banner-detik
PRE-SCHOOLER & KINDERGARTEN

Dampak Psikologis Kontes Kecantikan Anak

author

cahyu0325 Aug 2014

Dampak Psikologis Kontes Kecantikan Anak

kontes-kecantikan-anakMenurut Mommies, mereka cantik atau tidak?

Belum lama ini saya membaca artikel yang ditulis oleh Sazqueen berjudul Kontes Eksploitasi Anak. Saya setuju 100% dengan isi artikel tersebut bahwa kontes kecantikan anak adalah hal yang sangat menakutkan. Di mana seharusnya anak-anak sibuk bermain dengan teman-temannya, sekolah, menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dan liburan bersama keluarganya, anak-anak peserta kontes kecantikan ini malah sudah sibuk mencari ketenaran, kepopuleran, dan kekayaan dengan mengeksploitasi dirinya. Padahal menurut saya anak-anak tersebut lebih cantik saat tidak mengenakan make up dan menggunakan baju biasa khas anak-anak, karena mereka jauh terlihat lebih tua saat menggunakan make up super tebal dan serba palsu serta baju seperti tante-tante.

Saya 99,9% yakin inisiatif untuk mengikuti kontes kecantikan itu tidak mungkin berasal dari sang anak, melainkan inisiatif dari sang ibu. Mengapa seorang ibu sampai tega-teganya mengikutsertakan anaknya ke kontes kecantikan seperti itu? Ada 3 kemungkinan. Pertama, sang ibu dulu ingin mengikuti kontes kecantikan seperti itu tetapi tidak kesampaian sehingga ia menggunakan anaknya sebagai penerus mimpinya. Kedua, ia dulu peserta kontes kecantikkan juga dan ia ingin terus merasakan euphoria kontes tersebut dan menyuruh anaknya melanjutkan karirnya. Ketiga, untuk dapat uang yang banyak pastinya.

Di artikel Kontes Eksploitasi Anak, saya membaca salah satu komentar yang menyebutkan bahwa acara Little Miss Indonesia didampingi oleh psikolog dan KPAI. Terus terang saya sangat miris membacanya. Bagaimana mungkin seorang psikolog mendukung dan mendampingi acara seperti itu padahal banyak sekali penelitian yang menyebutkan dampak negatif kontes kecantikan anak terhadap psikologis anak.

Para peneliti sependapat bahwa apabila anak sudah terlalu fokus dengan penampilan sejak kecil, pada saat dewasa nanti kepercayaan diri, body image, dan harga diri mereka akan terganggu. Saat mereka remaja mereka akan kesulitan mencari jati diri dan selanjutnya perjuangan dalam hal kesempurnaan, diet, eating disorder, dan body image akan memuncak saat mereka sudah dewasa. Lingkungan yang penuh kritik saat mereka kecil dapat membuat mereka memasang target kesempurnaan yang tidak mungkin dapat dicapai.

Selanjutnya: Yang tertanam dalam benak mereka, kecantikan fisik dan daya tarik adalah kunci menuju sukses!

frenchwide-620x349

Eating disorder seperti anoreksia dan bulimia akan besar sekali kemungkinannya dialami oleh anak yang mengikuti kontes kecantikan. Partisipasi yang intens dalam kontes kecantikan akan memunculkan pemikiran bahwa kecantikan fisik dan daya tarik adalah kunci menuju kesuksesan sehingga harga diri dan kepercayaan diri didasarkan pada kecantikan. Sikap tersebut seolah memberikan pesan bahwa kecantikan alami dan kepintaran tidaklah cukup.

Selain itu, anak juga berpikiran bahwa mereka akan memperoleh kasih sayang dan persetujuan dari orangtua atau orang dewasa tergantung pada seberapa sempurna penampilan mereka dan seberapa baik mereka dapat menguasai panggung ketika tampil. Tidak banyak anak yang mendapat kasih sayang yang tulus dan dorongan untuk mengikuti kontes kecantikan dengan seimbang. Hubungan antara ibu dan anak (yang di permukaan kelihatannya sangat saling menyayangi satu sama lain dengan saling berpelukan dan selalu melemparkan senyuman selebar mungkin) terkadang di balik permukaan tersebut, menyimpan masalah yang mendalam.

Masalah lain yang akan muncul adalah tidak adanya waktu luang bagi anak. Jadwal latihan yang panjang mengganggu waktu anak untuk tidur, mengerjakan PR, dan aktivitas sosial. Meskipun kelihatannya anak-anak tersebut dapat menangani berbagai situasi dengan tenang, apa yang terjadi jika sebenarnya anak tersebut tidak mau berpartisipasi dan berpartisipasi hanya karena ingin menyenangkan ibunya? Apa yang terjadi jika sebenarnya anak tidak dapat bernyanyi atau menari tetapi mau tidak mau ia harus melakukannya? Apa yang terjadi jika sebenarnya ia malu untuk tampil di depan umum? Apa yang terjadi jika sebenarnya ia lebih memilih untuk tinggal di rumah saja dan bermain dengan teman-temannya? Maka yang akan terjadi adalah anak akan mengalami frustrasi dan memiliki rasa cemas yang tinggi. Selain itu, selalu melihat penonton yang begitu banyak dan berisik,  harus akting, dan menjalani peran yang berbeda-beda dapat membuat anak menjadi histeris.

Selain masalah psikologis, masalah keamanan anak juga dipertaruhkan. Memiliki penampilan yang tidak sesuai dengan umurnya dapat mengundang perhatian dari pihak yang tidak diinginkan, pelaku pedofil misalnya. Di luar negeri terdapat beberapa kasus pembunuhan terhadap anak peserta kontes kecantikan. Kontes kecantikan ini juga pada umumnya dilaksanakan pada akhir minggu sehingga anak tidak memiliki waktu luang untuk membangun hubungan yang sehat, membentuk sikap, tingkah laku, dan mengejar cita-cita mereka sendiri.

Mengikuti kontes kecantikan dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan membuka peluang karir, asalkan anak tetap diimbangi dengan aktivitas anak-anak pada umumnya yang tidak hanya sekedar melibatkan kostum dan make up. Rasa cinta yang bersyarat dari orangtua juga dapat mengarahkan pada ketidakpuasan diri dan  kepercayaan diri yang rendah. Oleh karena itu orangtua harus menunjukkan bahwa mereka mencintai anak mereka apa adanya bukan karena anak mereka tampil sempurna sesuai dengan tuntutan mereka.

Duh, semoga kita dijauhkan dari hal-hal seperti itu ya!

PAGES:

Share Article

author

cahyu03

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan