Mengurangi Racun di Rumah: Makanan

Health & Nutrition

kirana21・25 Sep 2014

detail-thumb

Mommies pasti sudah tahu kalau beberapa jenis pembersih rumah tangga, pembasmi serangga, dan sejenisnya mengandung racun yang kalau terpapar apalagi tertelan bisa berbahaya untuk anak-anak. Nggak cuma ini, lho, racun juga tersembunyi dalam bahan makanan terutama jajanan manis atau siap olah, seperti pemanis, pengawet, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi makanan tersebut. Yang dalam makanan, sih, biasanya bukan racun yang fatal, ya. Tapi cukup berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan jangka panjang.

candies2-editgambar dari sini

Salah satu yang harus diwaspadai dari makanan dan minuman adalah kandungan corn syrup fructose atau sirup jagung. Gula jenis ini:

  • Hanya bisa dicerna oleh lever. Bandingkan dengan glukosa yang bisa dicerna melalui bermacam cara.
  • Sisa yang tidak tercerna akan diubah menjadi lemak dalam bentuk trigliserida yang menjadi sumber penyempitan arteri dan pembuluh jantung.
  • Fruktosa tidak mengirim sinyal 'kenyang' dalam bentuk stimulasi produksi insulin, leptin, atau ghrelin, sehingga memicu makan/minum berlebihan seperti kecanduan.
  • Dan jangan terkecoh jus kemasan, ya. Salah satu jus kemasan yang mencantumkan vitamin ini itu di bagian depan kemasan, saat diteliti kandungannya ternyata gulanya corn syrup.

    Saya bukan tipe anti jajan dan healthy food manic, tengah-tengah sajalah supaya bisa punya wawasan rasa yang luas, tapi sekaligus tetap terkontrol dan berimbang *teorinya :D. Nah, karena dulunya tukang jajan dan suka penasaran sama jajanan yang lagi hits, maka saya paham penasaran anak. Tapi ketimbang membiarkan anak jajan sendiri, saya memilih membelikan, cicip bersama, dan kalau memang enak, ya, distok di rumah. Kalau tidak enak atau kandungannya berbahaya saya bisa jelaskan juga pada anak.

    Enaknya distok di rumah adalah saya bisa memantau dan mengatur seberapa banyak anak makan jajanan tersebut. Sekarang ini saya menyetok jeli, wafer coklat, es krim, permen coklat dan makanan instan seperti pazto, bubur instan non msg, dan mi instan. Syarat yang saya tetapkan:

  • Jajanan manis yang saya sebut di atas, sehari max 2x dan harus sudah makan. Tidak makan tidak ada jajan, walau makan tidak harus nasi.
  • Mi instan porsi standar hanya boleh seminggu sekali.
  • Pazto, bubur instan non msg, dan mi porsi kecil seperti mi gelas, seminggu 2-3x.
  • Bagaimana dengan minyak dan gorengan?

    Sepertinya banyak, ya, konsumsinya. Tapi saya akali dengan porsi yang kecil. Misal untuk wafer coklat ketimbang saya beli Tops atau Bengbeng ukuran standar untuk dimakan per anak, saya beli mini size baggy isi 10-12 buah. Es krim ukurannya adalah Cornetto Mini. Magnum Mini harus dibagi untuk dua anak, magnum besar dibagi anak dengan dewasa :D. Selain konsumsinya jadi berkurang, di kantong juga irit..hahaha.

    O, ya, saya juga pernah membaca bahwa gula dan susu adalah 'makanan penyakit'. Ada beberapa testimoni yang menyatakan bahwa dengan menyetop sama sekali konsumsi gula ketika sakit kanker atau tumor, dapat membantu menghambat pertumbuhannya, bahkan menyusut dan hilang.

    edit-unhealthy+foodgambar dari sini

    Beberapa jenis makanan suka saya bekukan supaya bisa dikonsumsi dalam jangka panjang. Misal tumisan, sekali masak agak banyak akan saya bagi dua, yang separuh dibekukan untuk minggu depan supaya nggak bosan dan malah nggak termakan. Berulang kali dipanaskan juga akan membuat makanan menurun gizinya, bahkan beberapa bahan makanan mengeluarkan zat berbahaya seperti bayam. Makanan seperti bandeng presto atau tahu bakso juga saya simpan di freezer. Lumayanlah jadi penolong saat malas atau tidak sempat memasak *jadi, malas atau nggak sempat, nih? :p. 

    Nah, kebanyakan frozen food akan berakhir jadi gorengan, padahal gorengan (baca: minyak) juga nggak kalah bahayanya. Apa yang bisa dilakukan?

  • Homemade lebih baik daripada makanan olahan pabrik karena kita tahu bahannya dan kecil kemungkinan berasal dari 'sampah' olahan.
  • Gunakan tisu penyerap minyak saat meniriskan gorengan.
  • Bila mungkin, beralih dari minyak goreng biasa ke minyak sayur atau minyak jagung yang lebih sehat. Minyak jagung juga tidak cepat coklat bila dipakai berulang.
  • Utamakan memanggang atau menumis, dan kurangi juga minyak untuk menumis/mengoseng. Saya diajari ibu saya bahwa minyak untuk tumis hanya 1-2 sendok makan. Saat membaca resep online atau di buku resep kadang saya kaget karena rekomendasi minyak gorengnya bisa 5-6 sendok makan. Padahal bukan untuk deep frying, lho.
  • Bagaimana dengan bahan-bahan kimia, pembasmi serangga, dan obat yang juga bisa menjadi sumber racun bila tidak ditangani dengan benar? Tunggu di tulisan berikutnya, ya!