banner-detik
PARENTING & KIDS

Let's Do the Chores!

author

ketupatkartini10 Sep 2014

Let's Do the Chores!

One for all and all for a tidy room*Gambar dari sini

Dalam bahasa Inggris, chores, artinya pekerjaan yang dilakukan sehari-hari di lingkungan rumah. Di sini digunakan istilah 'tugas rumah tangga', supaya tidak rancu dengan PR (pekerjaan rumah) yang artinya justru tugas sekolah yang dikerjakan di rumah.

Sampai saat ini, kami belum memberikan tugas rumah tangga rutin pada Akhtar, 10 tahun. Mungkin malah belum kepikiran serius, sebelumnya. Beberapa kali suami pernah mengemukakan hal ini, bahwa ia harus diajari untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga, supaya nantinya sudah terbiasa mandiri melakukannya.

Sebenarnya saya sendiri merasakan, baru bisa ngapa-ngapain (baca: nyuci, nyapu, ngepel, dll) ya setelah pisah rumah dari orangtua (eh, tapi saya sudah pisah dari ortu di usia sekolah lho :D). Dan rasanya tidak menemukan hambatan berarti untuk mengerjakan apa-apa sendiri.

Ini juga menjadi bahan pembicaraan kami. Kapan ya anak perlu untuk dibebani (baca; diberi tanggung jawab) untuk melakukan tugas rumah tangga. Sebab, tugas rumah tangga ini berbeda dengan menjadi mandiri ya. Walaupun ada titik temunya juga sih. Menjadi mandiri -untuk anak seusianya- menurut kami berarti dia sudah bisa melakukan apa yang menjadi kebutuhan dan kepentinganya sendiri, mulai dari mandi, makan, belajar, main, dll. Artinya saya tidak harus mengurusnya seperti anak balita.

Sementara mengerjakan tugas rumah tangga berarti lebih luas lagi. Dia harus membantu kelangsungan aktivitas di rumah, demi kepentingan seluruh anggota keluarga (duh, bahasa saya agak mbulet :D).

Selain pertanyaan 'kapan' tadi, saya juga bertanya-tanya, jangan-jangan nanti malah jadi tugas tambahan untuk saya, setiap hari mesti mengingatkan dan 'berdebat' agar ia melakukan tugas tersebut. (hmm, ini sih masalah komunikasi dan bagaimana mengajak anak bekerjasama, yang saya mestinya sudah punya ilmunya).

So, yakin dong, bahwa mengajari dan memberi tugas tumah tangga pada anak baru gede itu banyak manfaatnya. Apa saja sih? Simak di halaman berikutnya!

house-chores1*Gambar dari sini

Yang pertama, mengajarkan keterampilan domestik dasar untuk survive. Jelas ini berguna kelak ketika ia harus hidup terpisah dari orangtua. Nah buat saya yang lebih penting lagi, terbiasa melakukan ini akan meningkatkan rasa percaya diri anak, menumbuhkan disiplin dan keteraturan, yang ketiganya adalah modal penting untuk dunia kerja nanti. Ia juga akan jadi roomate yang baik, ini cikal menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab (penting kaaan?!).

Yang kedua, mengajarkan arti komitmen pada tugas. Commit pada tugas ini berarti ia bisa mengerjakan pekerjaannya hingga tuntas, sehingga menjadi pribadi yang produktif nantinya.

Yang ketiga, meningkatkan kreativitas. Pertama yang terbersit di pikiran saya, kreativitas untuk mengakali supaya ia tidak perlu mengerjakan tugas itu, hehehehe. Tapi  nggak apa-apa, itu kan juga salah satu kreativitas. Pasti ia juga akan kreatif untuk mencari cara supaya pekerjaannya lebih mudah dilakukan, atau jadi lebih asyik, tidak membosankan.

Selanjutnya: Tugas apa saja yang bisa dikerjakan oleh Akhtar?

house-chores2*Gambar dari sini

Anwyay, meskipun belum dieksekusi, inilah rencana saya untuk 'bagi-bagi' tugas rumah tangga pada Akhtar. Hm, mulai dari yang simpel-simpel dan yang masih berkutat pada 'kepentingannya'.

  • Merapikan tempat tidur begitu bangun pagi. (lho, jadi selama ini??). Too late? better late than never. Hehehehe.. lumayan lho yang mesti diberesin. Paling tidak melipat selimut, mengencangkan seprai dan menata bantal-bantal kembali ke tempatnya.
  • Merapikan lemarinya yang berantakan, setiap hari minggu. (duh, kalau punya anak laki-laki usia segini, bakal tahu bagaimana morat-maritnya isi lemari ;p)
  • Dua tugas di atas untuk langkah awal saya rasa cukup. Nah tetapi sebelum mulai, kita juga perlu memerhatikan hal-hal seperti, menetapkan standar. Kita harus menjelaskan hasil yang diharapkan, dan tentu saja mencontohkan 'how it is done'. Siapkan diri untuk tidak bosan mengingatkan, dan melakukan komunikasi yang efektif. Well, these are chores, not games :D Mereka pasti akan cenderung enggan mengerjakannya. Dan yang terakhir, rewards and compliments. Penghargaan verbal yang positif akan sangat bermakna bagi mereka.

    Eh, ada yang sudah menerapkan juga pada anak-anaknya? (pasti udah banyak ya, duh, jadi malu :) salah satunya Ira, pernah menulis di sini untuk balitanya) So, wish me luck mommies ;)

    PAGES:

    Share Article

    author

    ketupatkartini

    -


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan