banner-detik
KIDS IN STYLE

Cerita Seragam Lebaran

author

ketupatkartini24 Jul 2014

Cerita Seragam Lebaran

Ini tulisan (pembicaraan) seputar baju lebaran lagi, semoga tidak mengalihkan perhatian kita dari makna Ramadan sejatinya ya, terlebih di hari-hari terakhir Ramadan ini. 

Rasanya berlebaran pake baju yang seragam, atau senada sudah jadi kebiasaan di Indonesia ya. Entah mulainya dari mana, tapi yang jelas ini sih memang naluri untuk tampil kompak, dan terlihat bagus di hari raya, hari kemenangan.

Tapi di keluarga saya sendiri, sejak duluuu (sejak lebaran pertama yang saya ingat) gak pernah kenal sama baju seragaman seperti ini. Bapak pake kemeja biasa, ibu baju hasil jahitan, dan kita anak-anak baju baru beli di Matahari (klasik!). Sampai lebaran terakhir sebelum saya menikah juga masih seperti ini. Beneran bebas, mau pake baju apapun pilihan kita.

Nah kemudian saya baru kenal sama seragam-seragaman ini waktu berlebaran dengan keluarga suami. Ibu mertua yang bisa menjahit selalu membuatkan baju yang seragam untuk ibu dan anak perempuan, serta ayah dan anak laki-laki. Setelah melihat kebiasaan ini, saya kok tetap tidak tertarik untuk 'berseragam' seperti itu, terlebih dengan model yang konvensional dan menurut saya 'kuno'.

Eh, tapi rupanya setelah memiliki 2 anak (apalagi sekarang, sudah 3), kok rasanya pengen juga ya mempunyai baju yang kompak sekeluarga. Rasanya ada alasan yang masuk akal, untuk tampil berbeda dan spesial, sekali setahun di hari lebaran. Mulailah proses hunting baju kembar, atau istilahnya, sarimbit keluarga. Memasuki bulan Ramadan, sebenarnya banyak sekali lho online shop yang menawarkan baju sarimbit keluarga. Tetapi biasanya PO, alias harus pesan dulu. Lumrahnya, ya menjahitkan baju di penjahit. Sayangnya saya malas sekali untuk semua itu, maunya yang instan, yang langsung bisa dibeli.

Kalau saya, girang sekali saat menemukan brand Contempo, merek ini setiap kali menjelang Ramadan pasti banyak sekali koleksi sarimbit keluarga. Dan ukurannya benar-benar komplet! Mulai dari usia 1-14 tahun untuk anak-anak, dan 3 ukuran untuk koleksi dewasanya. Jadi kalau (misalnya) ada keluarga yang punya anak 5, laki-laki dan perempuan (seperti teman saya), itu semuanya bisa pakai baju kembaran dengan ayah ibunya. :D

seragam1Lebaran tahun lalu. Baju sudah kompak, tapi membuat foto yang kompak, luar biasa susah! :D

 

seragam2

Hmm, cerita teman saya lain lagi soal baju seragaman ini. Keluarga besar suaminya sangat kuat menjaga tradisi berlebaran bersama trah (keluarga besar) 4 generasi. Karena sebagian besar anggota keluarga besar itu masih tinggal di sekitar Yogya-Solo, setiap lebaran kedua adalah hari wajib untuk kumpul trah. Dan ini yang menarik, semuanya harus berpakaian seragam! Jadi bayangkan, untuk 3 generasi saja (dari 1 trah), jumlah anggotanya bisa sampai 70-an orang! Jadi saat memasuki bulan puasa, teman saya tadi sudah dijatah bahan batik untuk 5 anggota keluarga intinya. Bahan batik itu harus dijahit sendiri, untuk dipakai saat pertemuan keluarga di hari lebaran nanti (jadi ini sudah bukan dress code lagi, tapi seragam PNS, kata teman saya, hehehe). 

Ada juga teman saya yang cerita, soal baju seragaman yang bikin sebal. Lagi-lagi ini soal perbedaan tradisi, kebiasaan, antar keluarga. Ini (cerita 3 tahun lalu) adalah lebaran pertamanya di rumah keluarga suami. Dia sudah mempersiapkan baju lebaran terbaiknya, dengan model dan warna sesuai karakternya yang sangat sadar gaya. Tetapi sehari menjelang lebaran, ibu mertuanya tiba-tiba menyodorkan 2 stel baju seragam lebaran, yang harus dipakai untuk lebaran hari pertama dan hari kedua! Dengan warna yang (menurutnya) 'bukan gue banget', dan model tunik heboh penuh ornamen. Yah, apa boleh buat... :D

Kalau Mommies gimana, ada cerita seru soal baju seragam saat lebaran?

Share Article

author

ketupatkartini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan