banner-detik
ELEMENTARY SCHOOLERS

Tes Observasi Sekolah Dasar: Pemetaan Atau Seleksi?

author

mama@azka03 Jun 2014

Tes Observasi Sekolah Dasar: Pemetaan Atau Seleksi?

school_test*Gambar dari sini

Tahun ini merupakan pengalaman pertama saya mengirim anak memasuki pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar. Otomatis harus "tunduk" mengikuti prosedur masuk yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah.

Zaman saya dulu, masuk SD tidak ada istilah Tes Observasi. Cukup bisa hafal lima sila Pancasila dan bernyanyi satu lagu Kebangsaan Nasional, sudah bisa meloloskan saya masuk Sekolah Dasar Negeri di usia saya yang baru genap 6 tahun.

Memang tidak fair membandingkan zaman dulu dengan sekarang yang melahirkan generasi connected :) Lucunya, saya sering mendengar kegelisahan orangtua yang takut anaknya gagal melalui tes observasi ini. Mulai dari anak yang belum lancar membaca, anak tak bisa diam, mengajinya masih iqra' 1 atau anak yang kadang masih suka pup di celana. Ini adalah curcol seorang ibu yang saya dengar di Commuter Line :)

Beberapa waktu lalu saat mendampingi anak saya menjalani tes observasi di salah satu SDI, ternyata saya mendengar salah satu teman anak saya gagal diterima di salah satu SD swasta di BSD Serpong. Sebut saja SD X. Alasan inilah yang membuat orangtua teman ini mendaftarkan anaknya ke SD tempat anak saya juga ikut mendaftar.

SD X ini sebelumnya sudah masuk daftar sekolah yang saya kunjungi, tapi justru saya tidak menjatuhkan pilihan ke sekolah ini. Karena hal sepele, sekolahnya kurang bersih untuk ukuran saya yang kadang masih suka teledor soal kebersihan :)

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Jadi sekolah bersih itu sifatnya mandatory!

Dari segi umur, teman anak saya ini sudah memenuhi syarat , bahkan yang saya dengar dari beberapa orangtua lain, si anak ini pintar. Parameter pintar ini sepertinya diukur karena si anak dikenal sudah mampu berbahasa asing dengan ibunya dan hafalan tahfidz-nya sudah bagus, mengingat si ibu sangat rajin mengajarkan sampai ada kesaksian salah seorang Ibu lain, pernah melihat si anak ini masih sempat dites hafalannya di bus saat kami melakukan perjalanan menuju lomba Porseni di Ancol :) :)

Selanjutnya: Apa yang digunakan sebagai parameter sebuah sekolah dalam meluluskan seorang calon murid? >>

school_test2Saya sendiri juga tak paham, parameter apa yang dipakai oleh Sekolah X tersebut sehingga tidak meloloskan dan menerima anak ini. Karena jelas, kegagalan ini berdampak pada orangtua yang menjadi lebih paranoid.

Saat observasi berlangsung, ketika tiba-tiba si anak keluar kelas, si ibu tampak khawatir dan berucap, "Nah, yang begini ini yang bikin tidak lolos. Masih suka keluar-keluar kelas."

Saya jadi ikut prihatin mendengarnya. Padahal ternyata si anak sedang kebelet pipis. Dan menurut saya wajar jika anak masih belum bisa mempertahankan konsentrasinya, karena rentang konsentrasi anak umur 6 tahun yang saya tahu sekitar 15-45 menit. Durasi waktu observasi yang saya ketahui dari mendampingi anak saya beberapa waktu lalu berkisar 1-1.5 jam. Jadi wajar bagi anak, ini merupakan hal yang cukup berat.

Saya tak hendak menggugat sekolah karena memberlakukan tes observasi. Tetapi sekedar mengkritisi, seharusnya observasi ini tidak berembel-embel kata tes yang menjadi berkonotasi seleksi. Anak seusia itu seolah sudah dibebani dengan kompetisi untuk memperebutkan bangku sekolah. Semacam saya dulu memperebutkan satu bangku di perguruan tinggi negeri.

Bukankah hakikat sekolah itu seharusnya memproduksi bukan menyeleksi. Jadi observasi yang dilakukan hendaknya bertujuan untuk memetakan kemampuan anak sehingga membantu sekolah mendapatkan gambaran masing-masing calon siswa seperti seberapa kemampuan kognitif (calistung), motorik, kreatifitas berpikir dan pengetahuan agamanya (bacaan surat-surat pendek, doa sehari-hari).

Ini akan membantu sekolah menentukan di level mana mereka akan mulai mengajarkan di awal kegiatan belajar mengajar. Jadi tidak ada siswa yang akan tertinggal atau merasa berat mengikuti seandainya memang belum lancar membaca dan menulis. Jadi sekolah harus juga mendorong siswa-siswanya sehingga selalu bersemangat untuk belajar.

Saya yakin hampir semua sekolah melakukan observasi untuk pemetaan bukan seleksi, tapi SD X ini sepertinya lebih melakukan seleksi ketimbang pemetaan. Karena bukan tak mungkin, ini seperti semacam promosi gratis dari mulut ke mulut orangtua yang akan mengatakan, "Sekolah ini bagus loh, masuknya saja susah. Yang diterima pasti anak-anak pintar."

Dan promosi semacam ini sangat ampuh untuk membuat para orangtua berlomba-lomba mendaftarkan anaknya dengan harapan anaknya diterima dan berarti sebuah pembuktian anak mereka pintar. Nah, kalau kondisinya  seperti ini, bukankah sejujurnya para orangtua itu sendiri yang sesungguhnya saling berkompetisi. Hayo, ngaku :)

Bahkan tetangga depan rumah pernah bercerita pada saya, ada keluarga kenalannya yang memasukkan ke dua anaknya di sekolah yang berbeda. Kakaknya di Sekolah A, adiknya di Sekolah X ini. Ternyata adiknya jauh lebih pintar dari kakaknya. Lantas saya hanya berkata, pintar yang dimaksud pintar yang bagaimana? Pintar hitung-hitungankah? Bukankah pintar itu bermacam-macam. Sedangkan dua anak meskipun bersaudara adalah dua individu yang berbeda dengan talenta, dan kecerdasan yang berbeda pula.

Naif sekali jika melabelkan sekolah bagus karena ada seleksi, karena hasilnya anak lebih pintar. Dan pintar ini saya yakin selalu diasosiasikan dengan prestasi yang tidak jauh dari akademis seperti sains, matematika, dan yang serupa dengan itu. Sekolah jika sudah berisi individu yang unggul lantas berprestasi justru tidak menunjukkan kehebatan sebuah sekolah. Tetapi sekolah hebat seharusnya bisa membentuk anak-anak yang katanya "biasa-biasa" saja menjadi "luar biasa", berprestasi di bidang yang mereka unggul. Seperti sejatinya fungsi sekolah itu sendiri, yaitu sebagai produsen, pencetak anak-anak berprestasi.

Setuju nggak?

PAGES:

Share Article

author

mama@azka

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan