banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Ferry Salim, Angkat Bicara Tentang Pencegahan Kekerasan Pada Anak

author

?author?15 Jan 2016

Ferry Salim, Angkat Bicara Tentang Pencegahan Kekerasan Pada Anak

Apa yang dilakukan Ferry Salim, yang aktif sebagai Duta Nasional UNICEF untuk memerangi tindak kekerasan pada anak?

Ferry Salim, Angkat Bicara Tentang Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak

Sosok Ferry Salim tak hanya dikenal sebagai public figure, yang wara-wiri dalam berbagai film nasional, tapi kepeduliannya terhadap dunia anak-anak menurut saya pantas diacungi jempol. Ayah dari Brandon (19), Brenda (18) Raul (9) telah 11 tahun turut aktif sebagai Duta UNICEF. Selama itu pula ia memiliki kepuasaan tersendiri telah menjadi bagian usaha meminimalisir tindak kekerasan terhadap anak.

Bulan November lalu, bertempat di Jakarta saya sempat berbincang dengan beliau. Tepatnya pada acara “Hari Anak Sedunia dan Bergabung Sebagai Pelindung Anak”. Apa pandangan Ferry mengenai program ini? Dan bagaimana sepak terjangnya sebagai Ayah dalam memberikan perlindungan maksimal untuk ketiga buah hatinya? Silakan simak ya, Mommies.

Apa pesan Anda kepada masyarakat agar turut aktif untuk mencegah kekerasan terhadap anak?

Saya adalah wakil dari masyarakat dan orangtua, dimana saya memiliki anak-anak yang berusia remaja dan yang paling kecil 9 tahun. Menurut saya kalau kita bicara tentang perlindungan, berarti kita bicara tentang dua hal. Yaitu internal dan eksternal, dari sisi internal saya setuju dengan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia – Yohana Yembise, kita harus mengawalinya dari keluarga. Karena keluarga itu pondasi yang sangat penting untuk pertumbuhan anak-anak. Orangtua harus memberikan contoh kepada anak-anak agar mereka pun berperilaku baik. Dan selanjutnya melakukan pendekatan antara orangtua dengan anak, sehingga ketika anak mendapatkan perlakuan tidak baik di luar – mereka akan sangat terbuka bercerita kepada orangtuanya, tanpa ada rasa takut dan malu. Hal itulah yang dapat menjadi pintu gerbang untuk bisa mengantisipasi apa yang terjadi pada anak kita.

Contoh nyata yang Mas Ferry sudah lakukan kepada anak-anak, seperti apa?

Salah satu contohnya saya memiliki anak yang paling kecil umur 9 tahun, ketika dia pulang sekolah saya melihat ada yang berbeda dari dia. Kalau sudah begini saya akan tanya, perihal kegiatan apa saja yang dia lakukan selama di sekolah, belajar dengan siapa, gurunya siapa, kemudian ketika pulang sekolah dia bertemu dengan siapa saja. Langsung naik ke mobil, atau sempat berjumpa dengan seseorang? Nah, anak saya sangat terbuka cerita tentang hal-hal yang saya tanyakan tersebut.

Saya pikir orangtua juga harus betul-betul waspada memerhatikan anaknya, jadi kalau misalnya ada perubahan sedikit saja yang terjadi terhadap anak-anak, kita harus tahu. Kok perlilakunya berubah ya, dan bahkan hal ini tidak hanya berguna untuk mengantisipasi anak-anak kita dari kejadian yang kurang menyenangkan. Tapi ketika mereka menggunakan NARKOBA, kita pun akan cepat mengetahuinya. Dari sisi internal ini, kita harus kuatkan dulu.

Lalu kalau dari segi eksternalnya Mas?

Dari segi eksternal, anak-anak perlahan tumbuh menjadi beranjak remaja dan pada akhirnya dewasa. Hingga akhirnya harus bersosialiasi dengan lingkungan sekitarnya, dan bertemu dengan orang-orang baru. Ajarkan mereka jangan sembarangan percaya dengan orang baru. Hal ini menurut saya sangat penting untuk dilakukan, karena ada trend para remaja berkenalan di social media, kemudian jadi berteman – ini sangat berbahaya. Teknologi internet memang bisa mendatangkan keuntungan, tapi seperti pisau bermata dua, jika tidak hati-hati maka akan terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Sebagai orangtua, sebaiknya kita juga memberikan arahan kepada anak, cara menggunakan internet yang bijak.

Kemudian, masih dari segi internal. Saya selalu mengajarkan anak-anak untuk memiliki teman sebanyak mungkin dan dengan siapapun. Karena bisa berguna untuk membuat networking, untuk mendukung profesinya kelak di era globalisasi. Yang perlu diingatm teman tidak selalu mengajarkan hal yang baik kepada anak kita, tapi ada juga hal buruk yang mungkin saja diajarkan kepada anak kita. Dalam hal ini, anak harus bisa memilah, caranya diawali dengan poin internal tadi, semua berawal dari keluarga. selain itu landasan agamapun sangat penting.

Selanjutnya, tanggapan Ferry mengenai video yang diluncurkan UNICEF dan perannya sebagai Ayah yang hands on

Ferry Salim, Angkat Bicara Tentang Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak

Gambar dari IG Ferry Salim

Ada tanggapan mengenai video dari UNICEF yang ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perlindungan anak, Mas?

Iya, merujuk pada video UNICEF mengenai perlindungan anak dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Saya ingin mengajak masyarakat, jangan menjadi orang yang tidak egois, artinya begini – ketika kita melihat ada anak yang mendapatkan perilaku tidak baik jangan diam saja. Jangan berpikir dia bukan anak saya, atau bukan keponakan saya – kampanye dari UNICEF ini mengajak kita semua untuk merasakan punya tanggung jawab moral bahwa setiap anak yang kita temui, perlakukan dia selayaknya sebagai anak sendiri. Karena saya yakin semua orang punya benang merah terhadap anak-anak. Meskipun, di antara kita ada yang belum punya anak, tapi pasti punya keponakan, atau adik. Untuk itu anak-anak harus kita jaga mereka sangat rapuh, sehingga mereka butuh perlindungan dan tuntunan orang dewasa.

Sekarang mengkerucut bicara peran ayah. Sebagai ayah apa sih yang bisa dilakukan untuk mencegah kekerasan pada anak?

Hal ini sebetulnya kadang-kadang agak sulit dilakukan para ayah ya, hal pertama yang ingin saya berikan perhatian adalah menurut saya banyak sekali ayah yang kurang peduli dengan pekerjaan isteri. Artinya begini, kalau saya pribadi mampu melakukan apapun yang isteri saya lakukan. Sehingga I can be a mom, and I can be a dad also, nah hubungannya dengan peran ayah untuk mecegah kekerasan anak tadi – kita butuh figur ayah yang seperti itu. Karena para ayah yang bisa hands on sebagai ibu maupun sebagai ayah – biasanya akan dekat dengan anak-anak. Tapi sayangnya masih ada ayah yang tidak mau mengerjakan pekerjaan seorang perempuan, sehingga terjadi jarak. Sikap itu terjadi karena sebagian ayah merasa, laki-laki tidak pantas melakukan pekerjaan perempuan, dan hanya bertugas mencari nafkah. Padahal kalau tipe ayah yang seperti ini, akan susah dekat dengan anak. Ayah yang bisa hands on dengan anak yang bisa mengajarkan sesuatu yang baik dengan cara ngobrol dari hati ke hati dengan anak.

Kedekatan Anda dengan anak-anak seperti apa?

Saya itu dekat banget dengan anak-anak saya, anak saya yang pertama umur 19 tahun (Brandon), kedua umur 18 tahun (Brenda), ketiga Raul umur 9 tahun. Saya, suka sekali ngobrol – dan kalau pertanyaan yang saya lontarkan mendapatkan jawaban yang sedikit, saya tidak suka. Saya selalu ingin ditanya sama anak, makan bareng sama mereka. Dan biasanya komunikasi kami juga tidak berhenti, walaupun sedang berjauhan. Seperti yang sedang terjadi sekarang, Brenda sedang shooting di luar kota, kami tetap intens berkomunikasi. Dampaknya kalau ada persoalan apapun mereka akan ngobrol sama saya, tanpa ditanya. Dan ada hal lucu yang terjadi dengan anak terakhir saya, di sela-sela obrolan kami saya bertanya sesuatu, tentu saya konteksnya bercanda ya “Seandainya suatu saat, Daddy sama Mommy berpisah, kamu pilih siapa?” jawaban dia “Saya tidak bisa memilih, karena saya mau dua-duanya”.

Bagaimana harusnya kita bersikap jika menemukan ada anak yang diperlakukan tidak adil oleh orangtuanya sendiri atau lingkungannya?

Kita harus berani mengatakan tidak dan harus berani mengatakan tidak, dan yang terpenting berani melaporkan. Yang susah yang terakhir ini, melaporkan. Banyak orang yang masih beranggapan jika dia melaporkan suatu kejadian, maka masyarakat akan mengira dialah pelakunya. Sebagian pandangan masyarakat kita, masih ada di lingkaran itu.

Apa kepuasaan yang didapat dengan kegiatan sosial ini?

Ada kepuasaan yang saya rasakan, dan tidak bisa dibayar oleh apapun. Misalnya kalau kami berhasil dealing dengan sebuah institusi atau dengan pihak lainnya atau kami berhasil menyelamatkan anak-anak Indonesia.

Nah, sebagai masyarakat kita bisa berperan aktif loh, Mommies mencegah kekerasan terhadap anak. Dan sebagai orangtua, silakan dicoba kiat-kiat yang tadi Ferry sampaikan, semoga bermanfaat :)

PAGES:

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan