banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

I Yelled At Her!

author

sazqueen25 Feb 2014

I Yelled At Her!

Memasuki usia 2 tahun, tingkah laku si balita memang menggemaskan. Menggemaskan untuk bikin ibunya minum pil sabar segentong, maksudnya! Saya pernah cerita ya soal Menik dan tantrum untuk pertama kalinya. Di situ juga saya menulis doa semoga saya nggak ketemuan lagi sama tantrum, ya? Doanya belum terkabul, buibu! Iya, walau masih bisa dihitung dengan jari, tapi tantrum ini cukup membuat hidup saya gusar. Saya akui, deh, dulu waktu belum punya anak, saya sering merutuk dalam hati sambil melemparkan pandangan sinis kalau ada adegan anak nangis histeris dan terdengar dari nada nangisnya bukan karena kesakitan. Well, karma does exist, right? *tutup muka*

Foto dulu sama tukang tes sabar

Beberapa minggu lalu, lagi-lagi saya dibuntuti oleh si tantrum. Emm, sebetulnya Menik memang baru sembuh dari sakit dan terlihat ingin tidur terus, tapi keesokan harinya adalah hari pernikahan sahabat dan saya yakin kalau Menik sudah cukup tidur seharian penuh untuk recharge energinya. Ternyata ketika acara berlangsung, tubuh Menik masih meminta istirahat. Jadilah ia tidur di pangkuan saya selama 40 menit pertama upacara pernikahan tersebut. Ketika Menik bangun, moodnya tidak baik karena menemukan dirinya tidak tidur di kamarnya. Makin memburuk karena ia langsung merengek dan bilang "Mau bobok aja! Mau bobok, buuuuu!!" Tidak ingin mendapat tatapan tajam dari seluruh tamu yang berusaha menjaga ketenangan dalam ruang akad nikah, saya langsung membawa Menik keluar dan mencari tempat yang sepi.

Rest room! Toilet umum hotel kan sepi, saya bawa Menik ke situ dan menurunkan anak yang mulai meraung ke lantai. Saya duduk juga di bawah, dan mulai mencoba untuk bernegosiasi.

"Menik kenapa?"

Dijawab dengan tangisan kencang.

"Menik kenapa? Kasih tau ibu, dong.. mau nggak?"

Lari ke dalam satu bilik toilet. Masih menangis kencang.

"Masih mau nangis? Capek, loh.. Ibu tunggu sini ya. Kalo udah selesai, boleh peluk ibu."

Nangis makin kencang, pindah ke bilik lain. Dan masih terus menangis hingga 10 menit kemudian. Tangisan terdengar reda.

Kemudian dari bilik paling ujung, terdengar langkah kecil, terisak-isak sambil bilang "Maaf bu, udah bu.. maaf.."

Saat itu saya langsung memeluk Menik. Ingin menangis juga rasanya. Entahlah ada rasa aneh dalam dada, dan tiba-tiba saya malah berteriak padanya.

"Menik kenapa sih? Nangis terus-terusan. Capek banget dengernya. Ibu mau seneng-seneng bareng teman ibu di luar. Kok Menik egois banget? Nangis-nangis minta pulang, mau bobok aja. Ibu kan juga punya urusan. Nggak suka, deh, ibu. Anak ibu sayang setiap hari kok malah begini sekarang. Ibu nggak suka punya anak hobi nangis nggak jelas!!!"

Oh yeah, I just burst those word out of my mouth with mid high tone. Menik terdiam, sesekali terisak, tapi posisinya masih memeluk saya dan terdengar suara kecil bilang "maaf bu.." Dan datanglah rasa menyesal karena kalah oleh emosi. Saya cukup lelah mengurus Menik sakit waktu itu, dan setelah keadaannya membaik, saya mengharapkan si anak dua tahun ini bisa kembali ceria seperti biasa. Saya tidak cukup peka untuk peduli kalau ternyata tubuh kecilnya masih membutuhkan waktu untuk pulih seutuhnya. Saya meneriaki Menik tepat saat ia membutuhkan tempat untuk menenangkan diri. Terus terang, saya malu sekali dengan diri saya sendiri. Tapi untuk menenangkan diri saya hanya berusaha sadar, kalau saya, ya, hanya manusia biasa, punya emosi. Dan menurut saya, selama 27 bulan ini, saya udah oke banget dalam mengelola rasa sabar, dan ternyata kecolongan oleh rasa capek dan gemas karena ingin bergabung bersama sahabat di luar tapi anak sedang dalam kondisi tidak kooperatif.

Maaf ya, Menik. Ibu tidak ada maksud untuk memarahi kamu ketika tantrum karena kamu hanya ingin di rumah untuk memulihkan diri selepas sakit kemarin. Bentakan kemarin bukan karena ibu tidak sayang, tapi karena mungkin ibu frustrasi rasanya ingin membelah diri saja, satu untuk Menik, satu untuk diri ibu sendiri. Just like Tina Fey said "Being a mom has made me so tired. But happy" :) Iya, saya capek. Tapi rasa bahagia yang ada pun tidak bisa hilang begitu saja. Iya, saya salah kemarin membentak Menik, mudah-mudahan nggak ada lagi insiden saya kurang sabar *borong pil sabar sekontainer!*. I love you, Menik!!

*thumbnail dari sini

Share Article

author

sazqueen

a mother of one who study Anthropology by choice! Hello motherhood.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan