banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Kacamata Untuk Si Mata Silindris

author

nenglita16 Sep 2014

Kacamata Untuk Si Mata Silindris

WP_20140801_002Waktu Langit berusia sekitar 2-3 tahun, saya mulai menyadari kalau ia sedang capek atau ngantuk, mata sebelah kanannya sering lari fokusnya. Saya pun mulai browsing mengenai hal ini dan mendapati bahwa semakin besar biasanya hal ini akan hilang.

Menjelang usianya yang ke-5, larinya fokus di mata Langit semakin berkurang. Tapi masih tetap ada. Saya pun sempat bertanya pada dr. Rozalina, yang mengisi expert corner di Mommies Daily. Menurutnya, saya harus memeriksakan mata Langit. Karena takutnya ini ada kaitannya dengan minus/ silindris/ (bahkan) plus.

Saat ia duduk di TKB, saya memeriksakan matanya di sebuah optik, karena kebetulan saya sedang periksa mata juga. Hasil dari alat auto refractometer, mata Langit yang kanan silindris 1. Mas-mas optik (duile, apa sih, istilahnya) bilang, untuk hasil lebih akurat sebaiknya saya memeriksakan Langit ke dokter mata.

Hal itu kemudian terlupakan. Ada saja alasan saya untuk menunda memeriksakan mata Langit ke dokter mata. Saat ia mau masuk SD dan saya membaca artikel mengenai mata malas, hal ini baru ‘terbit’ kembali. Seminggu sebelum masuk sekolah, kami ke dokter mata di RS. Global Awal Bros. Hasilnya, mata kanan Langit silindris 1 dan minus 0,5.

Ya sudah, berarti anak saya harus pakai kacamata ya.

Menurut dr. Susan, dokter mata yang menangani Langit saat itu, mata silindris merupakan bawaan. Pada mata silindris, kelengkungan kornea mata tidak berbentuk bola sehingga sinar yang masuk tidak terpusat sempurna. Bagi penderita silindris obyek yang mereka lihat selalu berbayang.

Banyak kerabat yang berkomentar, “Duh, sering main gadget ya”, saat melihat Langit berkacamata. Padahal, kebetulan anak saya nggak terlalu hobi main gadget, selain itu kan memang penyebab mata silindris bukan eksternal seperti penggunaan gadget, nonton tv atau membaca buku dengan cahaya yang minim melainkan seperti yang sudah disebut di atas, bawaan.

Ada juga yang bilang bahwa mata silindris disebabkan genetis/ turunan dari keluarga. Ya sekali lagi kebetulan nih, saya dan suami pun menderita mata silindris. Sementara ada juga teman yang kedua orangtuanya nggak silindris, tapi anaknya mengalami silindris.

Lalu, ada pula beberapa orang yang bertanya, gimana kok bisa tau-tau Langit berkacamata? Apa ada keluhan sebelumnya? Lihat di halaman selanjutnya ya!

Langit_kacamata2*Kacamata warna ungu pilihan Langit, sesuai dengan warna favoritnya :)

Nah, untuk yang ini, saya bersyukur pada observasi kedua orangtua saya. Saya walau awalnya tau ada masalah dengan mata Langit, tapi *seperti umumnya manusia* denial dengan fakta tersebut. Sementara mama dan papa saya seringkali mengatakan sebaiknya saya memeriksakan mata Langit segera. Lesson learned, jangan marah-marah terus sama kakek atau nenek, ya. Mereka ‘bawel’ kan karena peduli dan sayang sama cucunya :)

Sementara Langit, nggak pernah mengeluh apa-apa sih. Cuma memang kelihatan saja kalau dia suka mengalami kesulitan saat melihat objek dengan jarak tertentu.

Kenapa sih harus pakai kacamata sesegera mungkin?

Jika ‘kelainan’ mata dideteksi sejak dini, maka akan lebih cepat pula tindaklanjutnya, atau dalam hal ini penggunaan kacamata. Dengan mengenakan kacamata, yang paling utama adalah membantu anak dalam keseharian mereka. Apalagi Langit  baru masuk SD, ya, sekolahnya lebih ‘serius’ gitu, rasanya :D. Dan, untuk mata silindris, kalau nggak pakai kacamata malah silindrisnya bisa bertambah!

Selain itu, saya juga punya pengalaman kurang menyenangkan soal mata. Sejak SD saya merasakan gangguan penglihatan, tapi nggak periksa mata atau pakai kacamata. Alhasil, pas SMP, pertama kali pakai kacamata, minus saya sudah di angka 2,5 dengan silindris 1. Lumayan deh, tebalnya x_x . Dan saat itu saya rasain banget nggak enaknya belajar di kelas padahal mata nggak melihat dengan jelas.

Untuk anak seusia Langit, memang agak tricky nih, masalah kacamata. Saya jadi ingat beberapa waktu lalu pernah melihat viral artikel tentang seorang ibu yang meminta bantuan teman-temannya saat anak lelakinya harus memakai kacamata, deh. Untung nggak susah meyakinkan Langit, bahwa memakai kacamata nggak mengubah penampilan atau kesehariannya :) Untuk itu, saya membebaskan Langit saat memilih kacamata. Cuma, yang pasti saya memberikan pilihan kacamata dengan frame dan lensa plastik untuk mengantisipasi pecah jika kacamata terinjak. Dan benar saja, kacamatanya baru saja berusia 2 minggu, sudah terinjak oleh temannya dan patah. Huhuhu...

 

PAGES:

Share Article

author

nenglita

Rock n Roll Mommy


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan