banner-detik
ACTIVITY & DESTINATION

Wisata Di Jakarta Naik Bus Tingkat City Tour

author

adiesty19 Mar 2014

Wisata Di Jakarta Naik Bus Tingkat City Tour

Siapa di antara Mommies yang sempat menggunakan angkutan umum bus tingkat? Saya sendiri termasuk generasi yang sempat merasakan bus berlantai dua ini.

Dulu, saat mama dan ayah mengajak saya berkunjung ke rumah nenek di bilangan Bendungan hillir,  saya selalu girang. Senang, bukan cuma lantaran bisa ketemu nenek dan ongku (sebutan saya ke kakek), tapi juga kerena saya bisa menikmati bus tingkat!

Makanya, ketika saya tau kalau di Jakarta sudah punya bus tingkat, saya langsung menjadwalkan untuk menjajalnya bersama suami, dan tentunya Bumi. Terlebih, belakangan ini Bumi memang sedang getol dengan mainan barunya, bus doubledecker.

Alhasil, ketika saya sampaikan niat untuk mengajak naik bus tingkat, Bumi pun menyambut dengan antusias. Bahkan, saking girangnya mau diajak naik bus tingkat, menunggu sampai satu jam pun dia betah. Padahal, biasanya anak saya ini tipe anak yang bosan dan sedikit nggak sabar.

Cuma, ya itu... setiap 10 menit sekali Bumi selalu melontarkan pertanyaan.

“Bu... mana bus tingkatnya?”

“Bu... kok bus tingkatnya nggak lewat-lewat, sih?”

“Bu... kita jadi kan naik bus tingkat?”

Umh, benaran, lho! Sabtu lalu kami cukup lama mengunggu kedatangan bus tingkat. Bahkan hampir satu setengah jam! Waktu itu, justru saya yang nyaris putus asa dan mengajak Bumi dan suami untuk pulang, hehehehe. Jadi, dari sekian banyaknya orang yang mengantri, lama-lama jadi surut karena nggak tahan menunggu saking lamanya.

Untungnya, setelah penantian yang cukup panjang, tiga bus tingkat mucul dalam waktu bersamaan. Rupanya, Sabtu lalu memang waktunya kurang tepat, soalnya bertepatan dengan aksi damai kampanye yang menyebabkan kondisi jalan macet. Bus tingkat yang dijadwalkan akan tiba di setiap shelter selama 30 menit sekali jadi ikut terhambat.

Perjalanan city tour dengan rute mulai Bundaran Hotel Indonesia (HI) menuju Sarinah, Museum Nasional-Halte Santa Maria, Pasar Baru, Gedung Kesenian Jakarta, Masjid Istiqlal, Istana Merdeka, Monas-Balaikota, Sarinah, dan kembali ke Bundaran HI pun dimulai.

Beruntung, waktu itu kami berkesempatan duduk di lantai atas bus. Awalnya memang kebagian di bagian belakang, sih, tapi lama kelamaan, seiring penumpang yang lebih dulu naik turun, kami bisa duduk di depan kaca! Serulah pokoknya! Sambil menikmati kota Jakarta di dalam bus tingkat, kami para penumpang menikmati sejarah kota Jakarta yang diterangkan oleh guide. Pengetahuan saya tentang sejarah Jakarta jadi bertambah.

Salah satunya soal patung anak kecil yang berdiri satu kaki di atas jembatan yang menuju pecenongan. Ternyata patung tersebut adalah patung Hermes, salah satu saksi sejarah berdirinya Kota Jakarta. Umurnya pun sudah sangat tua karena berasal dari abad 18.  Konon, patung ini juga dipercaya sebagai sebagai patung keberuntungan.

Pun saat kami melewati lapangan banteng. Ketika guide menjelaskan kalau kami sedang melewati Lapangan Banteng, Bumi pun lantas tanya, "Kok namanya Lapangan Banteng, bu? Mana bantengnya? Bumi nggak lihat."

Lewat penjelasan guide, saya jadi bisa menjelaskan ke Bumi kalau dulu lapangan tersebut merupakan hutan belantara dan banyak dihuni oleh binatang buas. Salah satunya, ya, banteng. Makanya akhirnya lapangan ini disebut dengan lapangan banteng.

Wah, pokoknya lewat city tour dengan bus tingkat ini banyak hal menarik yang bisa saya dapatkan. Oh, ya, selain ada guide yang menjelaskan mengenai sejarah Jakarta, ada 3 petugas lainnya di dalam bus yang siap melayani. Mulai dari sopir, polisi pariwisata, dan petugas onboard yang tugasnya mengatur penumpang untuk bergantian duduk di lantai bawah dan atas. Jadi sebenarnya, nggak perlu khawatir kalau kita nggak bisa duduk di lantai atas.

Kondisi bus tingkat pun sangat bersih, nyaman dan dingin. Saya dan penumpang lainnya nggak perlu perlu berkipas-kipas ria layaknya saat naik angkutan umum. Fasilitas air conditioner (AC) yang memang masih baru mampu 'menyapu' setiap sudut bus. Di lantai bawah bis juga tersedia televisi LCD yang menayangkan tempat-tempat pariwisata kota Jakarta. Dilihat dari sisi keamanannya juga nggak perlu dikhawatirkan, deh. Soalnya, selain memang ada polisi, bus tingkat ini juga dilengkapi dengan kamera CCTV yang letaknya disembunyikan.

Mudah-mudahan saja, ke depannya kondisi bus tingkat ini bisa tetap terjaga dengan baik, ya. Semuanya tentu harus kita mulai dari diri sendiri dengan menjaga kebersihan kondisi bus. Toh, memang manfaatnya kita juga yang merasakannya, bukan?

Nah, buat Mommies yang mau ajak si kecil city tour Jakarta dengan bus tingkat, ada beberapa kiat dari saya yang mungkin berguna.

1. Pilih Waktu yang Tepat

Belajar dari pengalaman saya, mungkin ada baiknya jika Mommies mengajak si kecil city tour bus tingkat pada waktu yang tepat. Kalau memungkinkan, ada baiknya memilih saat weekdays saja. Saya, sih, yakin antrean yang mau naik city tour ini pasti jauh lebih sepi. Kalaupun memilih saat akhir pekan, mungkin ada baiknya pilih di pagi hari saja. Toh, city tour bus tingkat ini sudah mulai operasi mulai jam 9 pagi sampai jam 7 malam. Selain itu, karena kapasitas angkutnya terbatas, hanya bisa menampung 60 penumpang duduk tanpa ada yang boleh berdiri, jadi penumpang yang antre tidak bisa sekali angkut.

*Penumpang yang masih antre

Selain itu, karena city tour ini masih gratis dan belum diberlakukan menggunakan tiket, bisa dibilang penumpang tidak antre dengan cara yang benar. Masih semrawut, deh! Saya saja sampai membatin, mungkin akan lebih baik jika penumpang yang ingin menikmati city tour diwajibkan membeli tiket dulu seperti bus Trans Jakarta, harapannya penumpang bisa disiplin untuk antre. Ternyata dari guide, saya mendapat informasi kalau nantinya city tour ini juga akan menggunakan tiket, lho!

"Ke depannya nanti City Tour akan menggunkan tiket. Tapi selama 3 bulan masih gratis, karena masih butuh sosialiasi ke masyarakat lebih dulu. Jadi, kira-kira, bus tingkat ini akan gratis selama 6 bulan. Tiga bulan pertama tanpa tiket, tiga bulan berikutnya sosialisasi dengan tiket," begitu jelasnya.

2. Parkir mobil di Plaza Indonesia

Awalnya saya dan suami berniat parkir mobil di daerah Blok M dan melanjutkan perjalanan ke Bundaran Hotel Indonesia menggunakan bus Trans Jakarta. Sayangnya waktu itu antrean Trans Jakarta mengular sehingga kami memutuskan untuk parkir mobil di Plaza Indonesia. Lagipula, ternyata sesampainya di sana kami baru tahu kalau halte Trans Jakarta Hotel Indonesia sedang ada perbaikan, jadi memang nggak bisa berhenti di sana. Jadi, sepertinya keputusan kami untuk parkir mobil di Plaza Indonesia tidak salah :D

3. Bawa Masker

Berhubung kondisi jalanan yang kurang baik, plus halte busway yang sedang dalam masa perbaikan, mungkin ada baiknya Mommies membawa masker. Soalnya menunggu bus tingkat yang masih belum bisa dipastikan jam kedatangannya di pinggir jalan yang dipenuhi asap knalpot dan debu, benar-benar menggangu.

4. Bawa Jaket

Seperti yang saya bilang di atas, kondisi bus tingkatnya masih sangat dingin. Untuk itu, ada baiknya Mommies membawa jaket untuk si kecil. Atau paling tidak, pilihkan baju lengan panjang untuk si kecil. Seperti yang saya lakukan kemarin. Karena nggak kepikiran kalau bus tingkatnya begitu dingin, setidaknya baju lengan panjang bisa menahan Bumi dari udara dingin. Oh, ya, sekedar informasi, saluran atau lubang AC di dalam bus tingkat ini tidak boleh ditutup. Menurut petugas onboard yang berkeliling, dengan ditutupnya saluran AC bisa mengganggu mesin bus tingkat.

5. Jangan makan dan minum di dalam bus

Saran saya, sebelum naik bus tingkat, pastikan dulu kondisi perut dalam keadaan kenyang. Soalnya udara dingin di dalam mobil, bisa membuat perut jadi lapar. Yah, paling tidak hal ini, sih, yang saya rasakan, hihihi. Lagi pula, demi menjaga kebersihan bus tingkat, nggak ada salahnya, sih, ya untuk tidak makan dan minum selama perjalanan.

Bumi masih terkesima dengan bus tingkat :D

Nah, bagaimana Mommies.... jadi tertarik untuk ajak si kecil wisata sejarah lewat city tour bus tingkat? Kalau sudah mencoba, jangan lupa share pengalamannya di sini, ya!

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan