banner-detik
ETC

Ketika Si Kecil Harus 'Berpulang'

author

adiesty20 Jun 2014

Ketika Si Kecil Harus 'Berpulang'

beauty girl cryRasanya, nggak ada kata-kata yang mampu menggambarkan betapa hancurnya perasaan orangtua saat harus menerima kenyataan bahwa buah hatinya harus menghadap Sang Khalik. Jangankan begitu, melihat anak sakit saja rasanya sudah memilukan. Kalau bisa, kita saja yang menanggung rasa sakit yang dideritanya.

Menangis pun akhirnya jadi salah satu bentuk luapan perasaan. Dan  hal ini memang sangat wajar dilakukan karena dipercaya sangat ampuh  menghilangkan duka yang membuat dada begitu sesak.

Kira-kira 8 tahun yang lalu, kakak kedua saya sempat 'kehilangan' anaknya yang pertama, Rafi, yang ketika itu masih berusia 6 bulan. Jangankan kakak saya, saya dan keluarga besar rasanya butuh waktu yang cukup lama untuk berada dalam fase benar-benar ikhlas menerima kepergiannya. Selama berbulan-bulan, mata kakak saya tidak berhenti menitikan air mata. Walaupun ketika itu saya belum belum menikah dan punya anak, tapi saya cukup paham seperti apa rasanya. Maklum saja,  hari-hari saya memang banyak dihabiskan bersama keponakan saya yang satu itu. 

Saya bisa merasakan betapa kalutnya perasaan kakak saya saya ini ketika harus menerima ‘kiamat’ kecil tersebut. Jika mereka harus  menangis berhari-hari, saya pun cukup memahaminya. Seperti yang diungkapkan Zoya. D Amirin M. Psi, saat seseorang sedang merasakan duka yang mendalam seperti saat kehilangan anak, menangis merupakan salah satu jalan untuk meluapkan rasa yang ada di dada. “Dengan menangis beban memang akan jauh berkurang”, ujarnya.

“Jadi menangislah, saat memang harus menangis. Justru, jika tidak menangis, emosi yang dirasakan tidak bisa dilupakan sehingga penerimaan tidak bisa cepat dirasakan,” begitu kata satu-satunya seksolog berlatar belakang psikologi di Indonesia .

Mbak Zoya juga mengingatkan, kita sebagai orang terdekat harus bisa memberikan dukungan, namun katanya, “Jangan pernah mengatakan, yang tabah ya... sudahlah, kamu kamu jangan menangis terus-menerus.”

Ya, biar bagaimana pun, proses untuk ikhlas dan lapang dada menerima kondisi kehilangan anak tentu nggak mudah. Seperti yang ia jelaskan kalau rasa ikhlas kehilangan akan sang buah hati, baru bisa dirasakan setelah melewati beberapa fase. Untuk penjelasan lengkapnya, di halaman berikut.

crying-woman-support

Adapun fase yang harus dilewati adalah denial, anger, dan acceptant, seperti yang diterangkan Zoya. D Amirin M. Psi ini.

Fase Dinial

Saat kiamat kecil ini datang, tentu beragam pertanyaan akan menyerbu dalam benak mommies. Khususnya adalah perasaan denial atau pengingkaran akan hadir. Oleh karena itu akan timbul pertanyaan seperti “Kok dia tega meninggalkan saya?” atau “Kenapa saya yang harus mengalami hal ini, kenapa bukan orang lain?”

Beberapa pertanyaan seperti di atas akan hadir di saat awal momies kehilangan si kecil. Bisa-bisa hampir 24 jam akan mommies habiskan dengan menangis dan meratapi apa yang telah terjadi. Jika memang ini yang diraskan, tidak mengapa. Fase seperti ini memang harus dilewati.

Nah, saat inilah peran pasangan dan keluarga terdekat sangat dibutuhkan. Dalam kondisi yang sangat berduka, tidak ada yang lebih berharga dari sebuah dukungan orang-orang terdekat utuk mendengarkan semua kesedihannya.

Fase Anger

“Kenapa Tuhan begitu tega terhadap saya”, “Ah, seharusnya saya bisa merawat anak saya lebih baik lagi,” atau mungkin “Seandainya saat itu saya tidak memilih untuk pergi, pasti kecelakaan yang merenggut anak saya tidak akan terjadi.”

Kalimat seperti inilah yang akan ada dalam fase anger. Marah pada diri sendiri, lungkungan, keadaan bahkan marah pada Tuhan. Dalam kondisi seperti ini momies akan menyalahkan siapapun karena masih timbul rasnya penyesalan apa yang telah terjadi.

Fase Acceptant

Setelah melewati masa yang begitu sulit, bahkan mungkin sempat mengalami depresi, toh, fase penerimaan akan hadir pada akhirnya. Untuk sampai pada fase menerima kondisi dengan iklhas, memang membutuhkan proses waktu yang tidak instan. Bahkan sebelumnya, mommies harus terlebih dahulu bisa bernegosiasi dengan apa yang telah terjadi.

Setelah itu, baru akan datang fase menerima. “Ya, saya memang harus mejalani seperti ini.” Pada fase ini, mommies pun bisa kembali melanjutkan hidup yang normal. Kembali berkerja, dan bertemu teman-teman dengan melakukan aktivitas seperti sedia kala.

Jangankan kita manusia biasa, Nabi Muhammad saja meneteskan air mata ketika puteranya meninggal. Dan, untuk bisa berada dalam tahapan menerima 'kepulangan' anak dengan ikhlas memang butuh proses dan harus diupayakan. Seiring dengan bergeraknya waktu, rasa sedih perlahan bisa terkikis, asalkan kita bisa melakukan hal-hal yang positif.

Dulu, sebelum peristiwa kiamat kecil ini, saya belum pernah mendengar kalimat yang menyebutkan kalau anak yang meninggal adalah tabungan (pahala) bagi orang tuanya di akherat.  Benarkah? Ternyata, pendapat ini memang bersumber dari beberapa hadist, di antaranya diriwayatkan Bukhari-Muslim, Rasulullah SAW pernah berkata pada seorang perempuan,

“Tiada di antara kalian perempuan yang ditinggal mati tiga anak-anaknya kecuali ketiga anak tersebut menjadi penghalang (hijab) bagi perempuan itu dari api neraka.  Seorang perempuan bertanya, “Kalau dua orang anak?” Jawab Rasul, “(Ya) dan dua orang anak.”

Dalam konteks yang serupa, ada juga dalam hadist lain yang diriwayatkan al-Nasa'iy, Rasulullah berkata,

"Tidakkah menggembirakanmu, bahwa kamu kelak akan melihat anakmu membukakan pintu sorga dan berjalan menjemputmu?".

Ah, semoga saja, kelak keponakan kecil saya ini akan jadi penolong dan menunggu kakak saya dipintu surga. Begitu juga buat Mommies yang sudah kehilangan si kecil lebih dulu, aamiin....

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan