banner-detik
SPONSORED POST

Anak dengan Tubuh Tinggi, Lebih Percaya Diri?

author

adiesty13 Apr 2015

Anak dengan Tubuh Tinggi, Lebih Percaya Diri?
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa anak-anak yang lebih cepat puber cenderung lebih PD dibandingkan teman-temannya. Benarkah?

confidence

Salah satu kawan saya belum lama ini bercerita kalau dirinya khawatir karena anaknya yang kini memasuki kelas 4 SD mulai menarik diri dari lingkungan pertemanannya. Menurut ceritanya, salah satu penyebabnya adalah dikarenakan sang anak merasa kurang PD karena tinggi badannya jauh di bawah teman-temannya.

Benarkah tinggi badan mempengaruhi psikologis anak? Untuk mendapatkan jawaban yang tepat, saya pun akhirnya bertanya pada Anna Surti Ariani, S. Psi.,M.Si atau yang lebih akrab disapa Nina Teguh. Ingin tahu penjelasannya yang begitu dalam? Berikut kutipan wawancara saya dengan psikolog yang telah menuntaskan Program Magister Ilmu Psikologi Peminatan Psikologi Perkembangan dari Universitas Indonesia.

Apakah benar kondisi fisik akan mempengaruhi anak sehingga mereka merasa kurang PD? Misalnya, punya tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengan teman sebayanya?

Biasanya ini terjadi pada anak-anak usia 9-12, di mana mereka sudah mulai bisa membandingkan dengan orang lain. ‘Oh, dia kok lebih tinggi, ya?’ Pada saat itu salah satu yang bisa membuat mereka merasa percaya diri memang kondisi fisiknya. Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa anak-anak yang lebih cepat puber cenderung lebih PD dibandingkan teman-temannya. Anak-anak yang sudah puber biasanya akan tumbuh dan berkembang lebih cepat, termasuk tinggi badannya.

Jadi lingkungan, sangat mempengaruhi, ya?

Kondisi fisik ini juga sebenarnya tergantung dari bagaimana lingkungan memperlakukan dirinya. Hal inilah yang akan membuat si anak akan menilai kembali dirinya. Eh, saya jelek, ya? Saya ini pendek, ya? Saya ini nggak oke, ya, dibandingkan dengan yang lain?  Penilaian terhadap dirinya ini bukan datang dari dalam dirinya sendiri melainkan perbandingan dengan orang lain.

Tapi kalau orangtua bisa terus mendukung, dan tidak membandingkan dengan orang lain serta bisa mengajak anak untuk melihat bahwa ada hal lain yang bisa dibanggakan atau sisi positif lain yang bisa ditonjolkan, maka sebenarnya kondisi fisik tidak akan mempengaruhi tingkat rasa PD sang anak.

Jadi, kondisi fisik anak ini akan berpengaruh pada pertemanan mereka?

Sering kali berpengaruh. Anak-anak remaja cenderung akan berteman dengan orang-orang  yang memang bisa menerima dirinya.

Jika kita sebagai orangtua melihat pertumbuhan tinggi anak yang kurang maksimal, apakah perlu dibawa ke dokter spesialis?

Begini, beberapa waktu lalu aku juga sempat ngalamin dan merasa dek dekan. Aku dan suami itu kan tingginya hampir sama. Dan aku melihat anak perempuan yang sudah puber tingginya masih di bawah aku. Karena sangat concern, akhirnya aku konsultasi ke dokter. Ternyata setelah diperiksa dokter, ternyata yang paling penting adalah apakah anak mencapai potensi pertumbuhan atau tidak. Dokter menghitung tinggi badan anak dengan rumus tertentu yang bisa ditanyakan langsung ke dokter spesialis.

Untuk memiliki tinggi badan yang ideal sesuai dengan tumbuh kembang, tentu juga diperlukan olahraga dan makanan sehat, bagaimana kita bisa mendorong anak-anak untuk menyukainya?

Mungkin aku akan cerita pengalaman aku, ya. Aku memang selalu mencoba memperlihatkan ke anak-anak kalau aku memang olahraga. Pergi fitness, jalan pagi, atau berenang. Kemudian saat kita ke jalan ke mall, aku selalu mengajak anak untuk jalan bahkan saat naik eskalator jangan diam saja, kerena ini juga bisa menambah level aktivitas. Aku juga melakukan perjanjian ke anak, misalnya anak mau minta dibelikan sepatu olahraga baru maka dia harus lebih rajin olahraga. Ada fase saat anak bisa kita pancing dengan memberikan reward, ini juga membuat mereka ingin berolahraga.  Tapi memang kita juga perlu memberikan contoh terlebih dahulu. Meskipun anak harus hidup aktif, tapi jangan lupa kalau anak itu juga butuh istirahat.

Saat anak masih kecil, mereka mungkin akan jauh lebih mudah dan mau menerima makanan apa saja yang kita berikan. Namun, ketika anak sudah mulai besar biasanya suka menolak makan sayur atau buah-buahan. Jika memang ini terjadi, kita nggak perlu memaksanya, tapi kita pancing dengan agar mereka berpikir. Ajukan saja beberapa pertanyaan seperti, ‘Menurut kamu, kenapa sih Ibu meminta kamu untuk rajin makan makanan sehat? Kamu tau nggak efeknya apa jika kita tidak makan makanan sehat?’. Selain itu bisa juga kita tanyakan mengenai perasaannya.

Bagaimana dengan makanan tambahan seperti susu?

Ya, susu penting dalam masa pertumbuhan anak. Kalau memang ada anak yang tidak suka dengan susu bisa kita mulai dengan memilihkan kemasan susu yang menarik, dengan rasa yang enak, atau bisa juga dengan cara mengolahnya dengan berbagai jenis makanan.

---

Setelah mendengar penjelasan Nina Teguh di atas, saya jadi makin concern dengan tinggi badan anak saya, Bumi. Walaupun saat ini tingginya sesuai dengan kurva tumbuh kembang anak balita, tapi supaya tingginya lebih maksimal saat ia remaja tentu saja dengan asupan nutrisinya harus diperhatikan.

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan