banner-detik
SELF

Family Friday : Dewi Gita, "Saya Itu Tipe Ibu-Ibu Banget"

author

adiesty14 Nov 2014

Family Friday : Dewi Gita, "Saya Itu Tipe Ibu-Ibu Banget"

Siapa di antara Mommies yang suka masak nasi menggunakan air galon? Sementara kualitas berasnya kadang suka terlupakan? *ngacung tangan sendiri*

Seperti yang sudah saya tulis dalam artikel ini, ternyata lewat riset yang dilakukan Beras Cap Ayam Jago untuk memenuhi kebutuhan konsumen, terbukti kalau masih banyak kaum Ibu yang justru lebih memperhatikan kualitas air dibandingkan kualitas berasnya. Saat masak mereka banyak yang menggunakan air mineral, sementara, kualitas beras tidak diperhatikan.

dewigita

Rupanya, hal ini juga dilakukan oleh Dewi Gita. Makanya, sama seperti saya, ketika diundang ke acara yang di gagas Beras Cap Ayam Jago, istri Arman Maulana ini mengaku mendapat pengetahuan baru. "Senang banget bisa diundang di acara ini, dan pendengar penjelasan langsung dari para ahlinya seperti Prof. Djoko. Selama ini kan saya nggak pernah diedukasi beras berkualitas itu seperti apa, jadi sekarang lebih tau. Ya, namanya juga ibu-ibu, kadang-kadang suka mau coba berbagai jenis beras. Tapi kalau sekarang sudah tau dan mana beras yang berkualitas dan tidak, buat apa ganti lagi".

Memang, sih, sekarang ini Dewi Gita sudah mulai mengurangi asupan nasi, tapi sama seperti saya, kalau belum makan nasi dirinya seperti belum makan, hahahaa. Selain itu, perempuan berdarah Sunda ini juga mengaku kalau masak nasi merupakan salah satu ritual yang ia lakukan setiap pagi.

"Mungkin banyak orang yang kalau bangun pagi senangnya mencium aroma kopi, tapi kalau di rumah saya nggak ada yang ngopi, jadi justru kepulan nasi yang ditanak yang bisa membangkitkan gairah untuk memulai hari," katanya,

Rupanya sejak kanak-kanak, Dewi Gita sudah suka mencium aroma nasi yang barus saja di masak. Ia mengaku, dulu waktu dirinya masih anak-anak dulu, ia sering terbangun oleh aroma kepulan asap nasi yang baru dimasak. Hal inilah yang akhirnya masih terus terbawa sampai sekarang.

Bahkan, Dewi sempat bilang kalau ia nggak masak nasi bisa kena tegur oleh Ibunya. "Ya, paling nggak memang harus masak nasi. Walaupun cuma sedikit, yang penting harus ada persediaan nasi di rumah. Ibu saya bilangnya, kalau nggak menanak nasi, rezekinya bisa nggak datang. Ya, mungkin itu memang cuma mitos, tapi kan kalau dulu cara pandangnya seperti itu, ya. Yang namanya rezeki, ya bisa makan nasi. Ya, mungkin masih kebawa sampai sekarang. Tapi kalau buat saya, logikanya adalah buat kita yang hidup zaman sekarang, ya di saat ada orang yang ke rumah dan kelaparan, ya nasi memang harus sudah tersedia.”

Selanjutnya, Dewi Gita bercerita soal bagaimana mengasuh anaknya yang sudah masuk dalam usia puber.

dgfoto : Kapanlagi.com

Tadi Mbak Dewi sempat bilang kalau mencium aroma nasi jadi bersemangat, jadi semacam aromaterapi?

Iya, aroma si nasi ini bener-bener seperti aromaterapi kalau di rumah. Lagi ngantuk-ngantuk, jadi seger kalau nyium wangi nasi. Kayanya anak saya juga begitu, deh.

Sayangnya nih, anak zaman sekarang suka salah persepsi, menganggap kalau nasi itu banyak gulanya atau untuk dicerna. Anak saya juga begit. Padahlan kan sebenarnya kan nasi itu tetap dibutuhkan, contohnya waktu saya ngobrol dengan Ade Rai, dia juag bilang kalau nasi itu tetap diperlukan, apalagi kalau buat mereka yang aktivitasnya sangat tinggi. Nah, saya tekanin ke anak, kalau memang diusianya sekarang belum saatnya nggak masak nasi, aktivitas mereka kan masih tinggi. Saat berpikir juga kan capek, jadi masih butuh energi, jadi saya larang anak saya untuk diet dan tetap butuh nasi untuk perkembangannya. Kalau saya itu tipe ibu-ibu banget, kalau liat anak mulai kelihatan diet, langsung bilang deh ‘Nasinya mana?’. Tapi kalau saya kan memang usianya sudah 40 something, jadi nasi memang saya batasi. Lagi pula aktivitas saya sekarang juga nggak terlalu membutuhkan banyak energi seperti suami dan anak.

Memangnya, Naja sudah mulai diet, Mbak?

Uuh... iya. Kadang sudah bilang, aduh.... saya gendut, ya, Ma? Padahal sih sama sekali nggak gendut, makanya terus saya coba arahkan. Tapi ya, suka begitulah...

Oh, ya, Mbak.. bisa dibilang Naja sudah dalam masa puber, ceritain dong, Mba, bagaimana cara Mbak mendidik anak yang sudah masuk dalam usia puber....

Iya, sekarang Naja sudah 13 tahun. Dibilang anak-anak, sudah bukan. Tapi, remaja juga belum, jadi memang anak seusianya lagi butuh bimbingan dan perhatian ekstra. Saya sendiri selalu berusaha menempatkan diri bukan sebagai orang tua, tapi sebagai temannya. Biar dia bisa sharing tentang hal apapun yang terjadi dengan dia. Jangan sampai anak jadi tertutup karena merasa saya sering melarang nggak boleh ini, nggak boleh itu. Alhamdulillah, saya bisa menjalani itu, anak saya mau curhat problemnya. Itu kan yang penting. Kadang anak-anak yang sedang cari jati diri, kalau kita menempatkan diri anak harus patuh dengan apa yang kita bilang akhirnya mereka malah membatasi diri. Sebisa mungkin tidak mengkotak-kotakan saya orangtua dan dia anak.

Dalam dunia parenting, Mbak belajar dari mana saja?

Dari mana saja, dulu saya juga sering beli buku. Tapi kalau sekarang ini saya belajar dari pengalaman sendiri. Membayangkan zaman dulu saat seusia Naja, hal apa saja sih yang membuat saya berpikiran kalau nyokap bokap itu nyebelin. Jadi, saya jangan melakukan hal itu ke lagi anak. Selalu berusaha berpikir, kalau dulu saya maunya diperlakukan seperti apa, ya? Jadi selalu flash back aja, dengan begitu kan saya juga bisa memahami apa yang anak inginkan.

Dukungan suami seperti apa?

Kadang memang kalau bapak suka kurang ngerti, maksudnya jadi overprotektif. Jadi suka ada bentrokan-bentrokan dengan anaknya. Dan sayaselalu menengahi dan kasih pandangan ke anak kalau sikap bapaknya seperti itu karena sayang, dan kebapaknya juga ingetin kalau anaknya itu sudah remaja, pasti sudah nggak mau dipeluk atau dicium-cium seperti anak kecil. ya, paling seperti itu saja, sih.

Usia pernikahan Mbak kan sudah bisa dibilang 'matang', dan sejauh ini nggak pernah ada gosip miring. Minta kiatnya dong, bagaimana cara Mbak menciptakan rumah tangga harmonis...

Resepnya, selalu menyajikan makanan di meja. Tapi bener, lho, buat saya sih, sesibuk apapun kita, tapi sebagai istri harus tetap bisa menyiapkan makanan. Harus tetap bisa ke dapur. Buat saya sih begitu, ya.... di dapur harus akur. Kalau di kasur, terserah Mbak aja, deh, hahahaha...

----

Wah, ternyata benar ya, apa yang dibilang Mbak Dewi Gita, kalau dirinya itu tipe ibu-ibu banget.  Tapi kalau pandangan saya, sih, perempuan memang harus bisa seperti itu. Harus bisa menjalankan peran istri dan ibu sebaik-baiknya.

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan