banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Inga Laurina Ekha: Perempuan Harus Punya Pencapaian

author

?author?25 Jan 2016

Inga Laurina Ekha: Perempuan Harus Punya Pencapaian

Sempat berganti kampus di tengah-tengah masa perkuliahan, namun Inga membuktikan bahwa ia mampu bertanggung jawab dengan pilihan hidupnya. Bahagia menjalani karier dan tetap memprioritaskan keluarga.

IMG_8926

Pembawaan khas Inga Laurina Ekha (31), ibu dari Benji (5) saat menjalankan profesinya sebagai Master of Ceremonies (MC) terlihat humoris dan bisa membangun suasana menjadi akrab. Perempuan berdarah Padang ini mengaku sempat tidak menyelesaikan kuliahnya di Bina Nusantara karena lebih terpanggil dengan jurusan lainnya, yaitu Broadcasting. Akhirnya ia membuktikan bisa bertanggung jawab dengan pilihan yang dibuat.

Begitu juga dengan keputusan menikah di usia 25 tahun, target yang sudah lama ia buat dan akhirnya tercapai. Meski tetap saja ada penyesuaian saat menikah di usia yang tergolong muda – mari simak obrolan saya dengan Inga berikut ini.

Cerita dong, awal kali karier Inga sebagai  MC?

Jadi kan kebetulan 2004 di pertengahan masa kuliah saya sudah mulai kerja di MTV Sky dabTrax FM. Di Trax ini para penyiarnya suka mendapatkan tawaran MC, hanya saja pendengarnya kalangan SMA dan kuliah untuk kegiatan sekolah dan kampus mereka. Dan bujet mereka tidak besar, jadi tidak ada yang mau mengambil tawaran itu, jadilah saya ambil tawaran tersebut, karena cocok juga sama jurusan kuliah saat itu, Komunikasi – Broadcasting. Walau bayarannya tidak seberapa, sangat lumayan loh untuk saya yang waktu itu masih kuliah, dan yang penting bisa tampil di muka umum. Nah, dari situ berlanjut menerima tawaran MC lainnya.

Setelah menikah di 2010, karena memang saya punya target harus menikah di usia 25 dan langsung punya anak, saya sempat tidak percaya diri menerima tawaran MC, karena bentuk badan belum kembali normal. Selain itu juga sempat menjadi full time mother yaaa. Sampai tiba satu kesempatan dari klien lama saya, dari situ deh saya memberanikan diri. Kemudian berlanjut lagi ke tawaran-tawaran lainnya yang berasal antar teman, intinya dari networking yang saya pelihara dengan baik sebelumnya. Dari situlah sampai sekarang berlanjut menerima pekerjaan MC ini. Prinsip saya, selalu menjaga hubungan baik dengan siapa saja yang saya temui, karena menurut saya tidak ada ruginya melakukan hal semacam itu. Jadi kalau bertemu dengan orang baru, just be nice, and be you saja – poinnya jangan sesekali menganggap remeh seseorang, karena kita tidak pernah tahu “siapa dia” yang sebenarnya.

Inga Laurina Ekha, Perempuan Harus Punya Pencapaian

Inga, saat memandu acara ulang tahun Mommies Daily awal Desember lalu

Alasan apa yang membuat Inga ngotot harus menikah di usia 25?

Karena menurut saya itu usia yang cukup, tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Selain itu ketika baru merintis karier sambil kuliah saya cenderung pribadi yang “lepas”, intinya saya tidak mau kebabablasan, apalagi soal pergaulan. Nah, saya harus mencari sesuatu yang bisa menahan saya, saya mencari rem – saya pikir solusi yang bisa saya tempuh adalah menikah dan punya anak.  Dan, memang dari dulu saya selalu menanamkan pada diri saya, usia 25 saya harus menikah, harus menikah!

Di awal-awal pernikahan dan langsung memiliki anak, perubahan apa sih yang dirasakan paling sulit?

Perubahan justru terjadi ketika kami memutuskan untuk pisah dari orangtua setahun terakhir ini, misalnya penyesuaian di sana-sini sebagai pasangan dan orangtua. Isu-isu yang muncul seperti itu.

Mengingat menikah di usia yang tergolong muda, bagaimana nih penyesuaiannya dengan pasangan yang dari segi usia hanya terpaut satu tahun lebih tua?

Pasti ada berantemnya ya, hahaha. Sebagai perempuan pasti kan banyak mau ya? Hayooo ngaku? Hahaha. Terlalu banyak isi kepala sehingga jadi pusing sendiri ketika mau menyampaikan kepada pasangan. Nah, untungnya suami saya adalah pribadi yang sangat logis. Kalau saya sudah terlalu berantakan bicaranya, dia akan menarik benang merahnya. Meski kami mengakui sama-sama memiliki sumbu kesabaran yang pendek. Mengakalinya, kalau sedang sama-sama sebal atau emosi, kami akan berjauhan dulu – karena kalau keduanya marah tidak akan menyelesaikan apapun. Setelah menginjak usia 5 tahun pernikahan, baru deh kami berdua tahu ada yang harus dibicarakan dan tidak harus dibicarakan. Karena jika kita sudah lama hidup dengan seseorang maka level kompromi terhadap orang tersebut juga akan semakin tinggi. Selain itu konsep agree to disagree itu juga perlu diterapkan, karena kami dua orang dengan pemikiran yang berbeda. Artinya harus saling mengemukakan, masing-masing tidak nyaman dalam kedaan seperti apa?.

Selanjutnya Inga bicara tentang alasannya kembali bekerja dan tantang mengurus Benji di tengah kesibukannya.

IMG_8934

Apa sih yang melatarbelakangi Inga untuk kembali bekerja?

Saya merasakan terlalu lama di rumah tidak sehat ya, dalam arti karena tidak ada pencapaian pribadi apapun. Nah, yang saya rasakan saya menjadi pribadi yang negatif, saya merasa ini sudah sangat tidak sehat karena itu tadi terkungkung dalam aura negatif. Dari situlah saya merasa harus punya penyaluran, karena terlalu banyak jarang keluar rumah, dan otomatis juga jadi jarang tampil – padahal secara kodrat perempuan senang dandan cantik kan? Jadi dari momen itu saya sudah merasa harus waspada dan waktunya kembali berkarya.

Apa yang harus diimproved sebagai ibu bekerja?

Yang pasti, dan harus diakui adalah ketika kita melakukan hal yang berulang-ulang kali – lama kelamaan diri ini seperti layaknya sistem “auto pilot.” Lama kelamaan jika dibiarkan tidak ada room of improvement. Satu hal yang saya syukuri dengan pekerjaan saya sekarang ini adalah, bertemu dengan banyak orang dari berbagai macam latar belakang, dan akhirnya bisa menimbulkan feed back. Jadi ketika ada di masa “auto pilot”, saya mulai ngobrol dengan orang-orang di sekeliling saya ini untuk mendapatkan masukan. Dari segi improvement tadi, pastinya saya harus banyak belajar tentang profesi yang saya geluti ini, entah itu membaca buku atau diskusi dengan orang yang satu profesi yang sudah lebih berpengalaman.

Apa saja tantangan ibu bekerja yang  memiliki anak?

Saya termasuk ibu bekerja yang beruntung karena bisa meninggalkan Benji anak pertama saya maksimal hanya 4 jam, hal ini menurut saya adalah “kemewahan” luar biasa. Itu kalau sedang menerima pekerjaan MC. Begitu juga kalau sedang siaran, kantor saya sangat fleksibel – dan kebetulan jarak antara kantor dan rumah juga tidak terlalu jauh.  Saya selalu mencari celah, misalnya  saya akan bela-belain naik kereta api ke kantor sepagi mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan, dan akan pulang naik kereta juga supaya bisa menjemput Benji dari sekolahnya. Dengan begitu saya masih bisa hands on dengan anak saya.

Sekarang, beralih ke tema MD bulan ini ya Inga tentang positive thinking, manfaat apa sih ya Inga rasakan ketika menerapkan positive thinking ini?

Iya betul, banyak sekali manfaat dari positive thinking – misalnya ketika bangun tidur kita semua akan langsung berfungsi sebagai manusia seutuhnya, apalagi jika kita sudah menjadi ibu, kita sudah tidak bisa menjadi kita. Artinya, saya sudah tidak bisa menjadi Inga yang seutuhnya ketika bangun tidur. Ketika kita bisa menerapkan positive thinking ini, itu semua akan otomatis terbawa dalam perilaku sehari-hari. Walau berat, tapi kita yakin nih selalu ada jalan keluar yang terbaik karena energi positif tadi. Kalau saya sendiri tipikal orang yang tidak mau buang energi dan cukup saya dengan diri sendiri, untuk tahu – energi saya harus disalurkan atau ditempatkan kemana. Manfaat lain dari positive thinking ini karena sebagai ibu kan kita harus selalu “on” ya di depan anak.

Mau dipandang seperti orangtua seperti apa kelak?

Saya ingin menjadi orangtua yang bisa membuat Benji bangga, dan target saya ketika Benji SMA – saya ingin teman-temannya bilang saya ini adalah ibu yang keren buat dia :D , begitu juga dengan suami saya. Tapi dengan catatan, keren dalam pengertian tetap menjauhi hal-hal yang memang dilarang dari segi norma agama maupun norma sosial. Selain itu pengertian keren dari segi lain, saya ingin Benji melihat saya dan suami sebagai orangtua yang memiliki pencapaian di karier kami masing-masing. Dan suatu saat Benji bisa terinspirasi dari pencapaian-pencapaian kami.

Sukses terus Inga dengan dunia MC-nya, dan semoga bisa menjadi orangtua yang keren untuk Benji ya :)

PAGES:

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan