Racun di Rumah Kita: Obat, Pembasmi Hama, dan Bahan Kimia

Health & Nutrition

kirana21・29 Sep 2014

detail-thumb

Membaca judul tulisan mungkin ada Mommies yang bertanya-tanya mengapa obat jadi racun, kan, sudah ada cara pakai dan dosisnya. Asal sesuai dosis harusnya aman. Memang betul, tapi kadang kita suka lupa menyortir obat yang lama tidak terpakai. Sehingga beberapa obat yang sudah kedaluwarsa tidak segera dibuang dan diganti dengan yang baru. Plus pas perlu obatnya nggak sempat lagi lihat tanggal kedaluwarsanya, main minum saja.

Saya sendiri sangat terbantu saat memahami konsep RUM dan belajar tentang tata laksana berbagai penyakit umum anak dan keluarga. Stok obat lebih sedikit jenisnya dan jarang terpakai. Kebanyakan masih segel sudah kedaluwarsa lagi :D. Makin ringan obat, makin berkurang pula bahayanya. Dan makin sedikit sisa atau stok obat, makin sedikit pula usaha yang harus dilakukan untuk menyortir.

medication-safety-editgambar dari sini

Penganut RUM pasti tidak punya sisa antibiotik, karena 'hukumnya' kalau memang harus minum, ya, minum sampai habis. Kalau diagnosa tidak menunjukkan penyakit yang perlu antibiotik, ya, nggak perlu ditebus. Obat golongan berat juga jarang ditebus oleh penganut RUM, karena memastikan dahulu obat tersebut memang perlu atau tidak sehingga tidak over medikasi.

Jangan lengah juga, simpan obat di luar jangkauan anak-anak, lebih baik lagi bila kotak penyimpanan bisa dikunci. Saat obat terjangkau anak, yang perlu diwaspadai bukan hanya diminum karena bermain pura-pura sakit, tapi bisa juga obat berbentuk kapsul dibuka lalu diisi bahan lain. Ketika usia saya 3-4 tahun saya menemukan bahwa kapsul kalau dibuka isinya bubuk. Dan saya bisa membuat bubuk yang sama dengan memarut kapur pada kawat ayam. You can guess the rest of the story. Alhamdulillah waktu itu ketahuan oleh ibu saya :D.

O, ya, dalam menyimpan obat perhatikan juga bahwa sebagian obat tidak boleh disimpan di tempat yang terkena matahari langsung. Ada juga yang harus disimpan dalam lemari es atau bahkan freezer. Biasanya obat yang tidak boleh kena panas atau matahari langsung, botolnya berwarna gelap. 

Perlakukan vitamin atau suplemen seperti obat juga, ya, jangan menyepelekan penyimpanannnya hanya karena vitamin 'bukan obat' jadi 'tidak berbahaya'. FYI beberapa suplemen masih menggunakan kapsul yang bisa dibuka seperti cerita saya di atas.

Selanjutnya: Pembasmi Serangga dan Bahan Kimia

Masih tentang penyimpanan, nih. Di mana Mommies biasa menyimpan pembasmi serangga dan bahan kimia seperti cairan pembersih kamar mandi? Pastikan tidak terjangkau anak-anak, ya. Untuk Mommies yang gemar berkebun, penyimpanan obat tanaman dan pupuk juga harus diperhatikan

Saya sudah lama tidak membeli pembasmi serangga. Bukan karena nggak ada nyamuk, semut atau kecoak, tapi saya punya pengganti yang menurut saya lebih less toxic. Pemahaman saya, kalau satu bahan bisa membunuh serangga hanya dengan semprotan maka pasti dalam jangka panjang bahan tersebut juga berbahaya bagi manusia. Apalagi pembasmi serangga cair biasanya meninggalkan residu racun yang bisa menempel di tembok, perabot, baju, gorden, dan lain-lain. Di lantai pun kalau tidak dipel, sampai besoknya masih akan licin. Residu obat nyamuk yang menempel di perabot plastik juga merusak plastiknya. Terbayang, kan, bagaimana kalau kita asal menyemprot dan residunya berakhir di seprei, bantal, guling, atau selimut anak-anak? 

Chemical-cleaning-agentsgambar dari sini

Obat serangga bakar juga bukan berarti mengurangi bahaya. Walau mungkin tidak lagi meninggalkan residu berupa cairan, tapi asap yang dikeluarkan tiap malam juga bisa mengganggu pernafasan dalam jangka panjang. Ingat bahwa asap rokok juga sama bahayanya dengan merokok langsung, dan bahkan sisa partikel rokok yang menempel di baju, kulit, dan rambut pun sama bahayanya? 

Lalu apa yang saya gunakan sebagai penggantinya? Sama, sih, dengan sebagian Mommies. Raket elektrik :D. Kalau untuk semut, saya sekarang menggunakan air sabun yang biasanya dipakai untuk mengelap meja dan kaca. Saya dapati air sabun ternyata bisa mengikat dan mematikan semut, dan bila dibiarkan akan mengering sendiri dan kita tinggal menyapu sisa semutnya. Tapi awas licin, ya, saat baru disemprotkan.

Untuk binatang seperti kelabang di kamar mandi, saya menggunakan cairan pembersih keramik. Bukankah sama-sama beracun? Bisa jadi, tapi pembasmi serangga cair berbahan dasar minyak, jadi mengambang di atas air dan menyebar, sementara cairan pembersih lantai tinggal siram sudah hilang. Cukup efektif, kok, untuk kelabang, kaki seribu, dan kecoak. Asal nggak terbang, ya, kecoaknya. Untuk melumpuhkan kecoak yang terbang sayangnya kadang saya masih harus menggunakan pembasmi serangga. Tapi hanya saya gunakan saat si kecoak menyelip di antara lemari-tembok atau di kolong perabot yang cukup sempit. Jadi kecil kemungkinan diakses anak-anak. Kalau sudah keluar, tabok lagi pakai sandal...hahaha.

Mommies mungkin punya pengganti pembasmi serangga yang tidak berbahaya tapi tetap efektif selain yang saya pakai? Kalau tidak salah ada sejenis tanaman yang bisa mengusir nyamuk, tapi saya lupa apa namanya. Adakah Mommies yang pakai itu?