banner-detik
BREASTFEEDING

Mendukung Mbak Yoyo

author

W_Putri26 Aug 2014

Mendukung Mbak Yoyo

breastfeeding

Tadi, entah kesambet apa, Nara yang biasanya ogah ikutan PAUD setelah posyandu di kampung, mendadak semangat duduk di antara mainan bersama mbak-mbak KKN. Mungkin karena ada mbak-mbak KKN, ya. Nara emang punya kecenderungan suka ngecengin mbak-mbak sejak dini. Sumpah, nggak ada yang ngajarin. Naluri kali. Mungkin nurun dari bapaknya :D

Anyway, karena dia ogah pulang, jadinya saya ikutan duduk bersama ibu-ibu muda yang juga lagi nungguin anaknya main. Dan di antara ibu-ibu muda tadi, ada yang lagi nyusuin anaknya. Standar lah ya, pertanyaannya, berapa bulan anaknya? Lalu dilanjut dengan ASI atau 'disambung'?

Kebetulan si mbak Yoyo, sebutlah gitu namanya, yang nyusuin ini, anaknya ASI eksklusif. Anaknya 4 bulan dan sejak lahir hanya minum ASI saja. Ditanya gimana beratnya? Cukup. Emang anaknya enggak gemuk, sih. ASI-nya lancar? Lancar aja. Tapi cukup enggak, kok anaknya nggak gemuk? Gimana kalo ditambahin susu formula aja? Si mbak Yoyo bilang, nggak boleh sama suaminya. ASI aja cukup. Tapi kan kamu ibunya, yang paling tahu kan kamu kalo kurang.

Saya yang tadinya cuma tolah-toleh dikit ke bayinya sambil dadah-dadah, mulai agak gatel. Biasanya saya nggak ikutan acara ibu-ibu gini karena Nara udah cabut duluan. Terutamanya sih karena saya nggak jago obral-obrol gini.

Tiba-tiba,

"Supaya ASI banyak tuh ibunya kudu seneng, Bu. Nggak boleh stres."

Eh. Siapa barusan yang bilang?

Oh, saya ternyata.

Normally, saya emang gak pernah ikutan acara ibu-ibu karena saya bukan tipe yang thriving di tengah orang banyak macem arisan. Saya jenis yang akan dengan cupu melipir ke samping atau ke belakang, ke tempat saya bisa 'menghilang'. Tapi sore tadi, dalam sebuah kejarangan, saya nggak pingin menghilang.

Menyusui bukan soal sepele. At least, menurut saya. Di Indonesia yang belum seluruh rakyatnya bisa dapat akses air bersih, sanitasi cukup, dan dukungan tenaga kesehatan yang baik, menyusui eksklusif adalah cara terbaik untuk menjamin kelangsungan hidup bayi di 6 bulan pertama.

"An exclusively breastfed child is 14 times less likely to die in the first six months than a non-breastfed child, and breastfeeding drastically reduces deaths from acute respiratory infection and diarrhoea, two major child killers (Lancet 2008). The potential impact of optimal breastfeeding practices is especially important in developing country situations with a high burden of disease and low access to clean water and sanitation." - Nutrition: Breastfeeding. UNICEF (http://www.unicef.org/nutrition/index_24824.html)

Nggak ada salahnya kita dukung ibu menyusui di Indonesia supaya bisa menyusui dengan baik, kan?

Kembali ke Mbak Yoyo tadi, dia manggut-manggut aja pas dibilangin perlu minum jamu. Lalu, dia dibilangin gak boleh minum es karena anaknya bisa pilek kalo ASI-nya dingin.

Saya ingin membantu Mbak Yoyo. Cerita selengkapnya, lihat di halaman selanjutnya, ya.

asi

"Pas aku nyusuin dulu, Bu, aku malah minum es terus. Kalo minum es terus deres soalnya."

Oh. Saya lagi.

Kisah nyata. Emak-emak lain makan daun katuk atau jus pare, saya makan es krim, es campur, es loli supaya ASI saya deres. Mungkin maksudnya kalo ibunya kebanyakan minum es, ibunya bisa pilek trus nularin anaknya. Tapi bukan karena ASI-nya dingin, dong. ASI kan tetep anget di dalem payudara ibu. Gitu. Kata saya.

Mungkin juga ibu-ibu yang lain kaget, siapa pula ini ibu-ibu aneh pake poni yang gak pernah nongol sekarang 'ceramah' soal ASI. You're not alone, ibu-ibu. Tingkat kepedulian saya sore tadi memang cukup mengejutkan, pun bagi diri saya sendiri.

Saya tahu sih, kepedulian ajaib tadi asal muasalnya dari mana. Pas si mbak Yoyo bilang kalau suaminya pingin anaknya ASI aja itu tadi. Sejujurnya, saya lebih sering ketemu suami yang clueless soal ASI dan ini bikin istrinya jadi berjuang 'sendirian' sehingga ujung-ujungnya rencana ngASI-nya bubar jalan. Ini si mbak Yoyo, suaminya udah mendukung, rasanya sayang aja kalau nggak didukung dengan informasi yang tepat dari lingkungannya. Dukungan dari suami, keluarga, lingkungan, juga pemerintah penting  banget buat busui.

Semuanya kan awalnya emang dari niat baik ingin membantu memberi solusi dan saran. Saya percaya, niat baik, kalau penyampaiannya nggak tepat, bisa malah banyakan mudharatnya. Juga kalau yang disampaikan nggak bener, adanya malah nggak bermanfaat. Kayak sharing berita di Facebook aja. Harusnya kan sebelum kita share, kita cek dan ricek dulu beritanya. Sumbernya valid? Beritanya beneran? Jangan-jangan hoax dan malah menyesatkan orang.

Emang pengetahuan tentang ASI ini yang banyak campuran mitos dan legendanya, ya. Jadi, modal utamanya ya cek dan ricek segala informasi yang masuk. Kayak tadi, ibu minum es maka ASI jadi dingin. Itu si mbak Yoyo belum pernah denger aja mitos yang kalo ASI kena mata bisa bikin buta. Bisa nggak jadi ngASI dia. Makanya, tadi sore, saya keceplosan 'ceramah' soal ASI. Lain kali saya usulin dia ikutan milis ASI di internet, deh.

Saya sendiri lebih suka nggak ikut campur kalau persoalannya saya nggak ngerti. Tapi saya punya informasi baik soal ASI dari pengalaman menyusui Nara selama 2 tahun, segala naik-turunnya, dan kebetulan akses informasi saya soal ASI ini luas. Jadi, rasanya salah kalau saya tahu, tapi saya tidak membantu.

"Bu, mbok kamu tuh jadi kader kelompok pendukung busui."

Barusan itu bukan saya, tapi ibu kader BKKBN posyandu. Ke saya, yang cupu bergaul ini. Hahaha ... arisan kampung yang cuma duduk-makan aja saya tiarap.

"Boleh, Bu. Kapan pertemuannya?"

Oh. My alter ego strikes again.

Wicahyaning Putri adalah editor di 24hourparenting.com. 24hourparenting.com adalah adalah situs parenting yang memuat how-to-parenting, singkat dan to the point, juga membahas tentang menjadi orangtua, dan ide kegiatan ortu-anak. Dilengkapi visual yang semoga asik. Diasuh oleh psikolog dan orangtua.

PAGES:

Share Article

author

W_Putri

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan