NgASI Eksklusif Bisa Cegah Kehamilan?

Sex & Relationship

adiesty・20 Aug 2015

detail-thumb
Memberikan ASI eksklusif pada si kecil dipercaya bisa menjadi alat kontrasepsi alami dan mencegah kehamilan. Benarkah?

Black Family - mother nursing

Soal ASI adalah nutrisi terbaik untuk anak itu sudah rahasia umum. Nggak usah dibahas lagi. Namun bagaimana dengan manfaat ngASI yang konon katanya bisa menjadi alat kontrasepsi alami? Apakah benar seperti itu? Dengan menyusui secara eksklusif akan menjamin kita nggak hamil lagi? Terus terang saja, saya penasaran soal yang satu ini.

Bukannya apa-apa, soalnya salah satu teman saya ada yang merasa kebobolan. Gimana nggak, 5 bulan setelah melahirkan anak pertamanya, ia kemudian mendapati dirinya sudah hamil lagi. Rupanya, teman saya ini dengan PD-nya memilih tidak menggunakan kontrasepsi, dan yakin kalau dengan memberikan ASI dia tidak akan hamil. Kenyataannya, dugaan teman saya ini meleset.

Sementara, kalau merujuk pengalaman Mama saya, ia termasuk salah satu perempuan yang beruntung. Ketika menyusui saya selama dua tahun lebih, beliau tidak mengalami menstruasi. Tapi, apa saya akan mengalami hal yang sama? Bagaimana jika tahu-tahu saya hamil lagi? Nggak lama setelah melahirkan anak saya, Bumi, Mama saya juga sempat berpesan, “Lebih baik pakai spiral saja, daripada nanti ‘nyundul’ adiknya Bumi. Kamu sudah siap belum?” Takut dengan risiko yang sudah yang sebutkan di atas, setelah masa nifas saya pun memutuskan untuk memakai kontrasepsi spiral.

Berbicara soal ASI sebagai kontrasepsi alami, saya sempat membaca sebuah artikel kesehatan yang memaparkan topik ini. Memang, sih, menurut penjelasan ilmiah dalam artikel tersebut dikatakan bahwa Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) merupakan metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. Dalam artikel tersebut juga dituliskan bahwa tingkat efektivitasnya bisa mencapai 98%.

Lalu kenapa ada perempuan yang gagal menggunakan alat kontrasepsi alami ini? Untuk ‘membayar’ rasa penasaran, saya pun akhirnya memutuskan untuk bertanya pada dr. Yusfa Rasyid, SpOG. Beruntung, beliau mau menyediakan waktu untuk saya. Di ruangan kerjanya, di RSIA YPK, Menteng saya pun mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya.

Waktu itu dr. Yusfa Rasyid, SpOG bercerita, bahwa selama dirinya menjadi praktisi 15 tahun lebih dan menangani banyak pasien, tingkat keberhasilan KB dengan ASI itu hanya sekitar 50%, dan 50%-nya lagi itu mengalami kegagalan. Apa sebabnya, langsung baca di laman selanjutnya, ya.

M

“Sebelum berbicara mengenai ASI sebagai kontrasepsi alami, kita bicara dulu masalah kesuburan pasca persalinan. Dari text book disebutkan bahwa kesuburan perempuan bisa pulih 6 minggu setelah melahirkan, tapi ada juga yang sampai dua tahun nggak subur-subur. Jadi bisa dikatakan ini sangat individual. Range ini sangat luas dan tidak bisa diprediksi. Oleh sebab itu, kami selaku praktisi menganjurkan pada pasien, meskipun menyusui ada baiknya untuk menggunakan kontrasepsi”.

Dokter Yusfa sendiri tidak menampik kalau dengan memberikan ASI memang sering digembar gemborkan sebagai alat kontrasepsi alami. Walaupun begitu, dirinya menekankan bahwa meskipun prolaktinnya tinggi, tapi kita kurang beruntung karena tidak tahu kapan perempuan itu mulai subur. Di mana perempuan sudah mengalami ovulasi, yang terjadi sebelum menstruasi.

Lebih lanjut, dokter kandungan yang juga berpraktik di RS Medistra ini menjelaskan, “Begitu melahirkan, lalu menyusui, kemudian datang menstruasi. Biasanya 'kan seperti itu. Peristiwa alamnya adalah  dua minggu sebelum menstruasi sudah mengalami masa subur atau ovulasi. Artinya, kalau tidak menggunakan kontrasepsi, bisa langsung bablas 'kan. Langsung bisa hamil jika memang sudah ‘campur.’ Dari pengalaman saya, keberhasilan KB dengan ASI itu hanya sekitar 50%, dan 50%-nya lagi mengalami kegagalan. Kalau ditambah lagi dengan interuptus mungkin keberhasilannya jadi meningkat sebesar 80%. Kalau ditambah lagi dengan suami menggunakan kondom, tingkat keberhasilannya bisa jadi 90%. Tapi 10%-nya tetap ada kemungkinan bisa tetap hamil. Karena dengan menyusui ASI secara eksklusif pun kesuburan tetap bisa datang.”

Tidak mengherankan jika akhirnya dr. Yusfa Rasyid, SpOG memberikan saran bagi pasangan suami istri, termasuk bagi mereka yang ingin langsung punya anak lagi, “Tetap kita sampaikan untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Tandanya, si ibu sebaiknya tunda kehamilan dulu sampai 6 bulan ke depan. Buat kondisi yang melahirkan alami, caranya bisa lewat KB menyusui, interuptus, dan kondom.”

Bagaimana dengan Mommies yang melahirkannya secara sesar? Untuk kondisi ini, dr. Yusfa menganjurkan untuk menggunakan kontrasepsi. Hal ini tidak terlepas karena untuk proses persalinan lewat sesar dianjurkan hamil lagi setelah dua tahun persalinan pertama.

“Bagi yang susah punya anak atau infertilitas lain lagi ceritanya, pilih kontrasepsi yang tidak banyak intervensi, seperti kondom, interuptus atau pil. Jangan gunakan spiral atau suntik karena terlalu banyak intervensi terhadap rahim terlalu besar sehingga sulit hamil lagi. Sementara jika menggunakan suntik dapat menyebabkan dinding rahim tipis dan pemulihan untuk subur lagi akan lebih lama.”

Lewat penjelasan ini saya bisa mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya NgASI nggak menjamin 100% sebagai alat kontrasepsi alami. Untuk itu, bagi Mommies yang ingin menunda kehamilan, sebaiknya langsung memilih dan menggunakan alat kontrasepsi. Sebenarnya obrolan saya bersama dr.Yusfa Rasyid, SpOG kian melebar dengan membahas soal bagaimana pemilihan alat kontrasepsi, risiko dari menggunakan alat kontrasepsi, sampai membahas soal alergi sperma. Penasaran? Nantikan ulasan saya di artikel yang berbeda, yah, Mommies.