banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Seberapa Penting Sekolah Bagi Balita?

author

nenglita04 Dec 2013

Seberapa Penting Sekolah Bagi Balita?

Pertanyaan ini tentu sering muncul bahkan di dalam diri kita sendiri. Secara ya, zaman kita kecil, sekolah itu pas usia 5 tahun, kalau zaman sekarang TKB lah.

Nah, ini ada pendapat dari Mbak Irma Gustiana A,MPsi, Psi. Beliau adalah psikolog anak dan keluarga. Saat ini, ia praktik di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia dan Klinik Rumah Hati, dan juga school counselor di beberapa sekolah TK-SD-SMP. Selain itu mbak Irma juga adalah dosen di STIE Trisakti dan pengasuh Rubrik Psikologi Tabloid Wanita Indonesia.

Nah, balik lagi ke pertanyaan, penting nggak sih Pendidikan Anak Usia Dini? Berikut penjabarannya:

Masa yang paling baik untuk memberikan stimulasi adalah saat anak berada pada masa usia dini. Tidak hanya dari sisi intelektualnya, namun juga terkait dengan aspek pengembangan kepribadian, yaitu sosial emosi. Di usia golden age (0-6 tahun), adalah usia yang paling kritis sekaligus paling pendek di antara tahapan perkembangan lainnya. Nah untuk itu di usia ini, anak memang harus betul-betul diberikan stimulus yang optimal. Menurut salah satu penelitian, dikatakan bahwa kapasitas intelektual terbentuk dengan sangat optimal ketika anak berada di usia 4 tahun, selebihnya ketika anak berada di usia sekolah dan hanya 2% saja yang berkembang sampai usia 18 tahun.

*gambar dari sini

Memasukkan anak-anak ke PAUD di zaman serba informatif seperti ini sekarang, memang menjadi salah satu alternatif pendidikan yang bisa membantu tumbuh kembang anak, tetapi bukanlah menjadi hal yang mutlak.

Ada beberapa keuntungan bagi anak-anak usia toddler atau playgroup yang mengikuti kegiatan belajar di lembaga informal antara lain

  • Anak belajar mengenal lingkungan sosial yang lebih luas dibandingkan jika berada di rumah terus menerus.
  • Anak belajar bekerja sama dengan teman sebaya ataupun figur orang dewasa lain.
  • Anak belajar patuh terhadap aturan.
  • Anak juga banyak belajar mengenai kemandirian dan bantu diri.
  • Anak dapat mengembangkan perasaan supportivitas atau kompetisi sejak dini.
  • Anak juga dipastikan akan belajar mengenai bersabar, menunggu giliran, berbagi dengan teman.
  • Sebaliknya, memasukkan anak ke pendidikan informal PAUD juga dapat memberikan pengaruh yang negatif pada perkembangan psikologisnya jika :

  • Orangtua terlalu memaksakan anak, sementara mental anak belum siap untuk menghadapi tuntutan sekolah sehingga umumnya akan muncul masalah emosi. Hal ini biasanya terjadi, jika orangtua kurang melatih kemandirian anak dirumah, sehingga berharap sekolah informal yang akan terus menerus membantu. Padahal yang namanya kemandirian, harus dillatih pula dirumah. Seperti toilet training.
  • Anak memiliki pola tidur yang kurang teratur, sehingga seringkali pagi hari anak menjadi rewel karena masih mengantuk atau lelah, Akibatnya seringkali orangtua tidak sabaran dan marah menghadapi perilaku anak yang rewel.
  • Orangtua yang melakukan ancaman pada anak, jika anak sedang tidak mood untuk berangkat sekolah. Namanya juga anak-anak ya, anytime bisa aja jadi gak mood dan rewel. Padahal, anak seharusnya diberikan informasi yang positif mengenai sekolah infomalnya seperti menceritakan hal-hal menyenangkan yang akan ia lakukan di sekolah.
  • Orangtua yang menuntut anak untuk selalu sempurna di sekolah informalnya, padahal setiap anak memiliki skill atau perkembangan mental yang berbeda-beda. Akibatnya anak menjadi rewel tiap kali berangkat sekolah.
  • Yang paling penting lagi adalah kesinambungan antara lingkungan rumah dan sekolah informalnya, sehingga anak mendapatkan stimulasi yang optimal. Jika ternyata di rumah anak sudah mendapatkan stimulasi yang optimal baik yang terkait dengan perkembangan intelektual, kemandirian, maka orangtua dapat menjadikan sekolah informal sebagai sarana anak belajar berinteraksi.

    Carilah sekolah informal PAUD, yang memiliki jam belajar tidak terlalu panjang, beberapa sekolah informal memberikan jam kegiatan hanya sekitar 1-2,5 jam dengan jadual 2 atau 3 kali dalam seminggu terutama untuk anak-anak usia toddler dan playgroup. Sementara untuk anak usia prasekolah 4-6, rata-rata jam kegiatan 3,5-4 jam. Setelah itu, anak memang tidak dianjurkan untuk mengikuti banyak kegiatan les-les, karena mereka masih memiliki kebutuhan untuk bermain dan istirahat di rumah.

    Mommies punya pertanyaan terkait dengan behavior and development anak? Mbak Irma juga secara rutin menjawab pertanyaan-pertanyaan Mommies di forum, lho! Yuk siapkan pertanyaannya :)

     

    Share Article

    author

    nenglita

    Rock n Roll Mommy


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan