banner-detik
NEWS

Satu Tindakan Untuk Bumi

author

adiesty13 Feb 2014

Satu Tindakan Untuk Bumi

“Volume sampah di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Tahun 2013 volume sampah mencapai 73 juta ton per tahun atau setara dengan 200 ribu ton per hari.”

Saya cukup tercengang mendengar  penjelasan Ujang Solihin Sidik, Kepala Subdit Pengembangan Program Pengelolaan Sampah - Kementerian Lingkungan Hidup mengenai kondisi penumpukan sampah di Indonesia saat jadi pembicara dalam acara jumpa pers “One Pack, One Act for Our Earth" yang diadakan Tetra Pak. Bahkan waktu itu ia juga mengibaratkan, kalau dalam sehari sampah yang kian menumpuk bisa menyerupai Candi Borobudur. Dan ini bukan hanya satu, lho, tapi dua candi Borobudur! Weh!

Saya jadi ingat, pernah suatu hari tanpa sengaja melihat update status seorang teman di Facebook yang bilang kalau dirinya paling sebal dengan pemberitaan media yang bilang kalau banjir merupakan bencana atau musibah. Soalnya, tanpa disadari banjir memang datang akibat perilaku kita sendiri.

Bener juga, sih, ya? Contoh paling gampang bisa dilihat lewat kebiasaan masyarakat yang masih sering buang sampah sembarangan. Makanya nggak heran banget, deh, kalau saat musim hujan banyak wilayah yang sering kebanjiran. Salah satu penyebabnya, ya, akibat dari perilaku buang sampah sembarangan.

Padahal kondisi ini tentu akan berbeda, kalau masyarakat bisa berperan serta dalam upaya mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan sekitar. Caranya bisa dimulai dengan membuang sampah pada tempatnya. Lebih bagus lagi kalau kita melakukan pemisahan antara sampah organik dan non organik. Cara ini bisa mempermudah proses sampah yang bisa di daur ulang. Awalnya saya juga merasa sedikit kerepotan dengan perbedaan tempat sampah yang sepeti itu. Tapi lama-kelamaan juga akan terbiasa, kok. Apalagi di kantor Female Daily juga sudah menerapkannya sejak zaman baheula. Pun di rumah saya.

*tong sampah d kantor Female Daily :)

Berkaitan dengan daur ulang sampah, Tetra Pak, perusahaan pemrosesan dan pengemasan pangan terkemuka di dunia sedang menggalakan kampanye “One Pack, One Act for Our Earth”. Di mana tujuan kegiatan ini untuk ngajak masyarakat terus berperan dalam upaya mengurangi dampak sampah, melalui program lingkungan dan daur ulang kemasan karton Tetra Pak.

Sebenarnya sudah sejak tahun 2005, Tetra Pak Indonesia telah mempelopori program daur ulang kemasan karton yang dilandasi kemitraan yang kuat dengan industri pulp dan kertas, dan berbagai pihak. Mulai dari lembaga swadaya masyarakat, instansi pemerintah, komunitas lingkungan bahkan sekolah-sekolah. Lewat kemitraan ini, akhirnya mampu menghasilkan produk daur ulang yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Nah, jadi nggak hanya sebatas melestarikan lingkungan saja, ya.

Program Tetra Pak Indonesia berpusat di empat wilayah yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Jakarta yang bertujuan memberikan edukasi lingkungan dan memperluas jaringan pengumpulan kemasan karton Tetra Pak untuk didaur ulang secara berkelanjutan. Selama ini Tetra Pak juga sudah bekerja sama dengan ecoBali Recycling. Di samping membangun dan memperluas jaringan pengumpulan kemasan karton bekas melalui kolaborasi langsung dengan pengepul, lapak dan bandar, ecoBali Recycling juga memberikan edukasi lingkungan untuk sekolah dan hotel. Sedangkan Tetra Pak menfasilitasi kemitraan dengan pabrik daur ulang, memberikan bantuan teknis dalam proses daur ulang.

Saya sendiri sangat salut dengan kerja sama ecoBali Recycling dengan Tetra Pak. Karena akan memberikan pangaruh besar terhadap kelestarian alam. Tapi rasanya nggak akan afdol, ya, kalau kita semua ikut bergandengan tangan bersama Tetra Pak dalam rangka membuat lingkungan jadi lebih baik. Bumi pun jadi lebih terjaga.

Caranya juga sangat mudah, selain memisahkan tempat pembuangan sampah, kita bisa melakukan 3 L. Lepas, lipat dan letakan kemasan karton Tetra Pak. Dengan cara ini proses daur ulang kemasan bisa lebih mudah dilakukan. Dengan begitu, secara tidak langsung kita bisa ikut andil dalam proses pembuatan produk daur ulang yang bernilai ekomonis.

Yuk, kita sama-sama melakukan tindakan untuk Bumi kita. Ya, Bumi kita, bukan Bumi anak saya, yaaa... :)

 

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan