, tantangan terbesar apa yang Mbak Alena rasakan?

Time management. Saya sering sakit karena sudah capek tapi wajib dan ingin spend time sama anak, keterusan nggak berasa kalau over work. Lalu sampai sekarang belum berhasil bikin habit tidur early biar bisa work early. Masih kebawa kerja malem terus, padahal jelek efeknya ke badan ditambah lagi jadi kurang efektif kerjanya.

Di laman selanjutnya Alena bercerita bagaimana dirinya mempertahankan budaya serta bercerita soal manfaat sistem pola asuh yang ia terapkan. Langsung, klik, ya!

Oh, ya, warga Tionghoa baru saja merayakan Imlek, masih ada tradisi memberi angpou?

Tradisi angpao masih lanjut, Papa saya kalau makan-makan imlek pasti ajak pegawai, saya juga mencoba untuk meneruskan tradisi ini.  Start tahun ini makan-makan sama team juga. Tapi kami makan-makannya nggak di hari H, hahaha, kerena waktu itu memang ada job. Tahun ini merayakan malam imlek di Makasar. Tapi untuk tradisi yang takhayul seperti harus potong rambut, ganti cat rumah, nggak boleh nyapu, nggak pernah kami ikutin.

Bagaimana dengan mengenalkan budaya khususnya budaya Tionghoa pada Kolla?

Dari kecil, saya sudah berusaha mengenalkan Bahasa Cina lewat lagu dan kasi tahu nama Cina dia, yaitu  Zheng Yi Zhong.  Ketika mendapat angpao pas imlek, harus ditabung kaya mamanya dulu. Kemarin sudah saya catat juga di buku khusus tabungan dia, and dia nggak protes ingin pakai uangnya, seneng banget Kolla sudah bisa belajar nabung. Kolla sekarang lagi suka mendengar orang ngomong bahasa Cina dan lihat tulisan Cina, mencoba berbicara dengan bahasa Cina, sering ikut ke tempat les Mandarin saya dan dengar guru saya ngomong, hahahaha.

Setelah menjadi Ibu dan dianugrahi Kolla, perubahan terbesar apa saja yang Mbak rasakan?

Jadi jauh lebih bisa berempati dan mengasihi orang lain. Jadi jauh lebih jago ngatur waktu dan delegasi tugas ke orang lain  termasuk lebih pintar memilih aktivitas yang menjadi prioritas. Jadi sejak ada anak, Kolla malah lebih produktif, hehehe.

??????????????????????

Dalam mendidik Kolla, pola asuh seperti apa yang Mbak Alena dan suami terapkan ke Kolla?

Democratic parenting atau montessori type, jadi tanpa hukuman tanpa reward. Saya juga ikut parenting course di internet. Ini bukan cara parenting "permisif" atau "keras", jadi ada di tengah-tengahnya.  Pola asuh ini lebih ke mengerti anak secara keseluruhan  dan secara psikologis. Sebenarnya rasanya itu cuapeee banget hahaha, jauh lebih berat daripada yang permisif atau keras. Jadi anak diberi batasan-batasan dan lebih banyak diberikan pengertian dan training. Saya dan suami melihat benefitnya bagus. Pola asuh ini sudah dilakukan Ferry Salim pada ke-3 anaknya, look at them sooo happy spend time with family dan nggak ada fase berontak.

Benefit seperti apa, sih, Mbak?

Dengan parenting democratic tadi, selalu problem solving rutin dengan suami dan nanny, supaya selalu satu kapal jadi anak nggak bingung dengan batasan yang kita beri, jadi seperti di-training tiap hari tanpa dia sadari. Lalu kami selalu berusaha menempatkan diri di posisi dia sebagai anak usia segitu, kemampuan psikologis ataupun fisik. Jadi training dan batasan yang kita berikan juga sesuai. Sejauh ini yang paling membuat kami bersyukur, Kolla sudah jadi anak yg berempati  sekali, tetap bisa menyuarakan pendapat dan perasaannya dengan bebas tapi nggak perlu kasar, dan happy banget everyday.

Suami itu kan bisa dibilang support sytem utama seorang istri atau ibu, sejauh ini dalam pengasuhan ada pembagian tugas nggak, Mbak?

Gantian kalo Popo mau kerja, saya jaga Kolla, kalau saya kerja, Popo yang jaga Kolla. Simple tapi perlu kompak  dan janjian. Always sharing jadwal satu sama lain karena meski ada suster, kami  tetap ingin Kolla jauh lebih banyak waktu bersama kami, orangtuanya.

Menurut Mbak Alena, orangtua yang sukses orangtua yang bagaimana?

Yang pernikahannya harmonis dan sama-sama kompak mencintai anak unconditionally, kompak dengan cara mendidik juga. Pasti nggak ada orangtua yang 100% terus sukses mendidik anak-anaknya, karena proses ini dilakukan seumur hidup  dan bertumbuh terus.

Mbak Alena itu sosok ibu seperti apa, sih?

Hangat banget sama anak, umh... mungkin bisa dibilang termasuk sabar, tapi banyak ragu-ragu kalau nggak dibekali ilmu yang cukup, karena itu saya butuh parenting course and books biar tahu jelas bagaimana menangani kasus-kasus umum dalam membesarkan anak.

Sebagai ibu, khususnya ibu dari anak laki-laki, hal apa sih yang membuat Mbak Alena khawatir? Mengingat saat ini banyak sekali berita yang sering membuat para orangtua jadi ‘parno’?

Saya nggak mau khawatir dengan apapun, yang penting saya sudah melakukan yang terbaik dan terus dekat dengan Tuhan karena Dia yg menjaga anak saya.

Sejauh ini, tantangan terbesar Mbak Alena sebagai orangtua apa saja?

Membagi waktu dan untuk ingat kalau saya perlu selalu belajar dan melihat kebutuhan  Kolla.

Dalam pengasuhan, apakah Mbak Alena punya role model? Siapa dan mengapa?

Saya suka dengan gaya pengasahan Ferry Salim dan istri. Anaknya sudah besar,  dan semuanya bisa punya rasa empati yang besar, mengenal diri sendiri dengan baik, dan bisa berkembang di bidang yang sesuai dengan talenta masing-masing.  Mereka juga sangat dekat dengan keluarga tanpa perlu adanya fase berontak dengan orangtua, seperti banyak yang dialami anak-anak usia puber.

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS