banner-detik
FINANCIAL WELLNESS

Pinjam-Meminjam, Bagaimana Menghadapinya?

author

mucimuci16 Jun 2014

Pinjam-Meminjam, Bagaimana Menghadapinya?

money-2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) meminjam berasal dari kata pinjam yang mendapat awalan me- yang berarti memakai barang (uang dsb) orang lain untuk sementara waktu. Kalau ngobrolin pinjam-meminjam saya agak ngeri-ngeri gimana gitu. Masalahnya, terkadang pinjam-meminjam ini suka mengusik hubungan yang sudah terjalin dengan baik.

Jujur saya adalah orang yang menghindari dipinjam dan meminjam, terutama soal uang. Kalau tidak sangat terdesak, saya berupaya untuk tidak meminjam kepada saudara, maupun teman. Meski terkadang kalau lupa membawa dompet atau uang cash (dan kebetulan ATM dekat kantor out of order) terpaksalah pinjam teman untuk sekali makan itu.

Mungkin karena saya anak tunggal, sejak kecil saya tidak terbiasa meminjam dan dipinjamkan barang. Kalaupun akhirnya saya meminjamkan barang, berarti saya sudah merelakan barang itu. Artinya barang itu bukan barang favorit yang akan saya tangisi kalau tidak kembali.

Begitupula dengan uang. Saya biasanya meminjamkan hanya dengan batas wajar. Kalaupun ada yang meminjam uang berapapun, saya pasti akan meminjamkan uang dengan jumlah sewajarnya. Sehingga, bila orang tersebut tidak mengembalikan, saya anggap bersedekah.

Namun prinsip yang saya pegang tersebut terkadang dilanggar juga. Kepribadian saya yang 'nggak enakan' terkadang dimanfaatkan beberapa teman. Saat kuliah dulu ada satu teman saya yang kerjaannya meminjam uang dengan alasan tidak ada receh. Uang receh yang dia maksud adalah pecahan Rp10.000 dan Rp20.000. Hadeeh apa susahnya ya belanja pake uang Rp50.000? Toh nanti juga dikembalikan sama yang jualan. Selain itu, mending setelah pinjam ia langsung mengembalikan, seringnya ia “lupa” sehingga pinjaman sebelumnya belum dikembalikan sudah meminjam lagi. Jadi kalau dikalkulasi bisa ratusan ribu juga uang saya yang dipinjam dia selama kami berteman. Padahal uang jajan saya saat kuliah hanya berasal dari donasi orangtua.

Begitupula saat saya sudah bekerja. Saat masih mengajar dulu, ada satu rekan dosen yang hobi banget meminjam uang. Mending pinjam uangnya uang “receh” seperti teman kuliah saya itu. Teman kerja saya itu hobi pinjam uang besar, sekali pinjam bisa Rp100.000. Mending hanya sekali dua kali, ini berkali-kali. Terkadang ya itu, belum dibayar yang satu sudah pinjam lagi. Alasannya buat makan sore dan dia lupa ga bawa uang. Akhirnya dengan sangat terpaksa, setelah dia tiga kali pinjam tidak dikembalikan, saya menolak untuk meminjamkan uang. Agak tidak enak sih, tapi daripada bangkrut akhirnya saya memilih jalan itu.

Selain teman kuliah dan rekan kerja, ada satu kasus yang lebih besar sampai-sampai saya sempat berkeluh kesah di jejaring sosial. Saat menikah dan pindah ke Batam, otomatis saya menempati rumah baru dengan tetangga yang baru. Nah ada satu tetangga sebelah rumah yang hobi banget pinjam meminjam. Awalnya saya biarkan karena merasa tidak enak. Dia memang cukup baik. Dia yang menemani saya dan suami ke rumah Pak RT saat kami baru pindah hingga menunjukan pasar tradisional yang dekat rumah.

Namun ternyata saya termakan kebaikannya. Setelah itu, dia berani meminjam semua barang saya. Awalnya dia meminjam majalah (yang selalu lupa dia kembalikan), menitip ikan di dalam kulkas (dan selalu mengatur posisi ikan yang ditiitp tersebut, tidak mau terlalu pinggir lah, dll), meminjam pengiris bawang semi-otomatis, kemudian merambah meminjam motor hingga uang. Saya agak sebel saat dia meminjam motor. Sebenarnya sih kalau dia meminjam karena hal yang mendesak tidak masalah, namun seringnya dia meminjam motor hanya karena mau makan bakso di depan kompleks rumah, bahkan mau potong rambut di salon yang jaraknya hanya terpisah sekitar lima rumah. OMG, kenapa ga jalan aja sih. Sebelnya lagi kadang saat saya ada keperluan dan mau menggunakan motor juga, dia selalu bilang, “Memang jam berapa, sampai jam berapa? Kakak perginya sekarang lho, cuma sebentar lagi.” Padahal waktu itu di kepala saya sudah dipasang helm, tetep aja nanya kayak gitu seolah ingin dia dulu yang dipinjamkan. Dia juga selalu meminjam saat sudah rapi dan berdandan, seolah tuh motor bisa dipinjam kapan saja. Grrrr... awalnya ditahan-tahan sampai akhirnya saya sebal sendiri dan bilang memang tidak boleh dipinjam (meski kali ini bilangnya lewat suami).

Bagaimana cara menghindari dari situasi rumit pinjam meminjam ini? Baca di halaman berikutnya!

 borrow*Gambar dari sini

Untuk menghindari dipinjam uang biasanya saya tidak mau mengekspos “rahasia dapur”. Kebetulan keuangan rumah tangga juga dipegang suami (karena saya boros =D) sehingga kalau ada yang pinjam uang saya selalu beralasan tidak pegang uang banyak. Kenyataannya memang begitu, 1/3 gaji saya habis buat bayar cicil rumah yang saya beli jauh sebelum menikah dan sampai sekarang belum sempat ditempati karena keburu pindah . Sisanya habis buat makan dan beli pernak pernik anak saya dan saya tentunya.

Saya sempat cari-cari kiat untuk menghindari orang meminjam uang (bukan karena butuh ya, tapi memang karena orang itu hobi pinjam). Terkadang saya suka miris, dia pinjam uang buat makan makanan wah, tapi lupa dibalikin. Ya, kalau pinjam karena sama sekali ga bisa makan sih mungkin masih bisa dimaklumi dan kita ikhlaskan sehingga kitapun bisa mendapatkan pahala. Berikut kiat yang saya dapatkan dari hasil Googling sana sini dan pernah saya terapkan:

1. Maaf, saya juga sedang bokek

Saat mengatakan sedang bokek, hal itu juga berarti kita tidak punya uang untuk dipinjamkan pada siapapun. Seketika mungkin si peminjam tak langsung percaya, di sini kita dapat menjelaskan kondisi keuangan  yang sedang kritis.

Tunjukkan padanya, kita juga sedang kesulitan secara finansial. Dengan cara ini, si peminjam tak akan bisa memaksa karena memang sama-sama tak punya uang. Dia akan paham, meski kita ingin meminjamkannya, tapi kondisi keuangan tak memungkinkan.

2. Bersikap tenang dan sopan

Pastikan tidak bersikap kasar dan seenaknya saat menolak untuk meminjamkan uang. Tindakan tersebut dapat melukai perasaannya dan mengganggu hubungan kita dengannya. Pilihlah penjelasan yang tepat dan baik untuk mengatakan `tidak`. (yang ini susah-susah gampang).

3. Tawarkan bantuan selain uang

Kalau tak ingin atau tak bisa meminjamkan uang, jangan biarkan mereka begitu saja. Berikan sejumlah tawaran selain uang, agar dia tak merasa sendiri saat tengah berada di situasi yang buruk. Selain itu, dia mungkin mendapatkan solusi lain untuk masalah finansialnya tersebut.

4. Tunjukkan perasaan bersalah

Mengingat penolakan Anda pasti mengecewakan si peminjam, harus siap menghadapi sikap kasar darinya. Sikap itu karena dia ingin mencoba membuat kita merasa bersalah dan tak peduli pada dirinya. Kita nggak perlu membalas sikap kasarnya, mengatakan tidak bukanlah kesalahan.

5. Mengindar

Jika si peminjam terus mengganggu ketenangan hidup, sebaiknya hindari saja. Orang-orang seperti itu biasanya hanya memanfaatkan kita saat dirinya sedang tak punya uang. Ada banyak cara mengatakan `tidak` tanpa melukai perasaan siapapun, salah satunya adalah dengan menghindarinya.

Sejauh ini belum ada yang terluka gara-gara penolakan saya, meski sebenarnya kalau si peminjam itu tau saya sempat 'limbung' saat harus mengatakan tidak. Tapi kan katanya kalau malas menagih, lebih baik menolak untuk meminjamkan. Gimana, apa Mommies punya pengalaman mengenai pinjam meminjam?

 

 

PAGES:

Share Article

author

mucimuci

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan