Membuat Bekal Sekolah: PR Terbesar!

Health & Nutrition

ketupatkartini・20 May 2014

detail-thumb

Saat ini rasanya lebih mudah untuk menerapkan gaya hidup sehat, terutama dengan sarana internet dan sosial media; sharing is everything. We adopt some healthier lifestyle, for the sake of better quality of life. Tapi ada satu nih, 'trend' hidup sehat yang masih juga jadi 'hard limit' saya; membawa(kan) bekal untuk anak ke sekolah. Ya ampuuun....susahnyaaa...! Membuat bento yang kini banyak dilakukan oleh mommies, seperti Ira yang menyiapkan bekal komplit untuk Nadira, nasi bento ala Puandinar, semuanya sih klaimnya, 'gampang kan?'.

Saya membayangkannya, aduuh itu item yang harus dimasak kok banyak betul, printilannya juga, terus kalau anaknya harus berangkat jam enam pagi, ibunya bangun jam berapa? Menyiapkan sarapan pagi yang sederhana asal sehat saja sudah top banget deh buat saya. Nah, harus menyiapkan bekal lengkap berisi karbohidrat+protein+sayuran, dihias lagi! Waduh, manajemen dapurnya mesti canggih dong ya? Dan, segudang mental block lain yang membuat saya sampai saat ini belum bisa juga membawakan bekal yang 'representatif' buat anak saya.

Lalu, saya menyimak gerakan 'Aku Anak Sehat' dari Tupperware Indonesia, yang mengampanyekan dan menyebarkan kebiasaan hidup sehat, salah satunya membawa bekal makanan bergizi ke sekolah kepada para murid SD di Indonesia. Yes, merasa tertampar berkali-kali, pasti. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan, padahal, kondisi kesehatannya sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi. Jajanan di kantin dan lingkungan sekolah, apalagi yang tidak higienis, sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan pada anak.

Harusnya sih kita sebagai orangtua sudah aware ya dengan hal itu. Tapi, saya kemudian mencoba mengingat, apakah saya pernah berdiskusi dengan anak tentang jajanan sekolah. Apakah saya sendiri pernah melihat, makanan apa saja yang dijual di kantin dan sekitar sekolah. Duh, rasanya belum pernah. Mungkin pernah, tetapi hanya sekilas. Mengandalkan pada sekolah untuk memberikan edukasi tentang jajanan di sekolah? Duh, rasanya apatis sekali saya terhadap hal ini.

Selanjutnya: Sejuta makna di balik sebuah bekal buatan ibu >>

Balik lagi mengenai bekal sekolah tadi. Bunda Romi -psikolog itu-, menggelitik kita dan mengingatkan ada sejuta makna dibalik menyiapkan sekotak bekal untuk anak. Beliau, sudah bertahun-tahun dan sampai kinipun masih menyiapkan sendiri bekal untuk suaminya (karena anak-anaknya sudah dewasa, tentu saja). Bagaimana membangun kebiasaan sehat -dengan membawa bekal sendiri- tentu kita harus mengupayakan agar anak menyukai bekal yang dibuat oleh ibunya tersebut. Ya kalau lagi-lagi hanya nasi dan gorengan nugget, tidak perlu ditanya kenapa, pasti anak bosan dan tidak suka membawa bekal. Buat anak merasa bangga dengan bekalnya. Buat kejutan-kejutan dalam sekotak bekal, misalnya dengan memberi nama; 'nasi dalam selimut', 'devil's hair'. Atau surprise note dalam kotak bekalnya, seperti "love you" atau "good luck!". Hal-hal kecil tersebut akan memberi semangat, yang tidak langsung ikut membangun karakter hidup sehat anak. (Duh, kayanya bawa roti tawar setangkup pakai coklat meses saja sudah gak laku ya?)

Kebiasaan baik membawa bekal ini, yang ingin terus disebarluaskan oleh Tupperware melalui gerakan Aku Anak Sehat 2014. Kegiatan yang dilakukan, salah satunya adalah seminar inspiratif bagi guru-guru SD, agar bisa lebih kreatif mengajarkan perilaku hidup bersih, sehat dan mandiri pada murid-muridnya. Karena, guru -selain orangtua- memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter hidup sehat anak. Agar anak tertarik untuk menerapkan gaya hidup bersih, membuang sampah di tempatnya, mencuci tangan, dan membawa bekal ke sekolah, sebaiknya guru juga harus menerapkan hal yang sama dalam kesehariannya.

Selain itu, Tupperware juga akan melakukan kunjungan ke Sekolah Dasar di 5 kota besar dan sekitarnya di Indonesia. Targertnya, 650 sekolah yang mencakup 100 ribu murid. Di setiap SD tersebut, Tupperware akan membuat set washtafel dan tempat sampah basah dan kering, serta poster Pola Hidup Bersih dan Sehat, dan kampanye untuk membawa bekal ke sekolah. Keren! Semoga, makin banyak yang terinspirasi juga untuk membuat dan membawa bekal ke sekolah ya ;)

Lalu, bagaimana dengan PR besar saya tadi ya? Harus dikerjakan dong. I guess I just have to find my own groove, rajin mencari ide, inspirasi membuat variasi bekal yang sederhana, tapi penuh kejutan. Pasti bisa ya ;)