Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mencari Ide Untuk Bermain di Rumah
Mommies suka merasa kehabisan ide, nggak? Saya sering banget! Apalagi sekarang punya aturan no TV, no Youtube ke Menik kecuali weekend. Wah, kadang sampai garuk-garuk kepala yang tidak gatal saking nggak tahu harus main apa lagi. Tanggal 21 Desember lalu, New Parent Academy (NPA) menggelar short class perdana. NPA Short Class merupakan kelas perpanjangan NPA regular. Kalau di NPA regular, pesertanya rata-rata sedang dalam fase trying to conceive atau hamil anak pertama, kalau di NPA Short Class, pesertanya adalah orangtua yang punya anak usia 3-7 tahun. Why? Karena memasuki usia balita, anak mulai banyak bertanya dan banyak energi yang harus dihabiskan sekaligus menstimulasinya.
NPA Short Class ini diadakan di Co&Co Space, Bandung. Sebuah co-working space yang terletak di daerah Dipati Ukur. Acaranya mulai pukul 9 pagi dibuka dengan materi "Penggunaan Gadget Untuk Anak Usia Dini" oleh Psikolog anak, Saskhya Aulia Prima. Di awal presentasi, Saskhya memutar sebuah video contoh kasus ekstrem kontaminasi gadget yang terjadi pada anak usia 1 tahun. Jadi anak ini sibuk menggeser jari dan mencubit majalah, seakan majalah tersebut adalah tablet. Setelah 45 detik berusaha, anak ini frustrasi dan melempar majalahnya. Saat itu saya hanya mengucap 'Alhamdulillah' hahahaha karena walau mengenal tablet, anak saya masih bisa membuka majalah sesuai caranya :D
Di usia dini, 0-5 tahun, otak anak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Inilah mengapa di zaman gadget merupakan bagian dari hidup, perlu ada batasan yang tegas agar tumbuh kembang anak tidak terganggu. Usia 0-2 tahun sebaiknya tidak diberikan akses ke gadget sama sekali. Lalu setelah itu, boleh dikenalkan dengan porsi yang sesuai dan harus didampingi. Jadi menjadikan gadget sebagai baby sitter is a big no! Nah, bagaimana menyiasati agar gadget tidak menjadi pengganggu tumbuh kembang?
Perencanaan
Partisipasi
Permainan
Beberapa poin berikut sebetulnya sudah sering dibahas, tapi sekadar mengingatkan soal dampak negatif penggunaan gadget pada anak, yaitu:
Psst, salah satu ciri anak yang kecanduan gadget adalah sering marah. Kenapa? Karena kalau main gadget, anak bisa dengan mudah mengulang dari awal tanpa perlu usaha yang signifikan. Tekan satu tombol, voila, beres semua masalah. Sounds familiar? ;)
Moving on to the next session. Ada Adenita Priambodo atau akrab disapa Ade dan Marizka Filaeli atau Ika yang berbagi tentang kegiatan bersama anak-anaknya di rumah. Coba cek akun Instagram kedua pembicara ini, deh. Kalau saya merasa iri! Hahaha biasa, iri tanda tak mampu gitu, kan! Dalam pikiran saya adalah "Kok kepikiran, sih?"
Ternyata menurut Ade dan Ika, kunci utamanya adalah dengan membuat jadwal. Hah? Main saja pake jadwal? Coba simak keuntungannya apa di halaman selanjutnya, ya!
Cara membuat jadwal ini bisa dengan cara membagi tema per hari atau per minggu. Misalnya Senin menggunting dan menempel, Selasa mengenal hewan dan tempat tinggalnya, Rabu mengenal Angka, dan sebagainya. Dengan mengatur jadwal kegiatan, hidup akan terasa lebih mudah dan terarah :D Oh ya, jadwal ini sangat dianjurkan juga di-share ke pengasuh anak di rumah. Dengan daily routines, hidup anak akan menjadi lebih teratur dan baik untuk tumbuh kembangnya. Dengan keteraturan jadwal, anak akan mempunyai waktu tidur dan makan yang tepat waktu, yang tentunya baik untuk kesehatan anak.
Dengan mengatur jadwal, Mommies juga akan lebih muda mengatur kebutuhan perkakas pendukungnya. Bahkan ini bisa disiapkan tiap minggu, jadi ketika waktunya mau digunakan, sudah siap dan tidak perlu repot mencari ini dan itu. Siapkan perangkat kegiatan dalam satu kotak sehingga memudahkan perjalanan kegiatan. Alat-alat dasar seperti gunting, lem, tali, dan kertas idealnya selalu ada di dalam kotak. Perlengkapan lainnya bisa disiapkan dengan cara mencicil. Misalnya melihat kardus bekas, paper tissue roll, atau piring kertas bisa diselamatkan sebelum dibuang. Kumpulkan dalam satu tempat, jadi ketika mau digunakan, bisa langsung diambil.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan juga rentang waktu bermain. Tahu sendiri kan, kalau anak-anak mudah bosan, apalagi balita yang suka kelebihan energi. Nah, supaya tidak bosan, saat ada waktu senggang, bisa mempersiapkan kelengkapan. Contoh dari Adenita, misalnya mau buat rumah-rumahan dari kardus bekas, maka persiapkan kardus bekasnya terlebih dahulu hingga 3/4 siap. Nanti sisa 1/4-nya bisa diselesaikan bersama anak. Dengan begini biasanya insiden 'anak kabur pindah bermain yang lain' bisa dihindari.
Terakhir untuk mencari ide permainan dan keterampilan bisa cek Pinterest atau search hashtag di Instagram. Kalau baru pertama kali berkreasi biasanya ide belum mengalir, kan? Ikuti saja dulu step by step yang ada. Nah, seiring waktu dan rutinitas main bersama anak, nanti tanpa sengaja ide-ide suka muncul. Kalau tiba-tiba muncul, sebaiknya langsung catat di notes, agar ide yang datang tidak hilang begitu saja. Dan jangan lupa mewujudkan ide tersebut, ya. Kalau gagal? Ya nggak apa-apa, namanya juga manusia ;)
Masih kekurangan ide juga? Lihat di halaman berikutnya, ya!
Di akhir acara, ada Mutia Shahab yang bercerita soal Menthilis, proyek kreativitas anak. Menthilis ini hadir untuk menyelamatkan orang tua yang suka kehabisan atau tidak punya ide, serta tidak ada waktu untuk mencari perlengkapan, saya pernah mereview starter box-nya di sini. Jadi Menthilis mau mempermudah cara meningkatkan quality time orangtua dan anak. Menthilis menyediakan perlengkapan mulai dari printilan kecil macam gunting dan lem hingga buku petunjuk khusus yang penuh pengetahuan. Dengan kehadiran Menthilis, diharapkan quality time yang dilakukan orangtua benar-benar berkualitas. Anak merasakan kehadiran orangtua, bermain bersama, dan melatih berbagai sensor dan motoriknya.
Mutia juga mengingatkan kalau kreativitas itu dibentuk pada usia 0-5 tahun. Kalau sudah masuk usia 5 tahun dan sekolah, rutinitas dan aturan akan mengikis kreativitas. Anak usia di atas 5 tahun, akan meletakkan mata-hidung-mulut pada tempatnya saat menggambar. Beda dengan anak-anak usia 0-5 tahun yang pikirannya masih bebas. Kesabaran orangtua juga perlu dipanjangkan saat anak-anak sedang bermain. Misalnya sedang memegang lem, jangan buru-buru dibersihkan saat melihat lem berceceran di tangannya. Saat anak memegang lem yang lengket, ia sedang belajar untuk melatih syaraf sensorinya. Selain tentunya mengetahui fungsi dan gunanya lem itu sendiri. Sabar juga dibutuhkan saat melihat anak mengerjakan sesuatu. Jangan karena gemas melihat garis yang tidak lurus, kancing yang tidak ditempel pada tempatnya, dan mewarnai keluar garis, orangtua yang mendampingi buru-buru bilang "Sini-sini, Mama aja yang kerjakan! Gimana, sih, gini aja nggak bisa!" Walah, udah berapa kalimat negatif, tuh? :p
Sebagai kesimpulan, kenapa diperlukan waktu bermain berkualitas bersama anak? Ika menyebutkan kalau waktu bermain bersama ini sebetulnya sangat singkat, maka manfaatkan waktu yang sebentar ini secara maksimal. Dan dengan berkembangnya teknologi, semua bisa didokumentasikan. Hasil dokumentasi ini nanti bisa jadi kenangan indah bersama anak-anak.
Acara NPA Short Class ini ditutup dengan penilaian para pembicara untuk kreasi para peserta. Sebetulnya Ade, Ika, dan Mutia tidak ingin menilai, loh, karena mereka terbiasa mengapresiasi pekerjaan anaknya haha. Tapi akhirnya setelah melihat kegigihan seorang peserta yang mengerjakan semua tantangan dan berusaha untuk menyelesaikannya, akhirnya Bean Bag dari Lovious Project diberikan kepada Irma Yuli. Sebelum pulang, peserta dibagikan goodie bag dari Menthilis berisi satu proyek sederhana, dan sekotak mie yamin dari Wale!
Sebagai bahan renungan setelah acara ditutup, ada kalimat bagus untuk diresapi. "Sebetulnya ide bermain bisa didapatkan di mana saja. Nah, tinggal orangtuanya, nih. Mau atau tidak untuk mencari dan mengerjakannya?" ;)
PAGES:
Share Article
COMMENTS