banner-detik
HEALTH & NUTRITION

Wabah MERS, Haruskah Kita Waspada?

author

kirana2130 May 2014

Wabah MERS, Haruskah Kita Waspada?

mers1*Gambar dari sini

Setelah merebaknya wabah SARS hampir sepuluh tahun yang lalu, sekarang ada lagi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus atau MERS-CoV yang sejak pertama kali dilaporkan tahun 2012 telah mencapai 635 kasus dengan korban meninggal 193 orang diantaranya berdasarkan data WHO sampai dengan 23 Mei 2014. Walaupun tercatat prosentase kematian menurun, dari sebelumnya mendekati 50% jadi 30%, tapi sejauh ini masih lebih tinggi dari SARS yang hanya 10-15%. Namun tingkat penyebaran MERS tidak secepat SARS. Apa yang perlu diketahui dari penyakit ini dan bagaimana penanganannya?

Apa, sih, MERS-CoV?

MERS-CoV merupakan salah satu bentuk penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) yang disebabkan oleh virus corona. Tapi jenis virusnya berbeda dengan corona yang menimbulkan wabah penyakit SARS 11 tahun lalu. Jadi, MERS bukan SARS.

Dari mana asalnya?

Belum diketahui dengan pasti. Namun sejauh ini ditemukan bahwa tes terhadap beberapa unta di Qatar, Mesir, dan Arab Saudi serta satu kelelawar positif atas virus yang sama. Dan beberapa unta di negara sekitarnya positif mempunyai antibodi MERS-CoV yang berarti pernah terjangkit virus tersebut sebelumnya.

Penularannya?

Walau belum ada kepastian, diduga sumber penyebaran ke manusia melalui konsumsi daging atau susu unta. Untuk penularan antar manusia, sejauh ini hanya terjadi di antara mereka yang behubungan dekat dengan penderita, seperti misalnya:

  • orang yang merawat si sakit,
  • orang yang tinggal serumah, dan
  • tenaga kesehatan yang menangani langsung pasien MERS.
  • Belum didapatkan bukti bahwa MERS menular dengan cepat melalui interaksi singkat di tempat umum atau berpapasan dengan penderita. Tapi di semua kasus, penderita mempunyai sejarah berkunjung ke Arab Saudi atau salah satu negara Timur Tengah dalam 14 hari sebelum gejala mulai timbul. Beberapa di antaranya tercatat mengunjungi peternakan unta dan ada yang mengonsumsi susu unta selama kunjungan.

    Belum ada kasus carrier, dalam arti seseorang membawa virus namun tidak menunjukkan gejala, tapi kemudian menularkan ke orang lain. Si pembawa utama pasti sakit dahulu sebelum menularkan ke orang lain.

    Selanjutnya: Bagaimana mengetahui MERS atau bukan? >>

    mers2*Gambar dari sini

    Gejalanya?

    Gejala MERS sangat umum seperti ISPA biasa, di antaranya:

  • Demam 38°C.
  • Batuk.
  • Nafas pendek atau sesak.
  • Meriang, pegal, sakit tenggorokan, pusing, diare, mual/muntah, dan pilek.
  • Tapi syarat utamanya adalah riwayat berkunjung/tinggal di Timur Tengah atau merawat penderita MERS dalam selang waktu 14 hari terakhir.

    Jadi tanpa syarat utama tersebut, sangat kecil kemungkinan tertular MERS.

    Nah, lalu bagaimana mengetahui MERS atau bukan?

    Sejauh ini, Pemerintah RI melalui Departemen Kesehatan memberlakukan scanning di bandara terhadap penumpang yang datang dari daerah Timur Tengah untuk memantau suhu badan. Jika didapati penumpang yang demam dan menderita gejala serupa ISPA, akan dirujuk ke RSUD yang ditunjuk.

    Cara menentukan positif tidaknya MERS melalui tes laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk MERS-CoV. Bila memang ada pasien yang didapati positif MERS, hanya pihak Badan Litbang Kementerian Kesehatan yang berhak memvalidasi dan mengumumkan ke publik. Sampai saat tulisan ini dibuat, di Indonesia kasus MERS masih negatif walau tercatat ada satu warga Indonesia yang positif MERS saat melaksanakan ibadah umroh dan dirawat di Jeddah.

    Rumah sakit yang menjadi rujukan pasien terduga MERS tersebar di kota-kota Indonesia. Di antaranya adalah:

  • Jakarta: RS Sulianti Saroso, RS Persahabatan, dan RS Gatot Subroto.
  • Surabaya: RSUD Dokter Soetomo
  • Bali: RSP Sanglah
  • Solo: RS Mawardi
  • Medan: RS Adam Malik
  • Pontianak: RS Sudarso
  • Siapa saja yang berisiko tinggi jika tertular?

    Semua orang bisa tertular MERS-CoV tanpa ada batasan usia. Berdasarkan data, penderita MERS berusia antara 2 sampai 94 tahun. Mereka yang memiliki resiko kematian tertinggi adalah:

  • Bayi di bawah 12 bulan.
  • Lansia di atas 65 tahun.
  • Ibu hamil
  • Orang yang menderita penyakit penurunan kekebalan (immunosuppressed), dan
  • Orang yang sebelumnya telah menderita penyakit diabetes, jantung dan pembuluh darah, serta paru atau pernafasan akut.
  • Selanjutnya: Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah tertular? >>

    mers3*Gambar dari sini

    Bagaimana pengobatannya bila positif tertular dan sudah adakah vaksin MERS?

    Sebagaimana penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, yang bisa dilakukan hanyalah meringankan gejala seperti menurunkan demam dan mengurangi nyeri. Virus belum ada obatnya dan untuk MERS pembuatan vaksinnya sedang diteliti dan dijajaki.

    Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah tertular?

    Seperti pada penyakit selesma atau common cold biasa, pencegahan yang dianjurkan adalah:

  • Sering cuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik. Bila tidak ada sabun dan air, gunakan pencuci tangan berbasis alkohol. Ajarkan anak melakukan hal yang sama.
  • Tutupi hidung dan mulut dengan tisu saat batuk atau bersin, lalu buang tisunya.
  • Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan kotor/yang belum dicuci.
  • Hindari kontak dengan orang sakit seperti mencium dan berbagi gelas atau alat makan.
  • Sering membersihkan dan disinfect permukaan dan barang-barang yang sering disentuh seperti mainan atau handle pintu.
  • Hindari kontak langsung dengan ternak, daging mentah, sayur dan buah yang belum dicuci, atau susu segar yang belum diolah.
  • Bila merasakan gejala sakit, gunakan masker untuk membatasi penularan.
  • Wisatawan yang mengalami gejala dalam 14 hari setelah kembali dari daerah yang terpapar harus mengenakan masker dan konsultasi dengan petugas kesehatan atau dokter dengan menyebutkan riwayat perjalanannya.
  • Sampai hari ini pemerintah belum mengeluarkan travel warning untuk pergi ke Timur Tengah, demikian pula negara-negara lain. Mungkin karena penyebarannya belum sampai tahap epidemic. Namun para pendatang dari jalur Timur Tengah akan diminta menjalani beberapa tes untuk memastikan mereka dalam kondisi sehat dan tidak ada gejala awal MERS.

    *Sumber: WHO, artikel CDC ini dan ini

     

    PAGES:

    Share Article

    author

    kirana21

    FD/MD resident


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan